Fimela.com, Jakarta Di bulan Oktober yang istimewa kali ini, FIMELA mengajakmu untuk berbagi semangat untuk perempuan lainnya. Setiap perempuan pasti memiliki kisah perjuangannya masing-masing. Kamu sebagai perempuan single, ibu, istri, anak, ibu pekerja, ibu rumah tangga, dan siapa pun kamu tetaplah istimewa. Setiap perempuan memiliki pergulatannya sendiri, dan selalu ada inspirasi dan hal paling berkesan dari setiap peran perempuan seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Elevate Women: Berbagi Semangat Sesama Perempuan di Share Your Stories Bulan Oktober ini.
***
Oleh: Nur Sakinah Harahap
Menjadi perempuan karier atau ibu rumah tangga? Mungkin pertanyaan ini sering kali dilontarkan kepada kaum ibu atau wanita muda yang ingin disuruh memilih bekerja di luar rumah atau hanya sekadar jadi ibu rumah tangga, terlebih kepada mereka yang sudah menikah. Padahal pilihannya sulit, apalagi jika si wanita memiliki potensi sama di keduanya.
Dituntut untuk menjadi wanita karier sudah biasa. Sudah tak asing lagi di zaman sekarang wanita sudah banyak bekerja di luar rumah, entah alasan ekonomi, merintis karier yang sudah dibangun sejak dini, maupun mereka masih tetap ingin meneruskan pendidikannya. Mereka juga dituntut untuk menjadi istri yang sempurna sekaligus jadi ibu yang siap siaga untuk anaknya.
Namun bagaimana dengan kita yang umurnya masih muda, masih sangat pantas dan wajar untuk berdikari dan mengejar cita-cita? Akan tetapi tuntutan umur yang katanya perempuan harus lebih cepat menikah masih sering disalahartikan oleh kebanyakan orang?
Bebas Membuat Pilihan Masing-Masing
Lain halnya faktor ekonomi, dan desakan keluarga masih sangat dominan. Padahal kita yang masih anak muda termasuk saya usianya 23 tahun memasuki usia 24 tertekan dengan pernyataan seperti ini. Adapun contoh kalimat seperti, “Ngapain sih ngejar cita-cita tinggi-tinggi nanti ujungnya kerja di rumah.” Duh, absurd sebenarnya.
Sedih, kecewa, dan putus harapan itu sudah tentu. Seketika niat kita untuk mengejar cita-cita tiba-tiba hilang. Karena umumnya jiwa anak muda seperti kita masih sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitar, terlebih orang terdekat kita. Karena di balik itu kita enggak tahu pernyataan seperti itu sering meyudutkan si perempuan, jiwanya yang tadinya ambisius malah loyo dan kehilangan semangat. Akhirnya membuat mentalnya semakin buruk dan putus asa. Sangat disayangkan jika itu terjadi.
Sudah! Bukankah seharusnya kita sebagai perempuan untuk saling mendukung pekerjaannya masing-masing? Entah si wanita ingin jadi wanita karier, atau jadi ibu rumah tangga sekaligus pengusaha tentu semuanya punya pilihan masing-masing. Selagi mereka yakin dan kita yakin tidak akan jadi masalah apalagi bisa saling di diskusikan dengan baik. Tentu tidak akan menjadi alasan untuk memilih menjadi wanita karier/berkerja di rumah.
Tugas kita adalah tidak menyalahi kodrat kita sebagai perempuan, karena kenapa kita harus takut jika harus memilih di antara keduanya. Jangan takut, karena keduanya pekerjaan yang mulia. Kamu bisa memiih apa pun selagi itu baik.
#ElevateWomen