Perempuan yang Menjadi Tulang Punggung Keluarga, Hatinya Luar Biasa Tabah

Endah Wijayanti diperbarui 02 Okt 2021, 14:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap harinya kita berurusan dengan uang. Menghasilkan uang hingga mengatur uang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kita. Bahkan masing-masing dari kita punya cara tersendiri dalam memaknai uang. Dalam tulisan kali ini, Sahabat Fimela berbagi sudut pandang tentang uang yang diikutsertakan dalam Aku dan Uang: Berbagi Kisah tentang Suka Duka Mengatur Keuangan. Selengkapnya, yuk langsung simak di sini.

***

Oleh: S

Aku sering berandai-andai memiliki uang lebih dari cukup untuk hidupku. Alangkah indahnya jika aku bisa memenuhi kebutuhan hidupku tanpa melihat harga yang harus aku bayar ketika membeli sesuatu. Tapi, lagi dan lagi kenyataan membangunkan lamunanku.

Aku bekerja dari 2015. Ya, sudah 6 tahun aku mencari kebutuhan hidup untuk memenuhi kebutuhan keluargaku. Gajiku bisa dibilang cukup. Cukup untuk makan dan biaya kuliah adikku. Begitulah rutinitasku menjadi tulang punggung keluarga semenjak kepergian bapak.

Setiap awal bulan, uang yang kuhasilkan dari bekerja, aku bagi rata dengan ibuku. Walaupun aku menyadari, gajiku tak banyak dan tak seberapa, tapi ibuku selalu menerima pemberianku dengan ikhlas dan tak mengeluh.

 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Senantiasa Bersyukur Bisa Bertahan Hingga Detik Ini

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/oduaimages

Guratan malu terkadang aku baca dari mimik wajahnya ketika menerima uang pemberianku. Apa yang aku baca dari wajah orang tuaku adalah rasa menyesal karena menjadikanku tulang punggung keluarga di saat usiaku belum sedewasa itu. Aku sering ingin berkata, "Ibu, jangan malu, ini bahkan tak seberapa dibanding jasa-jasamu untukku."

Terkadang, untuk menghilangkan rasa malu ibuku ketika menerima pemberian gajiku, aku sering mentransfer uang padanya daripada memberi secara langsung. Hal itu aku lakukan agar beliau tak memiliki rasa bersalah padaku.

Hari berlalu, bulan berganti, dan tahun terus berjalan. Sampai pada titik sekarang, aku bersyukur bahwa gajiku cukup untuk menghidupi keluargaku. Aku pernah dengar ada seseorang bilang, "Hidup bukan tentang seberapa banyaknya uang yang kita miliki, tapi berkahnya rezeki yang kita dapatkan sehingga cukup dan dapat mencukupi." Hal itu menjadi penyemangat hidupku untuk mengelola keuangan dengan baik. 

Aku dan ibuku pernah mengalami titik di mana mungkin keuangan kami tidak stabil karena kebutuhan di luar rencana. Ibuku terkadang membantuku mencari nafkah demi menutupi pengeluaran tak terduga agar tak membebaniku. Rasa lelahnya terkadang menyayat hatiku dan mencambukku untuk bekerja lebih giat.

Aku bersyukur, kami bisa bertahan sejauh ini dengan saling membantu dan mengandalkan satu sama lain. Terima kasih kepada Allah yang telah mencukupkan rezeki untuk keluargaku.

Terima kasih juga kepada ibuku tercinta yang selalu memahami setiap kondisiku dan banyak berkorban untukku. Aku berharap bisa lebih banyak membantu di masa depan dan bisa membuat hidupmu lebih nyaman.

#ElevateWomen