Studi: Obat Molnupiravir Efektif Turunkan Risiko Kematian akibat Covid-19

Hilda Irach diperbarui 11 Okt 2021, 08:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Perusahaan farmasi Amerika Serikat (AS), Merck, berhasil mengembangkan obat Covid-19 yang diklaim mampu mengurangi risiko kematian atau rawat inap di rumah sakit bagi kalangan paling rentan. Obat ini bernama molnupiravir.

Merck mengumumkan bahwa dalam uji klinis internasional, obat Covid-19 molnupiravir menurunkan risiko kematian dan perawatan di rumah sakit pada hampir setengah dari mereka yang terinfeksi Covid-19 bergejala ringan dan sedang.

Studi ini dilakukan pada pasien Covid-19 di beberapa negara yang belum divaksin dengan paling tidak satu faktor risiko seperti di atas 60 tahun, diabetes, dan obesitas.

Analisis sementara terhadap 775 pasien yang berpartisipasi dalam studi yang dilakukan Merck dalam pengujian molnupiravir, 7,3% dari mereka yang diberikan obat dua kali sehari selama lima hari di rawat di rumah sakit tidak ada yang meninggal dalam 29 hari setelah pengobatan. Sementara, 14,1% pasien yang menerima pil plasebo harus dirawat di rumah sakit dan terdapat delapan kematian.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Bakal mengajukan EUA

Studi temukan obat molnupirafir terbukti turunkan risiko rawat inap dan kematian akibat Covid-19. (Pexels/karolina grabowska).

Melihat potensi dan harapan dari molnupiravir, Merck bersama rekannya Ridgeback Biotherapeutics bakal mengajukan emergency of authorization atau izin penggunaan darurat obat tersebut.

Bila memang obat ini mendapatkan lampu hijau penggunaan darurat, obat ini berpotensi menjadi obat antivirus Covid-19 oral pertama di dunia yang dapat diberikan kepada pasien yang belum mendapatkan perawatan di rumah sakit

Meski demikian, para pakar mengatakan bahwa vaksinasi masih menjadi alat utama dalam mencegah penyakit Covid-19 parah. Namun, para pakar juga antusias akan adanya kemungkinan pengobatan yang tepat bagi mereka.

"Pertama dan terpenting untuk mencegah COVID-19 dengan vaksinasi. Mencegah lebih baik daripada mengobati," pesan virolog dari University of North Carolina, Timothy Sheahan.

Sheahan pun berharap obat tersebut selain mengurangi risiko kesakitan dan kematian, juga bisa mengurangi penularan SARS-CoV-2. Berdasarkan uji klinis sementara obat tersebut mempercepat pembersihan virus dari hidung dan tenggorokan orang. Ini sinyal bahwa orang yang terinfeksi mungkin kurang cenderung menyebarkan patogen.

#Elevate Women