Kepercayaan Publik terhadap Media Arus Utama dibanding Media Sosial, Menurunkah?

Febi Anindya Kirana diperbarui 01 Okt 2021, 16:25 WIB

Fimela.com, Jakarta Seiring berkembangnya teknologi dan media sosial, sepertinya saat ini masyarakat lebih mudah menaruh kepercayaan menyerap dan menerima berita dari media sosial daripada media arus utama seperti surat kabar, televisi nasional dan media siber terpercaya. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang baru-baru ini diadakan oleh Universitas Prof. Dr. Moestopo (beragama) yang bekerja sama dengan dewan pers untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan masyarakat terhadap media arus utama.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap media arus utama atau media pers dibandingkan dengan platform media sosial di masa pandemi Covid-19. Penelitian yang berjudul ‘Kepercayaan Publik terhadap Media Arus Utama di Masa Pandemic Covid 19’ ini menemukan bahwa media arus utama masih cukup dipercaya oleh publik.

Namun, seperti dikatakan Ibu Dwi Ajeng Widarini, S.sos, MI. Kom sebagai anggota tim peneliti saat ditemui di kantor KLY Malang (27/09), “Setelah membagi responden menjadi beberapa level generasi, kami menyadari bahwa masing-masing generasi melihat informasi yang mereka dapatkan pertama kali melalui media sosial.”

2 dari 2 halaman

Press Conference Universitas Prof. Dr. Moestopo

ilustrasi prescon/Endah Wijayanti/Fimela.com

“WhatsApp, Instagram, Youtube, dan media siber menjadi salah satu sumber informasi utama yang sering digunakan oleh responden kami yang berjumlah 1.020 orang di 34 provinsi. Mereka juga cenderung menikmati informasi dari media arus utama secara gratis karena masyarakat merasa perlu mendapatkan informasi itu secara gratis tanpa peduli bahwa media tersebut juga membutuhkan dana,” lanjut Ibu Ajeng.

Kecenderungan penggunaan media sosial dibandingkan media arus utama ini bisa dicermati oleh media arus utama bahwa ke depannya manajemen dari media pers arus utama harus bergerak cepat untuk membuat struktur pendanaan yang tidak hanya fokus pada pendanaan dari pelanggan tapi juga pengembangan dari konten itu sendiri. Karena bagaimana pun juga media arus utama, terutama media siber menjadi media utama yang digunakan sebagai media klarifikasi dari informasi yang didapat melalui media sosial.

Berdasarkan data, media arus utama terutama media siber dipilih responden sebagai media yang dipercaya untuk memperoleh informasi karena kecepatannya, kemudahan akses dan terpercaya. Media siber atau media online tersebut juga lebih dipilih dan dipercaya apabila media siber tersebut sudah memiliki ‘nama besar’.

Secara lebih rinci, penelitian menyebutkan bahwa pada tahun 2019 media online/siber merupakan media yang diakses responden dalam mendapatkan informasi pertama (26,67 %), sedangkan pada tahun 2021 sebesar 22,5 %. Pada tahun 2020 aplikasi WhatsApp merupakan media pertama yang digunakan dalam mendapatkan informasi yaitu sebesar 22,5 %, sedangkan pada tahun 2019 sebesar 22,75 %. Hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan kepercayaan masyarakat terhadap media sosial ke depannya bisa terus meningkat.

Hasil research ini menjadi salah satu pengingat bahwa meskipun media sosial menjadi media pertama yang dijadikan media pertama untuk mendapatkan berita, namun jangan abaikan bahwa media arus utama tetap dijadikan acuan klarifikasi benar atau tidaknya berita yang diterima dari media sosial. “Oleh karena itu, media arus utama, melalui sumber daya manusianya, harus meningkatkan tidak hanya traffic tapi bagaimana nilai-nilai jurnalisme untuk melakukan klarifikasi, untuk menyampaikan data dan fakta itu tetap menyajikan unsur-unsur yang dapat dipercaya,“lanjut Ibu Ajeng.

Media sosial memang menjadi media yang sangat mudah sekali untuk diakses baik terkait Covid 19 maupun berita lainnya, namun kepercayaan masyarakat tetap perlu ditingkatkan sehingga masyarakat tidak condong mempercayai informasi yang belum terverifikasi dari media sosial.

#ElevateWoman with Fimela