Fimela.com, Jakarta Petani kini bukan hanya dikerjakan oleh orang tua saja, melainkan kuam milenial pun mulai milirik profesi ini. Misalnya saja seorang petani milenial asal Papua Barat, Malahayati
Ia mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki alam Papua dengan mengubah kayu akway menjadi produk pertanian yang menjanjikan.
Kulit kayu akway sendiri memang hanya tumbuh di Papua mirip dengan kulit kayu manis atau bahkan kayu secang. Namun, kayu akway memiliki diameter yang lebih besar.
Dari hasil uji coba secara fitokimia dari ekstrak daun, kulit batang dan akar dari kayu akway terbukti mengandung senyawa afrodisiak seperti saponin, alkaloid, dan steroid. Potensi ini lah yang tak disia-siakan Malahayati.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, penguatan peran petani milenial di seluruh Indonesia dimaksudkan untuk mengoordinasikan informasi dan program-program pembangunan di setiap kabupaten dengan cepat.
“Petani milenial berperan penting dalam mendorong pengembangan jejaring usaha di wilayahnya. Oleh sebab itu, kita berharap hadirnya DPM/DPA akan mempercepat resonansi dan penguatan petani milenial. Serta mendorong regenerasi petani milenial yang adaptif terhadap teknologi, mendorong peningkatan produktivitas hasil pertanian yang terstandarisasi, modern, dan marketable," ujar Syahrul melansir Liputan6.com.
Malahayati, alumni Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari memulai menjadi petani saat mengikuti program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP), milenial yang baru saja kembali dikukuhkan sebagai Duta Petani Milenial Kementan ini bergabung dengan kelompok PWMP Papua Sehat ini mengolah kulit kayu Akway menjadi minuman herbal yang berkhasiat menjaga daya tahan tubuh.
“Alhamdulillah saat ini saya sedang menjalankan program PWMP Alumni di daerah Manokwari, Papua Barat. Saya bergabung sebagai pemuda tani bersama alumni Polbangtan Manokwari pada tahun 2018. Untuk produk isotonik akway sendiri kini sudah mendapat surat keterangan hak produk dari kemnkumhan melalui dirtjen KI. NPP. Saat ini masih mengusahakan untuk legalitas BPOM, Halal dan lainnya," kata wanita yang akrab disapa Mala ini.
Untuk pemasaran, produknya masih skala nasional baik di Papua Barat serta Manado. Untuk penjualan juga sudah mempunyai beberapa reseler di Jawa Barat, sehingga minuman tersebut sudah menjelajah Indonesia.
"Ke depan kami ingin produk ini dapat bersaing dengan produk herbal lainnya di kancah dunia,” jelasnya.
Bertujuan mensejahterakan petani lokal
Mala menjelaskan selain menghadirkan produk lokal, ia dan rekaan lainnya memiliki keinginan untuk mensejahterakan petani lokal yang mengandalkan hasil hutan seperti akway.
Tak heran kiranya bila produk yang masih terbatas ini mendapat reward dalam The 1’st Millennial Indonesian Agropreneurs (MIA) expo di tahun 2019 dan The 2’nd MIA Expo di tahun 2021.
“Selain pengolahan akway, kami juga bergerak di onfarm yaitu budidaya sayur hidroponik dengan jenis sayuran selada dan Pakcoy. Budidaya secara hidroponik kami lakukan sejak tahun 2018 sebagai bentuk upaya menghadirkan smart farming di daerah Manokwari," katanya.
Untuk pemasaran sayur, Mala baru melayani permintaan di sekitar Manokwari.
"Pernah kami masukan ke supermarket, namun karena belum bisa memenuhi target permintaan. Kami akan terus meningkatkan produktivitas sayuran kami agar dapat memenuhi target supermarket sementara untuk memenuhi target, mala terus mencoba untuk masuk lagi ke supermarket dengan meningkatkan budidayanya agar bisa memenuhi target supermarket yang diminta,” sambungnya.
Malahayati dan rekan duta petani milenial/duta petani andalan (DPM/DPA) lainnya menjadi perpanjangan tangan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meresonansi penumbuhan petani milenial secara masif. Peran mereka dioptimalkan untuk memacu sektor pertanian agar semakin melesat hebat.