Fimela.com, Jakarta Keindahan dan keanggunan batik memang mampu membuat banyak orang jatuh cinta.
Salah satu sosok yang mencintai batik adalah Dr. dr. Diani Kartini, SpBKOnk, dokter ahli Bedah onkologi di Jakarta.
Menurutnya, batik adalah karya seni yang memiliki nilai estetik yang tinggi. Motif batik memiliki makna. Misalnya, Parang, Truntum, Sido Mukti dan sebagainya. Karenanya meski sudah mempunyai profesi yang mumpuni, kecintaannya pada batik membuatnya tetap mempunyai waktu dan pemikiran untuk kain tradisional asal Jawa ini.
Berprofesi sebagai dokter ahli bedah onkologi dan dosen di Universitas Indonesia ternyata tidak menyurutkan hobinya berdagang batik yang memang sudah dilakukan sejak ia masih menjadi mahasiswa.
Bahkan jika dulu jualannya masih terbatas di lingkungan kampus dan orang-orang di sekitar lingkungan, sudah setahun terakhir ini, menggunakan label DeKa Batik and Art, dokter murah senyum ini mengembangkan usaha bisnis batiknya.
“DeKa Batik and Art ada sekitar 1 tahun yang lalu. Saat pandemi muncul ide untuk menciptakan DeKa. Dan sejak dari sekolah mahasiswa saya suka jualan batik dan berlanjut sampai sekarang. Nah, dari 1 tahun lalu serius mendalaminya," ujar dr. Diani kepada Fimela.
Dikenalkan nenek dan orangtuanya
dr. Diani mengakui kecintaannya pada batik ini tak lepas dari lingkungan tempat dibesarkan. Nenek dan orangtuanya yang berprofesi sebagai pengusaha batik.
Hal ini membuatnya mengenal batik sejak lahir. Detail menciptakan selembar kain putih menjadi suatu karya yang sangat indah dikenalnya dengan baik. Orang tua sedikit demi sedikit menularkan ilmunya tentang batik.
Berbekal pengetahuan inilah, dr. Diani tak terlalu rumit dalam menentukan motif batik yang akan dibuatnya begitu juga untuk produksinya.
"Untuk motif bisa dari motif-motif yang ada, bisa dimodifikasi. Bisa juga saya dapatkan dari motif-motif kuno yang ada di buku-buku. Ide juga bisa saya dapat pada saat jalan-jalan,” ujarnya.
Menurutnya, proses batik pun beragam. Ada batik tulis, batik cap, batik printing dan sebagainya. Banyak juga yang tidak bisa membedakan proses-proses tersebut.
Membagi waktu
Dibantu oleh timnya, meski kegiatannya sebagai dokter ahli bedah dan dosen sangat padat, ia masih dapat memantau produksi DeKa Batik and Art dengan baik selama ini.
"Produksinya sendiri ada dalam bentuk bahan untuk pria dan wanita, sarung selendang, sarimbit (sarung selendang dan bahan untuk pria). Selain itu saya juga membuat pernak-pernik dari batik. Misalnya sajadah, aneka tas, seperti tas belanja, tote bag dan sebagainya.”
Untuk segmen pembelinya dilihat dari konsumen yang membeli batiknya selama ini, menurutnya masuk dalam segmen menengah ke atas.
Adapun kelebihan dari batik milik dr. Diani ini semua batiknya dibuat sendiri dan dibuat dengan kualitas terbaik. Lama produksinya sendiri tergantung dari proses batiknya juga. Misalnya batik tulis, 1 lembar batik bisa dibuat berbulan-bulan.
Batik cap kombinasi bisa lebih cepat. Tentunya semakin rumit prosesnya, harga batik semakin tinggi.
"Untuk promosinya sendiri selain dari mulut ke mulut, juga memanfaatkan media sosial IG. Teman sejawat saya tawarkan juga. Alhamdulillah respons baik. Dengan sekitaran harga mulai dari 100 ribu hingga 4 jutaan, produk @deka_batikandart ini sudah ke beberapa kota di pulau Jawa hingga ke luar pulau Jawa.”
Kedepannya perempuan kelahiran 24 Januari ini berharap produknya semakin luas dikenal masyarakat.
Di Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober ini, dr. Diani berharap momen ini bisa mengajarkan pada anak-anak jaman sekarang, apakah karya batik itu dan bagaimana agar batik terus dilestarikan. Batik merupakan warisan budaya bangsa yang tidak lekang oleh waktu dan wajib dijaga kelestariannya sampai kapanpun.
#elevate women