Fimela.com, Jakarta Lebih banyak waktu di rumah membuat potensi bermalas-malasan semakin tinggi. Hal ini tentu akan berpengaruh pada produktivitas kerja. Pada beberapa orang justru mencari kesibukan agar lebih produktif di rumah.
Banyak hal yang bisa kamu lakukan untuk bisa lebih produktif di rumah. Mulai dari belajar bahasa asing, mengerjakan berbagai macam projek, hingga meetin tanpa henti.
Di tengah kesibukan yang bikin kamu produktif, bisa-bisa kamu mengalami toxic productivity. Kamu mengira seluruh aktivitas yang dilakukan itu tergolong produktif. Padahal, ada batas yang jelas antara produktif dan toxic productivity.
Pada umumnya, toxic productivity adalah istilah lain dari “overworking”, “workaholic”, dan kata-kata yang menggambarkanmu sebagai pribadi yang terlalu banyak bekerja hingga mengesampingkan istirahat.
Cara mengatasi Toxic Productivity
“Toxic productivity itu memunculkan rasa bersalah kalau tidak mengerjakan sesuatu. Ujung-ujungnya, mengalami burnout yang membahayakan kesehatan, dan itu harus dihindari," kata Graheta Rara Purwasono, M.Psi, psikolog.
Pada akhirnya, tidak ada quality time bersama teman dan keluarga buatmu—apalagi, waktu untuk me-time—karena kamu terlalu sibuk untuk bekerja setiap saat. Namun, jangan khawatir. Selalu ada solusi untuk segala permasalahan, termasuk toxic productivity.
Bagaimana cara untuk bisa keluar dari toxic productivity?
1. Buat batasan yang jelas
Ketika pekerjaan adalah satu-satunya hal yang berputar dalam pikiranmu, maka sulit untuk memikirkan hal lain yang sama pentingnya. Apa contohnya? Mendapatkan istirahat yang berkualitas, atau menghabiskan waktu bersama keluarga terkasih.
Kamu bisa menentukan batasan yang mengubah mindset-mu dari yang hanya memikirkan pekerjaan ke hal-hal lain yang berarti dalam hidup, seperti tidak boleh bekerja selama tiga jam tanpa diselingi break, harus quality time dengan keluarga di minggu ini, dan harus tidur cukup selama 8 jam setiap hari.
2. Terapkan “professional detachment”
Ini khusus buat kamu yang meeting lima kali dalam sehari, atau lebih. Ingat, ada yang lebih penting daripada pekerjaan, dan itu adalah kesehatan fisik dan mentalmu sendiri.
Pahami bahwa menjadi pekerja bukanlah identitasmu satu-satunya. Kamu bukan hanya seorang pekerja, tetapi juga orang tua, pacar, teman, dan lain sebagainya. Saat kamu menerapkan “professional detachment”, kamu memperlakukan pekerjaan sebagai sesuatu yang akan kamu tangani setelah menjalankan tanggung jawab lain di luar itu.
3. Praktikkan mindfulness
Sudah bukan menjadi rahasia lagi kalau mindfulness dapat membantumu berhubungan dengan dunia dengan cara yang lebih sehat. Melalui mindfulness, kamu akan lebih mudah untuk menyadari apa yang dibutuhkan oleh tubuh dan pikiranmu—dan hal itu bukan toxic productivity.
Simak video berikut ini
#elevate women