Waspada, Kanker Payudara Triple Negatif Bisa Terjadi Pada Perempuan Usia 20an

Anisha Saktian Putri diperbarui 21 Okt 2021, 15:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Warna pink dan bulan Oktober memiliki arti besar bagi komunitas pejuang dan penyintas kanker payudara, karena sejak tahun 1992 bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan kesadaran kanker payudara. 

Ada banyak jenis kanker payudara, dan jenis yang diderita akan menentukan pengobatan kanker yang akan diterima. Untuk perempuan yang berusia kurang dari 40 tahun atau yang memiliki mutasi gen BRCA1, ada peningkatan risiko terkena jenis kanker tertentu yang dikenal sebagai subtipe tripel negatif (TNBC).

Hal ini tentu menjadi perhatian khususnya para perempuan, karena kanker payudara tidak hanya menyerang lansia melainkan bisa terjadi sejak usia 20an.

Menurut sebuah penelitian pada 2014, kejadian TNBC menjadi terbesar kedua di Indonesia diantara tipe kanker payudara lainnya dengan persentase 25 persen. Dan merupakan kanker payudara invasif, yang berarti sel-sel kanker telah berkembang keluar dari area asalnya dan mulai menyebar dengan cepat ke jaringan payudara sekitarnya.

Jenis ini diklasifikasikan sebagai triple negatif karena tidak memiliki tiga protein yang biasanya ditemukan pada sel kanker payudara: reseptor estrogen, progesteron dan HER2. Berdasarkan data SEER* dari the American Cancer Society yang dikelola oleh the National Cancer Institute (NCI), secara keseluruhan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk kanker payudara triple negative adalah 77%, tetapi pasien kanker payudara triple negative stadium lanjut dengan metastasis jauh memiliki tingkat kelangsungan hidup 5 tahun yang jauh lebih rendah yaitu 12%.

Prof. Dr. dr. Ami Ashariati, Sp.PD-KHOM, FINASIM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Hematologi dan Onkologi Medik), mengatakan kanker payudara jenis triple negatif ini banyak terjadi di usia muda. Faktor risikonya tidak jauh berbeda dengan kanker payudara tipe lainnya.

Selain genetik atau keturunan keluarga, payudara triple negati ini juga terjadi karena gaya hidup kurang baik, merokok, minum akohol, dan menstruasi terlalu awal. Hingga makan lemak berlebihan.

"Jika ada keluarga (kakak, adik, atau ibu) yang menderita kanker payudara, ini mempunyai kemungkinan risiko lebih tinggi sampai 4 kali lipat. Kenapa lebih muda karena lebih banyak anak muda kontak dengan makanan pola tidak baik jauh lebih tinggi dan lama dan perubahan pada payudara tidak disadari hampir 30 persen triple negatif terjadi anak muda,” ujar prof. dr Ami dalam acara YKI bekerja sama dengan MSD Indonesia.

Selain itu ada pula faktor risikonya seperti punya anak di atas usia 35 tahun, perempuan yang sudah melahirkan, namun tidak memberikan ASI, konsumsi obat hormonal estrogen jangka panjang, perempuan menopause yang mengonsumsi obat hormonal, dan obesitas khususnya di usia di atas 50 tahun.

“Faktor risiko ini bukan merupakan satu-satunya seseorang terkena kanker payudara. Namun bila punya genetik akan 4x lebih berisiko,” ujarnya. 

2 dari 3 halaman

Mudah diobati jika…

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/ThitareeS

Apa perbedaan kanker payudara triple negatif dengan lainnya? Prof. Ami mengatakan Kanker payudara triple negatif ini bisa lebih agresif dengan pilihan pengobatan yang terbatas dibandingkan dengan jenis kanker payudara lainnya, itulah sebabnya mengapa sangat penting untuk mendeteksi kanker pada stadium awal. 

Karena tanda dan gejala kanker payudara mirip pada semua jenis kanker payudara, pemeriksaan diri secara teratur harus dilakukan untuk membantu menemukan terjadinya perubahan apa pun pada tubuh.

“Deteksi dini sangat menentukan keberhasilan penyembuhan. Semakin dini ditemukan semakin mudah ditangani," ungkapnya.

Sayangnya, sampai sekarang banyak pasien yang datang sudah di stadium lanjut. Jika sudah stadium lanjut sangat susah disembuhkan. 

“Kanker payudara triple negatif ini sulit untuk target obatnya, jika kanker payudara jenis lainnya ada penunjuk hormonal positif, ada anti ekstrogen. Jika triple negatif ini tidak ada penanda, tidak ada daya upaya target yag tepat ini. Maka para ahli meniliti sampai sekarang,” tambahnya.

Untuk itu, sebulan sekali bisa dilakukan Periska Payudara Sendiri (SADARI) setelah tujuh hari menstruasi terutama bagi anak muda.

"Harus paham tanda-tanda kanker payudara, seperti benjolan yang tidak sakit di sekitar payudara, fan benjolan tidak berubah tempat. Untuk mengetahui benjolan bisa menggunakan SADAR. Jadi sebagai perempuan harus aware,”ujar Prof Ami.

Jika ditemukan benjolan, sebaiknya langsung hubungi dokter agar tahu benjolan tersebut kanker atau bukan. Dan mendapatkan pengobatan jika benar itu sel kanker.

Selain benjolan, tanda-tanda abnormal pada payudara yang perlu diwaspadai adalah kulit memerah, kulit berubah seperti kulit jeruk, ada seperti lesung pipi di payudara, dan puting mengeluarkan cairan yang tidak normal, khususnya pada mereka yang belum pernah menyusui.

3 dari 3 halaman

Pengobatan

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/Patchananpro

Prof.Ami menjelaskan bahwa modalitas pengobatan pada kanker payudara secara umum terdiri dari 3 hal pokok yaitu operasi, radiasi, dan terapi sistemik berupa kemoterapi, terapi hormonal, terapi target dan imunoterapi. Pemilihan modalitas pengobatan dengan mempertimbangkan banyak hal, tetapi ada 2 hal yang penting yaitu stadium dan subtipe kanker payudara, baru kemudian faktor lain seperti usia dan penyakit penyerta lainnya.

Opsi pengobatan kanker payudara triple negative stadium awal, lokal-lanjut atau metastasis pada prinsipnya sama dengan subtipe yang lain, akan tetapi masih sangat terbatas hasilnya karena mepunyai sifat tumbuh Kembali lebih cepat walaupun sudah diobati dengan benar. 

Pada Stadium awal dapat dilakukan prosedur operasi lumpektomi atau mastektomi dengan mengangkat juga kelenjar getah bening didekatnya untuk melihat apakah kanker telah menyebar. Setelah melakukan lumpektomi, biasanya diikuti dengan terapi radiasi; sedang bila setelah mastektomi akan dilakukan terapi radiasi bila didapatkan penyebaran ke kelenjar getah bening minimal 4 atau lebih. 

“Dalam prosedur ini, tidak sedikit pasien yang melakukan rekonstruksi payudara bersamaan dengan mastektomi untuk tujuan estetika,” ujar Prof. Ami.  

Pada stadium metastatik atau telah menyebar ke organ lain seperti paru atau liver, atau otak, dilakukan terapi sistemik seperti kemoterapi.

Prof. Ami menuturkan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi pengobatan, kini juga tersedia pengobatan kanker payuadara triple negative dengan imunoterapi yang memberikan harapan hidup lebih panjang.