Ikuti Obrolan Seru Selama 24 Jam Non-Stop Peringati Hari Kesehatan Mental Sedunia

Nabila Mecadinisa diperbarui 11 Okt 2021, 14:27 WIB

Fimela.com, Jakarta Untuk memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, Kreator dari seluruh dunia bersatu di Clubhouse untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental melalui tema tahun ini ‘Mental Health in an Unequal World'. Kreator dari setiap negara bertujuan untuk menghadirkan percakapan yang edukatif dan inspiratif seputar kesehatan mental saat ini di Indonesia dan, cara menghadapi stigma seputar kesehatan mental di tengah masyarakat.

Clubhouse telah menjadi platform sosial berbasis audio yang berhasil menyatukan komunitas di seluruh dunia untuk bergabung di panggung global ini dengan menyediakan ruang diskusi (room) yang berjalan selama 24 jam nonstop pada 10 Oktober 2021 dengan total 15 negara peserta. Diskusi tentang masalah kesehatan mental dibawakan dalam bahasa Indonesia dan berlangsung di Mental Health Matters Club, yang dibentuk oleh Nidhi Tewari, seorang Terapis dan Konsultan Pelatihan EMDR Bersertifikat EMDRIA di Richmond, Virginia, Amerika Serikat.

Selain panggung utama di mana para kreator dan Clubhousers dapat terlibat dalam diskusi, acara ini juga mendorong Clubhousers untuk terhubung secara pribadi melalui Backchannel (fungsi DM Clubhouse) dengan Clubhousers lainnya. Fitur ini juga berguna untuk saling mengajukan pertanyaan dan mengobrol dengan sesama kreator, dan Clubhousers. Fitur lain yang dapat dimanfaatkan Clubhousers adalah Wave   dimana Clubhousers dapat terhubung lebih baik dengan sesama Clubhousers di ruang (room) pribadi. Kedua fitur ini tentunya memungkinkan Clubhousers untuk memelihara hubungan yang lebih bermakna dan merasa lebih terhubung dimanapun mereka berada dengan sesama Clubhousers.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Diisi oleh para praktisi

24 jam bahas kesehatan mental bersama para praktisi.

Widya S. Sari, seorang Psikolog Klinis menjelaskan dalam acara ini bahwa, “Dengan membicarakan kesehatan manusia tentu tidak terlepas dari aspek mental. Terdapat berbagai hal yang dapat mempengaruhi kondisi mental seseorang. Keunikan individu, interaksi dengan lingkungan, dan faktor-faktor lainnya, menghasilkan dinamika kondisi dan gangguan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, melalui acara ini, diharapkan para pendengar mendapatkan pengetahuan dan manfaat, serta pemahaman yang mampu meningkatkan kesadaran tentang isu-isu kesehatan mental. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mendukung kesehatan mental, salah satunya dengan membangun support system dari orang-orang terdekat yang memiliki peran signifikan, dimulai dari keluarga”.

Adjie Santosoputro, seorang Praktisi Mindfulness yang turut berbicara dalam acara ini menyatakan, “Acara ini merupakan bentuk kepedulian terhadap isu yang sering dihadapi selama pandemi ini, yaitu pentingnya pengetahuan tentang kesehatan mental dan mindfulness. Dengan adanya acara ini, masyarakat luas dapat lebih memahami kesehatan mental dan mindfulness, khususnya tentang bagaimana menjaga kesehatan mental selama pandemi dan secara spesifik bagaimana menghadapi trauma dan kesedihan.”

 

 

3 dari 3 halaman

Berbagi banyak wawasan

24 jam bahas kesehatan mental bersama para praktisi.

Detty Wulandari, Pendiri Klub ‘Mental Health Indonesia’ di Clubhouse yang juga seorang penyintas bipolar turut berpartisipasi dalam acara ini mengatakan bahwa , “Kesehatan jiwa di Indonesia sendiri sudah cukup banyak terdengar, namun informasi lebih dalam mengenai cara menghadapi stigma dan diskriminasi dari masyarakat masih perlu ditingkatkan. Suatu kehormatan bagi saya untuk dapat berbagi pengalaman sebagai penyintas bipolar, termasuk bagaimana saya mengendalikan diri dan menghadapi masyarakat. Saya turut senang dapat memberikan dukungan, dorongan dan informasi yang relevan tentang kesehatan mental untuk orang di luar sana  yang membutuhkannya.”

David Irianto, Co-Founder platform kesehatan mental Greatmind Indonesia, yang juga hadir sebagai pembicara pada acara ini, mengatakan bahwa, “Salah satu hal terpenting untuk dapat mengendalikan emosi dan perasaan seseorang dapat dilakukan dengan memahami pentingnya bagaimana orang dapat menerima diri mereka terlebih dahulu. Diskusi publik seperti ini dapat memberikan banyak wawasan penting tentang bagaimana menerima diri sendiri sehingga kita dapat berkawan dengan perasaan sendiri.”

#Elevate Women