Anak Minder Terkait Penampilannya karena Sering Melihat Media Sosial? Ini 5 Cara Pencegahannya

Fimela Reporter diperbarui 26 Okt 2021, 14:23 WIB

Fimela.com, Jakarta Anak yang memasuki usia remaja akan mengalami perubahan hormon dan fisik yang signifikan. Dalam beberapa kasus, anak remaja mempermasalahkan terkait citra diri akibat mereka kerap membandingkan dengan orang lain dan mulai berkeinginan untuk memiliki tubuh langsing. Padahal, perasaan tersebut secara tidak disadari dapat memicu masalah kesehatan mental.

Sudah rahasia umum bahwa anak remaja sering menghabiskan waktu untuk bermain gadget. Menurut penelitian tahun 2019 oleh Common Sense Media, anak usia 13 hingga 18 tahun rata-rata menggunakan media sosial sekitar tujuh setengah jam per hari. Bahkan, survei Pew Research Center 2018 mengungkap 41% remaja memang mengakui bahwa mereka menghabiskan banyak waktu untuk media sosial.

Terdapat banyak dampak negatif akibat menghabiskan banyak waktu hanya untuk bermain gadget dan media sosial. Kini, anak remaja sering melihat dan mengunggah sejumlah foto atau pun video di Instagram yang di mana mereka memiliki kesadaran tinggi akan penampilan mereka.

Barrie Sueskind, MFT, seorang psikoterapis di Los Angeles mengatakan, “Ketika remaja tidak dapat memenuhi keinginannya dari apa yang mereka lihat di media sosial, mereka akan merasa rendah diri sehingga berdampak negatif pada harga diri mereka,” ujarnya.

Jika anak sudah merasa hal demikian, maka dapat menyebabkan anak jadi malas belajar, mengalami penurunan berat badan, gangguan makan atau kondisi mental seperti depresi. Jangan khawatir, terdapat cara-cara yang dapat membantu orangtua untuk mencegah sang anak tidak percaya diri sehingga mereka bisa mencintai penampilan serta bentuk tubuh mereka sendiri.

2 dari 4 halaman

Bantu Anak Membangun Citra Diri Mereka: Batasi Media Sosial

Ilustrasi Pergaulan Anak Remaja Credit: pexels.com/pixabay

Dilansir parents.com, Selasa (26/10/2021), mengingat media sosial dapat merusak citra tubuh remaja, maka disarankan agar membatasi anak untuk bermain gadget. Setidaknya, anak dapat mengambil jedia untuk melihat media sosial. Lisa Crilley, LMFT, seorang terapis pernikahan dan keluarga di Los Angeles setuju dan mendorong para orangtua agar mereka berbicara atau berdiskusi dengan sang anak setelah melakukan kegiatan atau aktivitasnya. Dengan begitu, anak remaja akan lebih mudah meninggalkan gadget mereka karena memiliki tempat yang nyaman dan menyenangkan dengan berdiskusi bersama orangtuanya.

3 dari 4 halaman

Terbuka dan Jujur Pada Anak

Ilustrasi Orangtua dan Anak Remaja Credit: pexels.com/pixabay

Orangtua diharapkan bisa untuk terbuka dan jujur kepada para anak-anaknya. Termasuk pada kejujuran dalam apa yang ada di media sosial. Sueskind juga menjelaskan bahwa akan sangat baik jika orangtua berbicara terus terang kepada anak-anak terkait cara media sosial mempromosikan citra tubuh yang tidak sehat. Orangtua dapat menanyakan pendapat sang anak tentang unggahan yang mereka lihat di media sosial. Dengan demikian, anak bisa terlatih untuk berpikir kritis.

Mengingatkan Media Sosial Jarang Menunjukkan Aspek Negatif

Seperti yang diketahui, sebagian orang akan menunjukkan aspek yang cenderung positif dibandingkan aspek negatif. Misalnya, kebanyakan orang akan menunjukkan kecantikkan dirinya, persahabatan dan liburan terbaik mereka yang belum tentu itu adalah hal yang nyata dan benar adanya. Karena, media sosial akan menjadi salah satu wadah untuk seseorang mengekspresikan serta memamerkan kebahagiaan mereka sehingga membuat orang lain terlihat iri dan merasa rendah diri.

4 dari 4 halaman

Mengapresiasi Anak

Ilustrasi Remaja dan Orangtua Credit: pexels.com/Nata

Anak akan menerima diri mereka sendiri jika mendengar apresiasi yang dilakukan oleh orang lain termasuk orangtua dan teman-temannya. Mereka akan lebih mudah menjadi dirinya sendiri dalam kelompok pertemanan mereka sehingga pesan-pesan negatif di media sosial tidak akan mempengaruhi pikiran mereka.

Memberikan Pengertian Pada Anak: Realistis dan Tidak Realistis

Orangtua disarankan untuk mengajak anak remajanya mengunjungi suatu tempat yang ramai dan memberikan pengertian bahwa setiap manusia di dunia ini memiliki beragam tipe tubuh. Dengan begitu, cobalah untuk memberikan contoh dengan membandingkan apa yang ada di dunia nyata dengan media sosial. Misalnya mengatakan kepada anak, “Inilah dunia nyata, bukan seperti yang dilihat di media sosial ataupun televisi.”

Namun, media sosial tidak selalu negatif. Terdapat beberapa artis dan influencer yang menyuarakan untuk mencintai diri sendiri serta mengajarkan tentang standar ukuran atau bentuk tubuh. Anak remaja yang sudah mulai mengerti pun bisa disajikan konten-konten demikian agar dapat mengerti dan merasa dirinya berharga.

Ditulis: Atika Riyanda Roosni