Mengatur Keuangan Keluarga tanpa Stres, Utang Cukup Satu Saja

Endah Wijayanti diperbarui 24 Sep 2021, 17:38 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap harinya kita berurusan dengan uang. Menghasilkan uang hingga mengatur uang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kita. Bahkan masing-masing dari kita punya cara tersendiri dalam memaknai uang. Dalam tulisan kali ini, Sahabat Fimela berbagi sudut pandang tentang uang yang diikutsertakan dalam Aku dan Uang: Berbagi Kisah tentang Suka Duka Mengatur Keuangan. Selengkapnya, yuk langsung simak di sini.

***

Oleh: Nelly Marisi Situmeang

Sebelas tahun lalu adalah awal aku masuk ke dunia pengelolaan keuangan. Bukan untuk sebuah perusahaan, tapi sebuah kerajaan yang dinamakan keluarga.

Akulah kepala pengelolanya, dan suami hanya tim lapangan alias pencari nafkah meski aku juga turut andil di dalamnya. Banyak hal yang harus kupelajari agar pundi-pundi kami bukan semakin menurun apalagi sudah berdua dalam mencari uang. Sudah sewajarnya meningkat, itulah yang kudengar bisikan-bisikan keluargaku apalagi suamiku.

Sebuah motivasi yang membawaku kepada obsesi positif dalam menabung. Apalagi sejak kecil orangtuaku juga sudah mengajarkanku bagaimana mengelola uang dan membaginya sehingga ada sisa untuk ditabung.

Sebelum memiliki anak, aku dan suami langsung masuk asuransi investasi dan kesehatan. Suami awalnya ragu melihat premi bulanan yang tinggi, tapi aku meyakinkannya bahwa aku mampu dan dia tak perlu khawatir. Setahun, kami pun punya anak dan asuransi itu bisa juga kupenuhi. Bahkan ketika anak pertamaku punya akta lahir, aku juga langsung membuat polisnya untuk masa depannya kelak. 

Bisa? Ya, aku bisa. Dengan menekan keinginanku dan suami, tapi kebutuhan semua terpenuhi bahkan kami tetap bisa berlibur.

 

2 dari 2 halaman

Mengatur Keuangan Keluarga

Nelly Marisi Situmeang./dok. pribadi

Selain itu perlahan, kami mulai membeli tanah dengan menggadaikan SK Pegawaiku sebagai jaminan pinjaman ke bank, yang artinya kami harus sanggup dengah hanya gaji suami.

Tiga tahun, dan anak kami pun sudah 2, utang di bank lunas, dan SK kami lanjut untuk pinjaman selanjutnya. Dengan uang pinjaman itu, kami membangun rumah kontrakan, yang kebetulan dekat dengan wilayah kampus. Puji Tuhan, perencanaan biayanya semua sesuai dan uang pinjaman tepat sasaran. Harta bertambah, kebutuhan rumah tetap terpenuhi, rezeki terus mengalir.

Satu hal yang kupelajari, meski pengelolaan keuangan dipercayakan penuh kepadaku tapi aku selalu memberitahu suamiku besaran pemasukan, pengeluaran sehingga tak ada saling curiga dan kita bisa saling menekan keinginan-keinginan yang tidak penting.

Tak jarang kami bertengkar dan beda pendapat karena aku selalu ingin ada uang cadangan di tabungan yang kapan saja bisa diambil namun suami tak setuju karena semua sudah punya asuransi, begitu katanya. Pada akhirnya, dia mengalah dan mengikuti caraku.

Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang apalagi hidup di kota besar. Prinsip kami, utang cukup satu saja karena cuma itu kesanggupan kami, lunas utang lagi, lunas utang lagi dan utang harus dialokasikan ke investasi jangka panjang. Begitulah aku yang memerlukan uang dan mengedapankan asa depan anak-anakku.

#ElevateWomen