Review Buku Yes to Life: Katakan Ya pada Kehidupan Apa pun yang Terjadi

Endah Wijayanti diperbarui 15 Okt 2021, 09:05 WIB

Fimela.com, Jakarta Kerap kita merasa tidak punya semangat menjalani hidup karena kehilangan harapan. Kita merasa sudah kehilangan makna hidup. Hari-hari yang kita jalani terasa hampa dan kosong. Kalau sudah begini, kadang terlintas gagasan untuk mengakhiri hidup saja atau merasa tak layak untuk meneruskan hidup.

Kehilangan makna hidup, perkara yang satu ini kadang membuat kita kebingungan dan memicu gejala stres hingga depresi. Untuk bisa menemukan kembali makna hidup, kita memang perlu melakukan sesuatu.

Ada tiga cara yang bisa kita lakukan untuk menemukan makna hidup. Seperti yang dipaparkan di buku Yes to Life ini, "Kita telah mengetahui bahwa pemenuhan makna hidup manusia dapat dilakukan dalam tiga arah: manusia mampu memberikan makna pada eksistensinya, pertama dengan melakukan sesuatu, dengan bertindak, dengan mencipta-mewujudkan sebuah karya; kedua, dengan mengalami sesuatu-alam, seni-atau orang-orang yang menyenangkan, dan ketiga, manusia dapat menemukan makna untuk menemukannya dengan kedua cara di atas, yaitu persis saat mereka mengambil posisi di hadapan hal-hal yang tak bisa diubah, tak terhindarkan, sudah ditakdirkan, serta batasan-batasan diri mereka yang tak terelakkan: bagaimana mereka beradaptasi dengan batasan-batasan ini, bereaksi terhadapnya, bagaimana mereka menerima nasib ini."

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Buku yang Melengkapi Karya Fenomenal Man's Search for Meaning

Review Buku Yes to Life./Copyright Endah

Judul: Yes to Life: Katakan Ya pada Kehidupan Apa pun yang Terjadi

Penulis: Viktor E. Frankl

Penerjemah: Pangestuningsih

Penyunting: Shera Diva

Penyelaras aksara: Nurjaman & Dhiwangkara

Penata aksara: Aniza Pujianti

Ilustrator sampul: Silmi Sabila

Perancang sampul: @platypo

Cetakan ke-1, Juni 2021

Penerbit: Noura Books (PT Mizan Publika)

Sebuah masterpiece yang ditemukan kembali di anatara tumpukan karya-karya monumental Viktor Frankl, melengkapi karya fenomenalnya, Man’s Search for Meaning.

Saya letih tak terkira, sedih tak terkira, kesepian tak terkira…. Di kamp kamu merasa sudah mencapai titik terendah dalam hidup. Lalu saat kembali pulang kamu menyaksikan segala sesuatu yang kamu coba pertahankan telah hancur…. Saat kamu menjadi manusia lagi, kamu bisa tenggelam bahkan lebih dalam ke sumur penderitaan yang tak berdasar. Kalau aku tidak memiliki sikap positif sekuat karang ini terhadap kehidupan, jadi apa aku selama pekan-pekan terakhir, atau bahkan selama berbulan-bulan di kamp konsentrasi?

(Surat Viktor Frankl pada sahabatnya, Wilhelm dan Stepha Borner)

Viktor E. Frankl, dikenal sebagai pencetus Logoterapi, demikian gigih menyebarkan gagasan tentang makna hidup, kekuatan semangat manusia, dan pentingnya memeluk bahkan merayakan kehidupan ketika kita dihadapkan pada penderitaan paling suram sekalipun. Gagasan-gagasan ini antara lain disampaikan Frankl dalam serangkaian kuliah umum di Wina, Austria, hanya beberapa bulan setelah dia dibebaskan dari kamp konsetrasi Nazi. Buku Yes to Life adalah kumpulan bahan kuliahnya itu.

***

Buku ini ditulis oleh Viktor E. Frankl yang terkenal dengan karya fenomenalnya berjudul Man's Search for Meaning. Setelah dibebaskan dari kamp konsentrasi Nazi, ia sangat gigih menyebarkan gagasan soal makna hidup. Setelah merasakan pengalaman menjadi tahanan kamp dengan keseharian yang dipenuhi berbagai macam rasa takut, sosok yang dikenal sebagai pencetus Logoterapi ini memberikan kuliah umum yang begitu mencerahkan.

Dalam salah satu bahasan di buku ini, Viktor menceritakan soal pengalamannya bertemu dengan seorang anak muda. Anak muda tersebut mencecarnya tentang kebermaknaan atau ketakbermanaan hidup. Kebetulan anak muda itu adalah seorang asisten penjahit, dan tampakanya dia merasa tak bisa memberikan makna hidup pada tindakannya. "Siapalah saya ini, apalah saya ini, hanya seorang asisten penjahit," begitu katanya.

Lalu, Viktor menguraikan bahwa hidup seseorang terisi dengan baik bukan bergantung pada sebera besar pengaruh tindakannya, melainkan pada apakah lingkaran hidupnya itu cukup terpenuhi. "Dalam siklus lingkarannya, setiap manusia tidak tergantikan dan tidak bisa diduplikasi, dan ini berlaku bagi setiap orang," (hlm. 59)

Tiap orang punya peran dan cara tersendiri dalam mengisi hidupnya dengan makna terbaik yang ia yakini. Bisa dibilang tidak ada peran yang terlalu kecil atau besar. Seperti si asisten penjahit itu, dia tetap bisa menjadi manusia yang bermanfaat dan memberi makna hidup dengan caranya sendiri. Kemampuan tiap orang berbeda-beda, maka cara kita menghadirkan makna dalam hidup tak harus sama.

Makna dan nilai kehidupan, topik inilah yang menjadi bahasan utama dalam buku Yes to Life. Buku ini bisa jadi referensi yang bagus bagi siapa saja yang menyukai buku dengan tema pengembangan diri. Bagus juga untuk dibaca bagi yang ingin menggali lebih dalam soal pencarian makna hidup. Siapa tahu setelah membaca buku ini, kita bisa kembali menemukan makna hidup yang lebih berarti. Happy reading!

#ElevateWomen