Hidup akan Lebih Bermakna saat Kita Senantiasa Berbagi kepada Sesama

Endah Wijayanti diperbarui 01 Okt 2021, 12:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap harinya kita berurusan dengan uang. Menghasilkan uang hingga mengatur uang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kita. Bahkan masing-masing dari kita punya cara tersendiri dalam memaknai uang. Dalam tulisan kali ini, Sahabat Fimela berbagi sudut pandang tentang uang yang diikutsertakan dalam Aku dan Uang: Berbagi Kisah tentang Suka Duka Mengatur Keuangan. Selengkapnya, yuk langsung simak di sini.

***

Oleh: Cynthia Der Waskuri

Aku dan uang memiliki hubungan love and hate sejak dahulu. Aku kadang kebingungan kemana semua uangku dibelanjakan, apakah barang yang aku beli bermanfaat dan apakah saat menggunakannya aku berlaku bijak?

Seperti halnya masa periode menstruasi, gaji datang sebulan sekali tetapi selesai (habis) hanya dalam hitungan hari. Ya, aku dulu boros dan mungkin kurang termotivasi, tak terobsesi, dan malas menjadi seorang yang ambisius untuk menghasilkan uang. Akibatnya itu sangat merugikan aku.

Aku sadar bahwa aku harus bisa menjadi sukses secara finansial dan jangan berharap pada hal yang belum pasti karena itu tidak mencerminkan sebagai perempuan mandiri yang tangguh yang bisa menciptakan dan memberikan kebahagiaan untuk diri sendiri dan juga kepada orang-orang tersayang. Semua rentetan ketidakdisiplinan di waktu muda aku dalam pengaturan keuangan untuk masa kini dan masa depan selalu berputar di atas kepalaku dan memori aku. Itu cukup membuatku menyesal dan kecewa karena aku terlalu egois dan tidak berpikir secara logis, kurang peka, dan terhanyut pada impian semu tak terarah, tanpa strategi dan kesadaran kemampuan mengukur diri dan waktu.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Tak Ingin Mengulangi Kesalahan yang Sama

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/Narong+Yuenyongkanokkul

Aku tersadar dan hatiku tergerak, bagaimana bisa dahulu aku duduk santai di sebuahkcafe di sore hari menikmati afternoon tea dengan kudapan manis nan imut, di saat ada kerabat di desaku berjuang untuk mendapatkan uang membeli beras untuk esok hari?

Bagaimana bisa aku tertawa lepas saat bernyanyi bersama teman-temanku di saat orang yang aku sayang di desaku melawan kantuknya siang dan malam untuk membuat aneka kue tradisional demi bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari di masa tuanya?

Dan bagaimana bisa aku berbelanja merdeka tanpa melihat harga pada barang-barang sepele disaat ada salah satu kerabat yang kesulitan memenuhi kebutuhan sekolah? Bagiku perilakuku di masa lalu itu sangat mengerikan.

Aku tersadar saat kembali menapak bumi di desaku yang membuatku terbangun untuk memahami betapa pentingnya memiliki impian dan tujuan hidup yang jelas, usaha yang nyata dan terarah serta memahami arti kebahagiaan yang sebenarnya.

Aku melihat penduduk di desaku yang terlihat tidak memiliki pekerjaan yang mentereng tapi sudah memiliki rumah, baik rumah berukuran kecil dan sederhana maupun bak istana. Ya, aku sangat terpukau dan membuatku bertanya, “Ke mana saja aku selama ini dan apa yang sudah aku hasilkan dan wujudkan dalam hidup ini?”

Penampilan luarku mungkin terlihat lebih mengikuti zaman. Namun mereka yang berperilaku lebih sederhana sudah memiliki banyak hal yang membuat jiwa aku terpalu dan merasa malu. Aku merasa sudah mempergunakan banyak waktu untuk memenuhi keinginan sesaat yang semu dan tidak berpikir panjang memikirkan hal apa yang seharusnya sudah bisa aku miliki di hari ini.

3 dari 3 halaman

Berbagi dan Berbahagia

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/nengnatee

Kadang aku mencoba menenangkan diri dan berdamai dengan diri sendiri, mungkin aku memiliki kelebihan lain meskipun belum memiliki rumah impian dan aset lainnya. Mungkin kehidupanku lebih berwarna dan bahagia tanpa beban dan tekanan dibandingkan mereka yang telah memiliki segalanya.

Aku melihat, menyaksikan, dan merenungi keadaan di sekitarku. Kehidupan yang tampak sederhana dan biasa, tetapi memiliki kebahagiaan penuh makna hasil dari pahit getir perjuangan yang luar biasa dan menjalani kehidupan dengan ikhlas, serta selalu berpikir positif bahwa segalanya akan menjadi lebih baik.

Uang bagiku bagaikan air mengalir, kadang deras dan berlimpah, namun terkadang melambat bahkan mengering. Layaknya mata air dan sebuah sumur hidup, uang akan tetap ada jika aku mencarinya, memeliharanya, dan berusaha untuk mengembangkannya menjadi hal yang bermanfaat.

Kini aku bisa memahami arti uang yang sebenarnya menurut versi aku untuk tujuan yang lebih positif. Aku semakin ingin bisa lebih membantu memberikan berjuta kebahagiaan kepada keluarga, kerabat, tetangga, dan teman-temanku. Memberi kebahagian bukan hanya berbentuk uang namun bisa berupa hal lain yang bersumber dari uang, seperti hadiah, membantu membiayai sekolah, mengadakan acara kejutan, ataupun memberi barang yang sangat dibutuhkan.

Saat ini aku sudah memiliki tujuan yang jelas dan detail akan hal apa yang benar-benar aku butuhkan dan impikan dengan pengaturan keuangan yang lebih realistis, simpel, dan mudah dicapai. Aku lebih menyadari dan memahami bahwa memberi kebahagiaan adalah sumber dari kebahagiaanku, dan besar kecilnya bukanlah suatu masalah, karena bagi mereka yang menerimanya merasakan niat yang tulus adalah hal utama.

#ElevateWomen