Fimela.com, Jakarta Jika di awal 2021, Health Collaborative Center (HCC) membawa kabar gembira dengan peningkatan angka pemberian ASI eksklusif sebanyak 89 persen selama pandemi, penelitian terbarunya datang dengan kabar tidak menyenangkan. Sebab angka 89 persen kenaikan pemberian ASI eksklusif selama pandemi terancam menurun.
Kedua kabar tersebut disampaikan langsung oleh Founder HCC Dr Ray Wagiu Basrowi dari riset terbaru tentang laktasi tahun ini. HCC sendiri merupakan wadah promosi dan dan advokasi kesehatan non-profit di Indonesia bidang kesehatan masyarakat dan kedokteran komunitas, dengan salah satu fokusnya adalah riset di bidang nutrisi dan laktasi.
Cita-cita menjadi dokter rupanya sudah jadi impian pria kelahiran Manado, 7 Juli 1977 sejak duduk di bangku SMP. Dan sudah menentukan pilihan sebagai dokter di bidang kedokteran komunitas dan nutrisi saat SMA.
Keinginannya menjadi dokter komunitas dan nutrisi semakin besar sejak bergabung bersama Yayasan PEKA dan beberapa LSM Sulawesi Utara di bidang kesehatan masyarakat jaringan USAID serta sebagai relawan PMI daerah. Dr Ray Wagiu Basrowi juga banyak terlibat dalam program kesehatan komunitas dan edukasi kesehatan masyarakat kurang mampu penderita malnutrisi, HIV/AIDS, TBC hingga penyakit infeksi.
Akhirnya, atas keyakinan dan dukungan kedua orangtuanya, pada tahun 1995 Dr Ray Wagiu Basrowi melanjutkan pendidikan kedokteran di Universitas Sam Ratulangi tanpa melalui tes ujian masuk. Sebagai siswa berprestasi, Dr Ray mendapat fasilitas program tumou tou Sam Ratulangi yakni jalur siswa berprestasi di provinsi Sulawesi Utara atas dasar pencapaian rangking bidang eksakta selama SMA.
Awal Karier di Bidang Nutrisi
Setelah lulus Dokter Umum pada 2003, ia sempat menjalankan profesi sebagai dokter di emergency unit di Manado dan Jakarta sebelum kemudian mulai berkarier di dunia industri nutrisi dan farmasi sejak 2004. Dr Ray mengawali karir di bidang industri nutrisi sebagai medical trainer di salah satu perusahaan farmasi di Indonesia.
Kemudian pada tahun 2005 bergabung dengan Nutricia sebagai Medical Training & Medical Affairs Manager hingga menjadi National Medical Affairs Head. Setelah tujuh tahun berjalan, Dr Ray dipercaya menjadi VP/Head of Medical Nutrition di PT Nestle Indonesia sekaligus menjadi Country Coordinator Nestle Nutrition Institute di Indonesia
Di sela-sela kesibukannya itu, Dr Ray memutuskan memperdalam ilmu kedokteran dengan melanjutkan S2 di bidang Kedokteran Kerja di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada tahun 2010. Hingga akhirnya ia lulus dengan gelar Magister Kedokteran Kerja lewat tesis di bidang laktasi dan pemberian nutrisi serta menyusui pada populasi ibu pekerja.
"Selama proses merancang tesis membuat saya semakin tertarik dengan bidang kesehatan pekerja perempuan terutama laktasi dan nutrisi. Saya melihat kondisi ibu pekerja terutama buruh pabrik yang sangat sulit melaksanakan peran laktasi dan menyusui akibat kurangnya dukungan promosi laktasi di tempat kerja," kata Dr Ray.
Hal itu pula yang mendorong Dr Ray untuk melanjutkan kembali pendidikannya hingga ke program doktor atau S3. Ia mengambil disertasi bertajuk ‘Formulasi Model Promosi Laktasi Di Tempat Kerja di Indonesia' dan mendapatkan gelar Doktor di Bidang Ilmu Kedokteran dari FKUI pada 2019.
Hasil penelitian disertasinya itu dipublikasikan di sejumlah jurnal ilmiah internasional kredibel yang bereputasi global dan terindeks Scopus, diantaranya 'Developing of Workplace Promotion Model in Indonesia using Delphi Technique' dipublikasikan di Archives of Public Health BMC tahun 2018 dan review tentang 'Challenges and Supports of Breastfeeding at Workplace in Indonesia' yang dipublikasikan di PGHN Journal Korea.
Mengembangkan Model Laktasi
Usai lulus S3, pada Juni 2019 Dr Ray Wagiu Basrowi mendirikan Health Collaborative Center (HCC). Setelah mendirikan HCC, Dr Ray bergabung dengan Danone Indonesia pada 2020. Hingga saat ini ia menjabat sebagai Medical & Science Affairs Director Danone Indonesia.
"Karier di bidang industri nutrisi ini juga sebagai bentuk implementasi ilmu di bidang kesehatan dan nutrisi ibu pekerja yang saya peroleh selama pendidikan. Menjadi direktur medis dan sains memberi banyak kesempatan kepada saya untuk melaksanakan berbagai penelitian di bidang malnutrisi, anemia, intervensi gizi ASI dan menyusui, ibu hamil termasuk populasi ibu pekerja serta penelitian dibidang stunting," tutur pria yang pernah menjadi Pembaca berita di TVRI Jakarta.
Selama berkecimpung di bidang industri nutrisi, Dr Ray menemui berbagai kondisi ibu pekerja yang masih kesulitan menyeimbangkan antara kewajiban kerja dan pemenuhan ASI untuk anaknya karena banyaknya keterbatasan. Sehingga mendorong Dr Ray untuk mengembangkan model laktasi di pabrik maupun tempat kerja lainnya.
"Model promosi laktasinya ini adalah suatu perangkat intervensi laktasi bagi ibu pekerja di Indonesia dengan tujuan untuk memastikan agar selama masa menyusui, ibu pekerja yang kembali dari cuti melahirkan tetap dapat sukses menyusui dan mempertahankan produktivitas kerja," paparnya.
Model promosi laktasi ini adalah yang pertama dikembangkan di Indonesia berdasarkan metode Delphi dan dinamai Model Basrowi DKK karena principal investigator nya sendiri adalah studi doktoral Dr Ray Wagiu Basrowi. Model laktasi ini terdiri dari 8 dimensi, yakni kebijakan ramah laktasi, edukasi, fasilitas, sumber daya, waktu kerja fleksibel, aturan internal, modul/materi dan konselor laktasi okupasi.
Selain fokus pada bidang nutrisi dan laktasi, lewat HCC, Dr Ray menjangkau kaum milenial melalui media sosial dengan menginisiasi tagar #SEHATINDONESIA. Selain aktif menjalankan program-program HCC, Dr Ray juga rutin menggelar program edukasi kesehatan pekerja dan nutrisi melalui Instagram Live di akun Instagram-nya @ray.w.basrowi.
Prestasi dan Aktif Mengikuti Berbagai Organisasi
Pada tahun 2012 Dr Ray terpilih menjadi salah satu panel ahli pada Asian Medical Affairs Leader di Singapore. Tak hanya itu, ia juga menjadi Advisory Board Member HEALTH I Project empat tahun setelahnya. Posisi tersebut merupakan konsorsium pendidikan medical lecturer kerjasama Uni Eropa, beberapa universitas Belanda dan universitas di Indonesia.
Sejauh ini, Dr Ray sudah mempublikasikan lebih dari 50 artikel ilmiah di jurnal nasional dan internasional yang lebih banyak fokus pada kesehatan kerja, ASI, laktasi serta nutrisi ibu pekerja, ibu hamil dan anak. Salah satunya Developing a Workplace Lactation Promotion Model in Indonesia using Delphi Technique yang dipublikasikan di Jurnal Archives of Public Health tahun 2018.
Selain berkarir di industri, Dr Ray juga aktif sebagai pengajar di Program Magister Kedokteran Kerja FKUI dan aktif di sejumlah organisasi sosial dan ilmiah. Dr Ray saat ini menjabat sebagai sekretaris ILUNI (Ikatan Alumni Universitas Indonesia) MKK FKUI dan wakil ketua Cluster Kesehatan Comdev Center ILUNI UI.
Sejak tahun 2018, Dr Ray juga bergabung dan aktif dalam pelayanan kemanusiaan dan kesehatan melalui Lions Club Indonesia. Kemudian pada 2020, ia dipercaya menjadi Presiden Lions Club Jakarta Pusat Terra.
Di Lions Club, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK tetap konsisten mengembangkan program edukasi dan pengabdian di bidang kesehatan. Termasuk program pusat edukasi Terra bidang lingkungan dan gizi, program pengabdian feed the hunger terhadap buruh pabrik perempuan di kawasan industri di Cilincing dan KBN.
#Elevate Women