Menjadi Tulang Punggung Keluarga, Anak SD Bersekolah Sambil Jualan Kerupuk Hanya Kantongi Rp 8 Ribu

Fimela Reporter diperbarui 29 Sep 2021, 18:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Bagi kita semua, waktu merupakan uang. Tuntutan hidup yang harus dipenuhi menuntut kita untuk selalu menghadapi segala tantangan yang diberi. Seperti Fahri, yang merupakan seorang anak kelas 5 SD. Menjadi tulang punggung keluarga, dirinya harus bersekolah sambil mencari uang dengan berjualan. 

Waktu adalah segalanya untuk Fahri. Jangankan untuk bermain, waktu Fahri hampir seluruhnya ia gunakan untuk berjualan kerupuk di sekitar. Hal ini ia lakukan karena tuntutan untuk mencukupi kebutuhan keluarga

Hal ini pastinya membuat kita semua bertanya-tanya, ke mana kedua orangtua yang seharusnya melakukan peran tersebut? Simak kisah Fahri yang menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan kerupuk berikut ini, dikutip dari merdeka.com pada Rabu (29/09).

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Sekolah sambil berkeliling menjual kerupuk

Fahri berkeliling di daerahnya untuk berjualan kerupuk (Dok. kitabisa.com)

Langkah kecil Fahri menyusuri jalan dan gang satu per satu. Raut mukanya tak menampakkan sedikit rasa lelah. Satu hal yang ingin ia capai adalah memenuhi kebutuhan keluarganya. 

Sambil mengenakan seragam merah-putihnya, Fahri meletakkan kerupuk di atas kepalanya dengan ditopang oleh satu tangan. Sedangkan tangan lainnya, ia gunakan untuk memegang plastik berisi kerupuk dan jajanan. 

Namun, naas, dalam sehari Fahri hanya dapat meraup Rp 8 ribu. Yang semuanya harus ia berikan untuk keluarganya.

“Ia hanya bisa menghasilkan sekitar Rp8 ribu saja, namun ia ingin terus membantu keluarganya yang kini sedang kesulitan,” dikutip oleh merdeka.com melalui kitabisa.com

3 dari 4 halaman

Menumpang pada kerabat

Fahri menjalani kegiatan sekolah sambil berjualan (Dok. kitabisa.com)

Hanya meraup untung Rp 8 ribu per hari, keluarga Fahri mengalami kesulitan untuk memeroleh rumah tetap. Keluarganya tak mampu membayar uang sewa hingga akhirnya diusir dari kontrakan. 

Fahri tinggal bersama ayah, ibu dan kakak perempuannya. Mereka berempat tinggal di dalam kamar berukuran 3x4 meter. Kamar tersebut diketahui merupakan milik sang kerabat dari keluarganya. 

Di kamar kecil tersebut, sang ibu terbujur sakit. Kondisi sang ibu membuat Fahri tak mampu berbicara banyak soal ekonomi keluarganya. 

“Mereka tak mampu membayar uang sewa tempat tinggalnya,” dikutip dari laman kitabisa.com.

4 dari 4 halaman

Ekonomi keluarga mengkhawatirkan

Fahri berkeliling untuk berjualan sambil menenteng kerupuk (Dok. kitabisa.com)

Sembari Fahri berjualan, sang ibunda dirawat oleh kakak perempuannya. Kakak perempuannya yang sempat putus SMP, diketahui tidak bekerja. 

Sang ayah pun bekerja sebagai pekerja serabutan dengan gaji yang tidak menentu. Sejak pandemi Covid-19 melanda, ayahnya yang awalnya bekerja sebagai buruh hotel, harus terpaksa berhenti karena tuntutan perusahaan. 

“Sebelum pandemi, orang tua Fahri bekerja sebagai buruh di hotel, dengan penghasilan sekitar Rp50 ribu per hari,” dikutip dari lama kitabisa.com.

Meski berjuang dengan keras, bahu kecil Fahri tak mampu untuk menghidupi keluarga kecilnya tersebut. Namun, ia tetap mengutamakan kebutuhan keluarganya. Harapannya besar, kesehatan ibu yang kembali pulih dan ekonomi keluarga yang membaik. 

 

Penulis: Meisie Cory

#Elevate Women