Covid-19 Meningkatkan Kasus Demensia Alzheimer, Yuk, Cegah dengan Deteksi Dini

Novi Nadya diperbarui 25 Sep 2021, 13:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Lansia dengan pikun banyak mendapatkan pemakluman, padahal kita bisa mencegahnya dengan cara deteksi dini demensia. Apalagi di masa pandemi, kasus demensia diperkirakan meningkat dari 55 juta menjadi 78 juta pada tahun 2030. 

Data tersebut didapat dari Alzheimer's Diseas International (ADI). Pandemi Covid-19 semakin memperparah karena pembatasan aktivitas pada lansia dan kesulitan bersosialisasi yang secara tak langsung dapat memicu peningkatan kasus demensia.

“COVID-19 yang berperan menambah kemungkinan tingginya angka demensia menurut penelitian, menjadi salah satu alasan utama pencegahan dini harus dilakukan. Dengan melibatkan banyak pihak, termasuk para pemangku kepentingan agar angka ODD dapat ditekan,” ujar Direktur Eksekutif ALZI, Michael Dirk R. Maitimoe dalam konferensi pers virtual “Kenali Demensia Alzheimer dari Sekarang”, Alzheimer’s Indonesia (ALZI) Ajak Masyarakat Lakukan Deteksi Dini, Jumat (24/9/2021)

Sosialisasi deteksi dini demensia penting dilakukan bagi seseorang yang menginjak usia lanjut. Apalagi jika muncul tanda-tanda seperti pikun, lupa arah pulang, sampai gangguan berkomunikasi yang mengganggu aktivitas kesehariannya.

 

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Manfaat pentingnya deteksi dini demensia

Dalam rangka memperingati bulan Alzheimer sedunia ke-10, Yayasan Alzheimer Indonesia (ALZI) menghadirkan rangkaian webinar bertema "Knowing Alzheimer's: The Importance of a Timely Diagnosis" yang berarti Kenali Demensia Alzheimer dan Pentingnya Deteksi Dini.

Manfaat pentingnya deteksi dini demensia pun dirasakan oleh William Buntoro (72 tahun). Pria yang sebelumnya aktif bekerja di salah satu perusahaan media di Indonesia ini mengatakan, deteksi dini dapat membantu penderita demensia dan keluarganya untuk dapat menghadapi dampak penurunan fungsi kognitif dan pengaruh psiko-sosial dari penyakit ini dengan lebih baik.

“Saya menjadi tidak perlu menunggu demensia atau Alzheimer yang ada pada diri saya semakin parah dan menjadi sulit ditangani. Meski masih belum bisa disembuhkan, namun manfaat deteksi dini sangat berharga bagi diri saya untuk memiliki hidup yang lebih berkualitas, serta tidak terlalu memberatkan orang terdekat saya seperti istri dan anak menghadapi keadaan saya sebagai ODD,” ujar pria yang terdiagnosa demensia alzheimer (mild stage) sejak Maret 2018 lalu dalam kesempatan yang sama. 

Pernyataan William Buntoro pun menjadi perhatian khusus bagi pekerja seni Ayu Dyah Pasha untuk menjaga kesehatan dan melakukan deteksi dini demensia alzheimer. Menurut perempuan yang saat ini memasuki usia pra-lansia tersebut, kesehatan menjadi prioritas penting yang harus dijaga, bahkan sejak usia muda.

“Pentingnya berolahraga seperti jalan sehat, yoga, atau olahraga apapun, serta makan-makanan sehat dan bergizi, hingga memiliki aktivitas bermakna untuk tetap produktif, perlu dimiliki oleh kita semua khususnya usia pra-lansia. Penting pula untuk selalu berkonsultasi ke dokter dan jangan mengabaikan apabila muncul tanda-tanda demensia di sekitar kita sebagai upaya mencegah timbulnya penyakit yang lebih serius,” ujar Ayu.

3 dari 4 halaman

Video Sosialisasi Deteksi Dini

Dalam rangka memperingati bulan Alzheimer sedunia ke-10, tahun ini ALZI meluncurkan video “Demensia, lalu Bagaimana?” yang didukung oleh Kementerian Kesehatan RI bersama organisasi lintas profesi PERGEMI, PERDOSSI dan PDSKJI. Berisi langkah-langkah yang perlu dilakukan saat ditemukan gejala umum demensia di sekitar lingkungannya.

Selain video, hadir pula layanan Navigasi Perawatan ALZI (NARAZI), sebuah platform konsultasi secara daring yang menghubungkan keluarga atau pengguna dengan jaringan caregiver dan tenaga ahli (dokter syaraf, dokter geriatrik, psikolog, psikiater atau terapis) atau bahkan dengan sesama caregiver. NARAZI hadir untuk memberikan solusi di kebutuhan harian lansia dan caregiver agar dapat hidup menua secara sehat dan berkualitas (healthy aging).

Sejak tahun 2013, ALZI telah berkolaborasi dan menjalin hubungan baik dengan Kementerian Kesehatan untuk mendukung pemerintah dalam memberikan wadah bagi caregivers dan ODD dapat memiliki kualitas hidup yang baik melalui berbagai aktivitas. ALZI sejak delapan tahun lalu juga telah menjadi pionir dalam mengampanyekan “Jangan Maklum dengan Pikun” dan Kenali Demensia Alzheimer Sejak Sekarang”. Hal ini untuk mencegah terjadinya prevalensi demensia di Indonesia yang diprediksi mencapai empat juta jiwa di tahun 2050 (World Alzheimer's Report, 2016).

4 dari 4 halaman

Aksi Konkret Kemenkes Perangi Demensia

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan, telah berkolaborasi dengan masyarakat sipil untuk menggalakkan pentingnya deteksi dini demensia yang dimulai dari tingkat Puskesmas. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya akan berupaya untuk melakukan berbagai pencegahan yang dapat mengurangi tingginya angka Orang dengan Demensia (ODD), mengingat pandemi turut menjadi salah satu faktor meningkatnya jumlah ODD. Menurut Menkes, percepatan peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan lanjut usia di fasilitas layanan kesehatan, dilakukan dengan menerbitkan Rencana Aksi Nasional dan pembentukan Pokja Kesehatan di lingkungan Kementerian Kesehatan. 

“Gerakan dan berdayakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) agar terhindar dari penyakit demensia. Kemenkes turut mendorong dan memfasilitasi pengembangan peran masyarakat dalam penyebaran informasi pencegahan dan pengendalian demensia, dan mengembangkan kegiatan deteksi dini yang efektif dan efisien terutama bagi masyarakat berisiko,” ujar Budi Sadikin melalui video conference, dalam webinar yang diselenggarakan oleh Yayasan Alzheimer Indonesia (ALZI).

Selain itu, lanjut Menkes, perlu adanya peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan berkualitas melalui peningkatan sumber daya manusia dan penguatan institusi serta standarisasi pelayanan hingga mengembangkan jejaring kemitraan secara multidisiplin di semua sektor baik di jenjang pemerintah maupun swasta. 

“Kami memberikan apresiasi kepada Alzheimer Indonesia dan seluruh pihak yang telah mendukung Alzheimer Dunia. Hal ini menjadi bukti komitmen serta kepedulian terhadap para lansia. Mari kenali Demensia Alzheimer, Pentingnya Deteksi Dini, serta menjadikan peringatan Hari Lansia Nasional 2021 sebagai momentum kita bersama untuk lansia yang mandiri dan produktif,” tambahnya.

Tak berhenti sampai di situ, Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Kesehatan Keluarga dan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA bersama Alzheimer Indonesia juga menjalankan pilot project dementia care pathway di tiga provinsi di Indonesia, yaitu Jakarta, Jawa Tengah (Kota Semarang), dan Jawa Timur (Surabaya) didukung oleh Dinas Kesehatan masing-masing wilayah.

Pilot project dilakukan secara bertahap melalui orientasi dasar demensia. Pilot project tersebut adalah memberikan pemantapan kemampuan bagi tenaga kesehatan, khususnya dokter umum di Puskesmas untuk dapat melakukan deteksi dini kepada para lansia, sebagai upaya pencegahan maupun pemberian tata laksana demensia bagi orang dengan demensia dan keluarganya.

Tahap ini dihadiri oleh perwakilan Puskesmas Kecamatan yang telah ditunjuk oleh Dinas Kesehatan setempat. Sosialisasi kemudian dilakukan oleh masing-masing Puskesmas ke tenaga kesehatan maupun kader untuk memantapkan pelaksanaan skrining demensia.

Selanjutnya, evaluasi dan monitoring akan dilakukan untuk melihat prevalensi tanda-tanda demensia berdasarkan data dari masing-masing puskesmas, termasuk impact measurement, untuk mengukur dampak dari proses pelaksanaan pilot project ini di tahun berikutnya. Tujuannya agar pilot project tersebut dapat diteruskan untuk Puskesmas lainnya di Indonesia.

#Elevate Women