Saat menjadi Direktur Kreatif Dior, March Bohan sempat menyoroti koleksi Slim Look pada tahun 1961. Koleksi yang sempat dinilai sebagai perubahan mode. Foto: Document/Dior.
Maria Grazia Chiuri pergi kembali ke awal era 1960an ini, melakukan perubahan dan merepresentasikan koleksi tersebut menjadi sesuatu yang baru, untuk dunia yang belum juga pulih dari pandemi. Foto: Document/Dior.
Siluet dari setiap busana dalam koleksi terbaru Dior ini berhasil mengungkapkan potongan dan efek grafis yang dialihkan dalam warna kuning, hijau, merah, biru tua, oranye, dan raspberry. Hal yang sangat khas March Bohan dalam permainan blok warnanya. Foto: Document/Dior.
Warna-warna tersebut juga melambangkan geometris spasial di jantung permainan impian karya seniman Anna Paparatti, untuk mempertanyakan aturan seni dan kehidupan. Foto: Document/Dior.
Maria Grazia Chiuri kemudian melakukan pendekatan dengan membayangkan skenografi pertunjukan dalam semangat yang absurd, kembali mencerminkan alam semesta dari berbagai karya-karyanya. Foto: Document/Dior.
Jaket dihadirkan kembali dengan potongan kotak. Mantel, rok, celana pendek, dan gaun digabungkan dalam beberapa cara, sehingga menjadi rangkaian yang kontras. Foto: Document/Dior.
Desainnya dihadirkan dalam bordir 3D, yang disempurnakan dengan efek visual bertekstur. Penggunaan bahan, seperti scuba dan nilon menafsirkan ulang volume, merevolusi tampilan perempuan yang memakainya. Foto: Document/Dior.
Siluet setiap busana memang dirancang untuk bersinar di atas lantas dansa, membangkitkan nuansa klub malam yang legendaris di Romawi, yaitu Piper Club. Tempat yang luas, penuh warna, dan merupakan lambang kebebasan. Foto: Document/Dior.