Fimela.com, Jakarta Mantan bek kiri Manchester United (MU) Patrice Evra mengungkapkan bahwa dirinya pernah menjadi korban pelecehan seksual saat dirinya masih berusia muda.
Dirinya mengatakan bahwa ia mendapatkan pelecehan seksual itu dari guru sekolahnya ketika dirinya masih berusia 13 tahun, dan pelecehan tersebut terjadi saat Evra berada di rumah guru sekolahnya tersebut. Hal tersebut ia ungkapkan melalui autobiografinya yang bertajuk “I Love This Game”.
Ia menjelaskan bahwa saat itu, ia memutuskan untuk meninggalkan rumahnya dan pindah ke rumah gurunya agar lebih mudah dalam meniti karier sebagai pesepak bola profesional. Namun pahitnya, Evra malah mengalami pelecehan seksual di sana.
Seperti yang dilansir Liputan6.com dari Goal.com, Senin (25/10), Patrice Evra belum memberi tahu beberapa anggota keluarga dan rekan-rekannya, tetapi ia memutuskan untuk bisa membuka diri demi membantu korban muda lainnya yang memiliki pengalaman serupa.
Hal yang Sulit bagi Evra
Evra mengaku bahwa hal tersebut merupakan hal yang sulit dan merupakan masa-masa yang begitu berat bagi hidupnya, sehingga ia tak bisa untuk menceritakan pengalaman pahitnya itu kepada orang-orang terdekatnya.
“Itu adalah saat yang sulit bagi saya. Saya masih harus memberi tahu beberapa saudara dan teman dekat saya. Saya tidak ingin orang merasa kasihan. Ini situasi yang sulit. Seorang ibu tak berharap mendengar cerita ini dari anak mereka sendiri,” ungkap Evra dalam wawancaranya dengan The Times, yang dilansir dari Marca oleh Liputan6.com.
Setelah sekian lama merahasiakan pengalaman pahit tersebut, mantan bek sayap Juventus itu mengakui, baru dua minggu lalu mengungkapkan kejadian tersebut kepada ibunya.
Sempat Menyalahkan Diri Sendiri
Lebih lanjut, Evra mengatakan bahwa dirinya sempat menyalahkan diri sendiri pasca kejadian tersebut. Bahkan, ia merasa seperti seorang pengecut selama bertahun-tahun.
Maka dari itu, melalui pengakuannya, ia berharap banyak anak di luar sana tak bungkam seperti dirinya selama bertahun-tahun.
“Saya hanya ingin memastikan anak-anak di luar sana memiliki keberanian dan tidak menyalahkan diri sendiri, karena saya selalu menyalahkan diri sendiri. Saya tidak malu untuk mengatakan bahwa saya merasa seperti pengecut selama bertahun-tahun,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa pengungkapan pengalaman pelecehan seksual sebenarnya dapat membantu mencegah anak-anak lain mendapatkan perlakuan serupa. Sehingga ia mendorong anak-anak di luar sana untuk lebih berani speak up terkait masalah pelecehan seksual yang mereka alami.
Menyesal Karena Bungkam
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ia baru mengungkapkan kejadian pahit ini kepada ibunya dua minggu yang lalu. Hal itulah yang membuat ibunya sangat terkejut ketika mengetahui kisah pelecehan yang ia alami.
Dalam penulisan buku autobiografinya, sang ibu bahkan pernah mengatakan untuk tidak memasukkan cerita tersebut dalam autobiografinya. Namun, ia tak ingin kembali menjadi pengecut dan meyakinkan sang ibu bahwa hal ini ia lakukan agar ia bisa menjadi inspirasi dan contoh bagi orang lain yang belum berani untuk speak up terkait kejadian pelecehan seksual yang mereka alami.
“Hidup dengan (menyimpan) hal itu adalah salah satu penyesalan terbesar saya, karena saya bisa saja membantu begitu banyak orang. Saya lebih suka menjadi inspirasi dan contoh dibanding korban,” pungkas Evra.
Penulis: Chrisstella Efivania
#ElevateWomen