Fimela.com, Jakarta Kanker payudara masih menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia terutama perempuan Indonesia. Menurut data The Global Cancer Observatory tahun 2020, kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua penyebab kematian akibat kanker dengan persentase sebesar 9,6 persen.
Dr. Walta Gautama, Sp.B(K)Onk, sebagai Ahli Bedah Onkologi dan Ketua mengatakan berbagai faktor yang menyebabkan kanker payudara terjadi terutama bagi perempuan. Misalnya saja faktor genetik hingga tidak pernah hamil dan menyusui.
"Faktor genetik memang menjadi salah satu faktor namun angkanya sangat kecil. Tidak pernah menyusui dan hamil juga menjadi faktor risiko, karena saat menyusuhi dan hamil payudara akan istirahat dari estrogen," ujar dr. Walta dalam acara peluncuran Charm Extra Maxi Pink Ribbon secara virtual.
Saat hamil estrogen akan digunakan rahim untuk berkembang. Apalagi saat hamil, menstruasi akan berhenti singga mengurangi paparan estrogen dan progesteron. Penting juga saat menyusui harus serius dan benar.
Konsumsi lemak berlebih juga dapat menjadi faktor terjadi kanker payudara, apalagi pada seseorang di atas 50 tahun. "Jadi sebaiknya kurangi lemak apalagi untuk usia lanjut. Alkohol juga harus dihindari," ujarnya.
Untuk itu, pentingnya melakukan Periksa Payudara Sendiri (SADARI) sebab menutur dr. Walta 70% pasien kanker payudara datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi stadium lanjut.
Padahal jika kanker payudara terdeteksi lebih awal, akan ada lebih banyak pilihan perawatan dan kesempatan untuk bertahan hidup juga akan lebih besar, bisa mencapai 95% apabila terdeteksi pada stadium pertama. Dengan begitu secara tidak langsung juga akan meningkatkan kualitas hidup pasien dan meminimalkan angka kematian akibat kanker payudara di Indonesia.
"Oleh karena itu melakukan SADARI penting dilakukan oleh setiap perempuan Indonesia agar bisa mengetahui sejak dini apabila terjadi perubahan pada payudaranya. SADARI ini sendiri bisa dilakukan secara teratur setiap bulannya," ujarnya.
SADARI dilakukan ada hari ke 7- 10 setelah hari pertama menstruasi, atau tanggal tertentu untuk yang sudahmenopause.
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk SADARI
Salah satu penyebab tingginya angka kasus kejadian dan kematian akibat kanker payudara adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat akan deteksi dini dan pemeriksaan kanker payudara secara klinis, yang dimana menurut riset Kemenkes di tahun 2016, tingkat penetrasi SADARI adalah 46,3%. dan SADANIS 4,4%.
PT Uni-Charm Indonesia Tbk melalui Charm mensosialisasi pentingnya deteksi dini kanker payudara seperti yang direkomendasikan oleh pemerintah Indonesia melalui SADARI dan SADANIS dengan pemeriksaan di Puskesmas dan Rumah Sakit.
PT Uni-Charm Indonesia Tbk mendukung Aksi Pink Ribbon bekerja sama dengan YKPI (Yayasan Kanker Payudara Indonesia). Nantinya sosialisasi tersebut akan ada pada kemasan Charm Extra Maxi Pink Ribbon Special Edition.
"Kemasan Charm Extra Maxi Pink Ribbon Special Edition akan didesain untuk meningkatkan kesadaran akan deteksi dini kanker payudara melalui SADARI. Cara melakukan SADARI dijelaskan di bagian belakang kemasan dengan ilustrasi untuk mendorong konsumen dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan mudah di rumah meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19," ujar Presiden Direktur PT. Uni-Charm Indonesia Tbk, Yuji Ishii.
Nantinya sebagian dari penjualan produk ini untuk mendukung YKPI.
“Dukungan donasi kepada YKPI dari sebagian penjualan Charm Extra Maxi Pink Ribbon Special Pink Ribbon Special Edition ini akan dimanfaatkan oleh YKPI untuk mendukung program-program YKPI khususnya sosialisasi skrining dan deteksi dini kanker payudara sekaligus mengkampanyekan SADARI dengan tujuan menurunkan angka kejadian kanker payudara di Indonesia merupakan kanker paling banyak ditemukan pada perempuan dengan proporsi 30,8% dari total kasus kanker lainnya, yakni terdapat 65.858 kasus baru. Sementara itu, kanker payudara stadium lanjut sesuai dengan visi YKPI yaitu Indonesia Bebas Kanker Payudara Stadium Lanjut,” papar Linda Agum Gumelar, Ketua dan pendiri YKPI
#elevate women