Fimela.com, Jakarta Bicara soal atlet nasional, Indonesia boleh bangga karena punya sederet nama berprestasi yang mengharumkan bangsa. Salah satunya adalah Eko Yuli Irawan, atlet nasional yang juga menjadi bagian dari Team Visa yang berhasil membawa medali di setiap perhelatan olahraga akbar, termasuk Olimpiade Tokyo 2020 lalu.
Flashback ke belakang, atlet dengan segudang prestasi ini ternyata tumbuh di keluarga sederhana yang bahkan tidak memiliki DNA atlet. Namun, Eko berhasil membuktikan bahwa mimpi apapun bisa dicapai lewat kerja keras, mental yang kuat, dan tentu saja dukungan keluarga yang selalu mengiringi langkahnya.
Punya cerita perjalanan yang inspiratif, PT Visa Worldwide Indonesia mengundang Eko Yuli untuk berbagi inspirasi dalam Bincang Inspiratif Visa, Wujudkan Mimpi di Tengah Keterbatasan, yang berlangsung secara virtual dan bisa ditonton ulang di Youtube Channel.
Nggak hanya Eko Yuli, webinar ini juga menghadirkan Head of Corporate Communications PT Visa Wordwide Indonesia, Widyananto Sutanto dan Psikolog Analisa Widyaningrum. Simak highlight obrolan mereka yang mengulik lebih jauh tentang mental juara dan mempertahankan motivasi untuk selalu sehat.
Team Visa Telah Mendukung Lebih dari 400 Atlet Berprestasi di Seluruh Dunia
Memberikan sambutan dan penghargaannya di awal Webinar, Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia Riko Abdurrahman menyampaikan apresiasi yang besar kepada Eko Yuli Irawan atas capaian yang luar biasa dan menjadi kebanggaan Tim Visa dan juga Indonesia.
"Terima kasih Mas Eko, Atas nama Visa Indonesia, sebagai satu-satunya wakil Indonesia di Tim Visa, kumpulan atlet kelas dunia. Terima kasih atas seluruh pengorbanan dan dedikasinya mengharumkan nama bangsa selama ini. Saya yakin sekali kita akan masih melihat prestasi-prestasi selanjutnya dari Mas Eko. Doa kami, Mas Eko tetap semangat, sehat dan bisa menularkan skill dan prestasinya kepada para juniornya, supaya angkat besi Indonesia terus mendunia," kata Riko Abdurrahman, Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia.
Visa yang dikenal sebagai perusahaan terdepan dalam sistem pembayaran digital di dunia merangkul Eko Yuli Irawan sebagai salah satu anggota Team Visa dalam ajang Olympic Games Tokyo 2020.
Team Visa sendiri telah dibentuk sejak tahun 2000. Selama perjalanannya, Team Visa telah memberikan dukungan kepada lebih dari 400 atlet berprestasi di seluruh dunia dalam mengejar cita-cita dan impian mereka. Kerennya, Eko Yuli Irawan berhasil menjadi atlet Indonesia pertama yang bergabung dalam Team Visa untuk ajang Olympic Games Tokyo 2020, lho.
Berawal dari Keinginan Sederhana: Punya Piala
Keinginan sederhana ternyata bisa memberikan hasil yang luar biasa jika dijalankan dengan tekad dan semangat yang tinggi. Begitulah yang terjadi pada diri Eko yang ternyata nggak sengaja masuk dalam dunia angkat besi. Dalam webinar tersebut, ia menceritakan bahwa jalan hidupnya ini berawal dari keinginan sederhana, yaitu punya piala.
"Saya hobi untuk olahraga dan di rumah ingin punya piala. Cuma kalau dari segi pendidikan belum mampu. Tadinya saya ingin cabang olahraga apapun, ternyata jodohnya ke olahraga angkat besi ini," kata Eko Yuli.
Ketika pertama kali terjun, ia sama sekali tidak memiliki pikiran akan menjadi juara. Ia bahkan menjadikan tempat latihan seperti tempat bermain karena ramai dan banyak temannya. Demi mendapatkan dukungan dari kedua orang tua, ia berusaha tetap bertanggung jawab terhadap tugasnya membantu orang tua, salah satunya dengan menggembala kambing.
Medali Emas Pertama yang Membuka Banyak Pintu
Menjalani proses latihan selama berbulan-bulan, Eko akhirnya mendapat kesempatan mengikuti kejuaraan nasional. Hasilnya pun bikin bangga karena ia berhasil meraih medali emas pertamanya. Hal inilah yang menjadi motivasi tinggi agar bisa lebih sukses, dapat membantu orang tua dan tentunya membawa nama harum bangsa.
"Dari situ mulai punya keinginan dan mimpi di olahraga angkat besi berikutnya mau kemana. Punya motivasi ingin medali emas Olimpiade dari situ," ujarnya.
Setelah lulus dari sekolah dasar, Eko merantai ke Bogor dan membuat target bahwa saat pulang nanti harus ada hasil. Selanjutnya di tahun 2006 menjadi momen penting karena berhasil masuk pelatnas dan pintu mewujudkan mimpi go international pun ada di depan mata.
"Setiap kejuaran nasional saya dapat medali emas terus, dari situ saya berkomitmen untuk meraih medali emas Olimpiade. Gak ada tekanan, justru setiap ada waktu luang saya berlatih lagi dan membenahi kekurangan saya. Kalau bisa tahun depan itu, jangan sampai prestasi menurun," ungkapnya.
Di tengah perjuangan meraih mimpi, ia tidak meninggalkan kewajiban kepada orang tua. Dari uang saku yang didapat selama di pelatnas, Eko bisa membantu kedua orang tuanya. Keberhasilannya meraih medali emas di Sea Games juga membuatnya semakin yakin untuk bisa membantu orang tua.
Mental Juara yang Dimiliki Sejak Dini
Analisa Widyaningrum, Psikolog dan CEO APDC Indonesia mengaku kagum dengan mentalitas yang dimiliki Eko Yuli. Dari sudut pandang orang tua, Ana bahkan sangat merinding mendengar seorang anak SD sudah memiliki motivasi.
"Usia anak-anak sedang ada fase mereka secara kognitif lagi melihat sesuatu yang nyata terus dia ingin sesuatu karena ada proses modeling atau imitasi. Mas Eko ingin sukses dan punya piala karena ada role model, meski bukan keluarga atlet. Saya rasa itu menjadi salah satu cara sebagai orang tua menumbuhkan mental juara. Motivasi anak berprestasi dan mindset menjadi pemenang ternyata bisa dipupuk sejak kecil," ujar Anna.
Ana sendiri juga yakin jika sejak kecil Eko sudah berhasil menumbuhkan tanggung jawabnya. Keinginan untuk berprestasi sejak kecil juga didasari oleh pola asuh.
"Pasti tidak jauh dari pola asuh orang tua. Peran orang tua sangat luar biasa, memberikan pola asuh tentang kegigihan, kerja keras sejak dini. Hal itu yang sekarang sangat kita butuhkan, terlebih anak-anak generasi alpha (yang lahir setelah tahun 2010) saat ini," tambahnya.
Motivasi Diri dengan Target yang Harus Dilampaui
Salah satu tantangan yang biasanya dialami para atlet adalah motivasi untuk terus berprestasi. Namun, Eko punya triknya, yaitu terus memberikan suntikan motivasi dengan target tinggi. Ia mengungkapkan bahwa angkat besi adalah cabang olahraga terukur. Pemenangnya adalah dia yang lebih kuat.
"Saya lihat prestasi (atlet) di tingkat dunia, saya compare dengan prestasi saya. Kira-kira saya ada di peringkat mana? Setelah tahu, oh ternyata masih di peringkat lima. Berapa sih bisa juara di tingkat Olimpiade? Kita punya patokan sendiri, jadi di latihan kita punya target untuk mencapai (jumlah) angkatan tersebut," ujar Eko Yuli.
Mental Tahan Banting untuk Konsisten Mengukir Prestasi
Eko mengungkapkan untuk bisa mempertahankan konsistensi berprestasi, dibutuhkan mental yang kuat. Hal ini merupakan pelajaran dari pengalamannya sendiri. Misalnya saat persiapan Olimpiade sejak 2008, ia harus berhadapan dengan kondisi cedera, tulang kering yang retak, hingga cedera lutut. Perlu mental tahan banting agar bisa terus berprestasi.
"Dari 2008, persiapan saya untuk Olimpiade itu selalu dalam kondisi cedera, benar-benar mental harus dibangun. Dari dulu persiapan Olimpiade paling hanya sekitar setengah tahun. Dengan waktu yang singkat kita harus dapat mencetak prestasi yang membanggakan di Olimpiade. Mau gak mau kita harus push diri kita sendiri dengan resiko cedera itu," ungkap Eko.
Di tengah kondisi tersebut, ia berusaha menenangkan diri dan berpikir positif. Ia juga berusaha menghadirkan semangat baru, motivasi baru, dan melupakan rasa sakit serta cedera yang dialami.
Sementara itu, tantangan di Olimpiade Tokyo lalu juga nggak kalah berat, yaitu berhadapan dengan situasi pandemi.
"Saya tidak menyalahkan kondisi pandemi, karena semua negara merasakan hal yang sama. Walaupun hasilnya seperti ini, kita tidak pernah menyalahkan keadaan. Karena kita memang harus berbenah diri. Lebih baik mempersiapkan diri dengan lebih baik lagi," ujarnya.
Sepakat dengan Eko, Analisa Widyaningrum juga menganggap bahwa mental yang kuat adalah modal penting yang harus dimiliki. Terutama dalam menghadapi situasi pandemi yang serba tidak pasti.
"Dengan perjalanan Mas Eko yang sejak kecil melalui keterbatasan sampai akhirnya menjadi pemenang di setiap Olimpiade, maka mental tahan banting merupakan sebuah mindset yang perlu kita punya. Bukan hanya bagi atlet, tapi juga masyarakat luas saat menghadapi pandemi," ungkap Ana.
Ana juga menambahkan bahwa untuk menghadapi perubahan yang signifikan diperlukan mindset yang terus bertumbuh. Harus fokus dengan apa yang bisa dilakukan dan tidak menyalahkan situasi yang ada di luar kendali.
Mindset yang terus bertumbuh ini juga yang ditunjukkan oleh Visa, sebagai perusahaan terdepan dalam sistem pembayaran digital di dunia. Di masa pandemi ini, Visa menghadirkan inovasi pembayaran dengan sistem contactless di Indonesia.
Teknologi kartu contactless sudah semakin mengglobal dengan pertumbuhan 30% di dunia, serta penggunaan yang semakin banyak di Asia. Negara-negara seperti Singapura, Australia, Hong Kong dan New Zealand sudah menggunakan pembayaran dengan kartu contactless hingga 90% sehari-harinya.
Jadi, pengguna kartu Visa hanya perlu mendekatkan kartunya di mesin pembayaran elektronik yang memiliki logo contactless, tanpa perlu memasukkan PIN sampai jumlah tertentu. Transaksi bisa selesai dalam hitungan detik, lebih aman dan bebas sentuhan!
Wah, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari atlet kebanggaan Team Visa dan tanah air, Eko Yuli Irawan. Semoga bisa menjadi insight baru buat kamu dalam mewujudkan mimpi di tengah keterbatasan ya, Sahabat Fimela!