Fimela.com, Jakarta Kini PeduliLingdungi menjadi aplikasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Bagaimana tidak, masuk ke pusat perbelanjaan hingga menggunakan transporatsi jarak jauh harus menunjukan bukti vaksin kepada petugas dengan menggunakan aplikasi ini.
Sayangnya meski sangan dibutuhkan, aplikasi PeduliLindungi ini masih berkendala. Misalnya saja seperti pria bernama Usman Yazin yang kebingungan jika sertifikat vaksinasi COVID miliknya tidak muncul di PeduliLindungi, sesaat sebelum memesan tiket pesawat.
Pria 33 tahun ini berancang terbang ke Medan setelah memeroleh vaksin Corona lengkap untuk memboyong istri dan anak-anaknya ke Ibu Kota. Rencana tersebut nyaris batal gara-gara sertifikat vaksinasi tidak muncul di PeduliLindungi.
"Bahkan, sertifikat vaksinasi untuk vaksin ke-1 enggak muncul-muncul di PeduliLindungi. Kalau cuma satu, masih oke, ini dua-duanya. Mana mau mudik pula," kata Usman melansir Health Liputan6.com.
Namun, atas bantuan temannya yang seorang jurnalis, Usman jadi tahu harus melapor ke mana.
"Teman kasih tahu, kalau mau komplain mending kirim email ke pedulilindungi@kominfo.go.id. Nah, saya coba ikuti sarannya, saya cantumkan semua bukti fisik kalau saya sudah vaksin beserta NIK dan nomor handphone," katanya.
"Setelah menunggu dua hari, eh, ada update di PeduliLindungi. Sertifikat vaksinasi saya keluar ternyata. Langsung pesan tiket, akhirnya bisa jemput anak istri di Medan," tambah Usman.
Data yang tidak sama
Kendala lainnya dialami oleh, Ahmad Ariffandy Nasution, ia sudah menerima vaksin sebanyak dua dosis, namun sertifikat vaksinasi tak kunjung ada di PeduliLindungi.
Ahmad mendapat vaksin Corona ke-1 pada 9 Juli 2021 di Kantor Kementerian PU. Pada saat proses pemasukan data setelah vaksinasi, ternyata datanya tidak masuk lantaran masih terdaftar sebagai penerima Vaksin Gotong Royong. Padahal, pria 33 tahun ini sudah melapor ke pihak HRD kantornya untuk mencabut namanya karena memilih vaksinasi mandiri.
"Akhirnya, kata petugasnya nanti akan di-input pada saat vaksin ke-2," kata Ahmad kepada Health Liputan6.com di hari yang sama.
Dia pun dibekali surat vaksin yang ditulis manual dan disuruh foto formulir vaksin yang telah diisi oleh petugas.
Satu bulan kemudian, tepatnya 9 Agustus 2021, Ahmad melakukan vaksinasi ke-2 di tempat yang sama. Saat proses pemasukan data, Ahmad menjelaskan semua kendala yang dialaminya pada saat vaksinasi ke-1.
"Petugas pun lalu menginput data vaksin saya. Akan tetapi pada saat saya menanyakan apakah vaksinasi ke-1 diinput sekali atau tidak, sambil saya tunjukkan surat vaksinasi manual yang saya punya, petugasnya bilang kalau data saya di peduliLindungi bakalan langsung ter-update, jadi, enggak perlu input data vaksin ke-1," katanya.
"Namun, setelah menunggu selama satu minggu, data vaksin ke-1 saya enggak muncul sama sekali, tapi data vaksin ke-2 muncul. Namun, saya tercatatnya sebagai vaksin ke-1 dan dijadwalkan vaksinasi lagi bulan September," ujarnya.
Lebih lanjut Ahmad bercerita, pada 11 Agustus 2021, dia akhirnya mengirimkan surat elektronik ke sertifikat@peduliLindungi.id. Lima hari berlalu, tak jua kabar baik muncul.
Hal yang sama Ahmad lakukan kembali pada 16 Agustus dan 21 Agustus. Format aduan yang disertakan di dalam surel sudah sesuai dengan yang tercantum di Instagram PeduliLindungi.
Sedikit angin segar Ahmad rasakan pada 27 Agustus 2021. Hanya saja di dalam balasan surel tersebut disebutkan bahwa PeduliLindungi tidak bisa menggantikan data dan Ahmad diharuskan melapor ke fasilitas kesehatan.
Anehnya, PeduliLindungi justru berhasil menggantikan 'alamat' yang sama sekali tidak dia minta.
"Ya sudah, akhirnya saya ke faskes penyelenggara, yang memberikan ide untuk memasukkan data vaksin yang saya lakukan tanggal 9 Juli 2021 ke September 2021," katanya.
Akhirnya, status sertifikat vaksinasi miliknya yang tercantum di PeduliLindungi menjadi:
1. Vaksinasi 1 dilakukan 9 Juli 2021, datanya menjadi 6 September 2021.
2. Vaksinasi 2 dilakukan 9 Agusus 2021, tetap 9 Agustus 2021.
Ahmad juga bercerita, sebelum mendapatkan informasi kalau ada surel khusus sertifikat, dirinya sempat melakukan hal serupa Usman, dengan mengirim komplain ke surel pedulilindungi@kominfo.go.id sebanyak tiga kali tapi tak ada jawaban apa pun.
"Malah sempat ada eror kirim email karena kepenuhan," ujarnya.
Sumber: Liputan6.com/Aditya Eka Prawira
#elevate women