Maria Grazia Chiuri tak menyia-nyiakan kesempatan yang bukan hanya sekedar kolaborasi melainkan pertukaran budaya yang tak ternilai. (Dok/Dior).
Ia memulai prosesnya di persimpangan memori dan nilai-nilai budaya untuk diturunkan ke generasi muda. (Dok/Dior).
Maria Grazia Chiuri melibatkan perajin lokal, mulai dari penjahit dan penyulam. Berdialog dengan banyak atelier seperti Silk Line yang menghasilkan sutra tradisional Yunani dengan alat tenun jacquard. (Dok/Dior).
Dior pun mengundang Silk Line untuk menenun motif signature seperti garis-garis dan houndstooth dengan teknik savoir-faire. (Dok/Dior).
Koleksi ini didominasi palet warna netral seperti hitam, putih gading, abu-abu, emas, dan biru. (Dok/Dior).
Gaun sutra warna putih dan putih gading khas para goddes pun banyak ditampilkan dalam koleksi ini. (Dok/Dior).
Selain warna putih, koleksi pakaian olahraga juga didominasi biru ikonis yang menjadi identitas Yunani sendiri. Ada juga motif tubuh atletis atlet dalam beberapa fashion item berkolaborasi dengan seniman Italia Pietro Ruffo. (Dok/Dior).
Ada juga gambaran tujuh tokoh perempuan dari mitologi termasuk Athena, Arachne, Ariadne, dan Penelope yang digambar seniman Yunani Christina Soulou dalam busana tersebut. (Dok/Dior).
Seperti potret busana ini. Estetika grafis dewi Athena dimuat dalam mini dress warna putih gading. (Dok/Dior).