Deretan Cerita Haru dari Keluarga Korban Kru Pesawat Rimbun Air yang Jatuh

Vinsensia Dianawanti diperbarui 22 Sep 2021, 15:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Jatuhnya pesawat Rimbun Air pada Rabu pagi, 15 September 2021 menyisakan duka bagi keluarga korban. Korban yang terdiri dari tiga kru pesawat Rimbun Air PK-OTW sudah berhasil dievakuasi setelah hilang kontak dan jatuh di Bukit Kampung Bilogai Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua.

Insiden ini menorehkan duka bagi keluarga korban. Seperti yang dirasakan oleh keluarga pilot Agithia Mirza. Putra kedua Agithia Mirza, Yudhistira menyebut, almarhum ayahnya sempat kontak dengan sang ibu satu jam sebelum keberangkatan.

"Saat ayah mau terbang itu, sambil pakai baju video call dulu. Itu memang rutin, tiap pagi sebelum berangkat, video call dengan ibu saya itu," cerita Yudhistira.

Tidak hanya keluarga Agithia Mirza, keluarga dari kru pesawat Iswahyudi juga memiliki cerita haru pasca insiden jatuhnya pesawat Rimbun Air. Berikut rangkuman cerita haru dari kelurga korban dalam insiden hilang kontak di Bukit Kampung Bilogai Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua.

 

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

1. Putra pilot Rimbun Air

Salah satu armada pesawat milik Maskapai Rimbun Air. (www.rimbunair.com)

Sejumlah kerabat dekat dan tetangga berkumpul di halaman rumah. Di depan rumah korban pesawat Rimbun Air yang jatuh itu juga dipasang sebuah tenda. Bendera kuning terpampang di ujung jalan akses menuju kediaman korban.

Sejumlah karangan bunga berisi ucapan berduka juga berderet di halaman depan rumah duka Agithia Mirza. Putra kedua almarhum Agithia Mirza, Yudhistira menuturkan, almarhum ayahnya sempat kontak dengan ibunya satu jam sebelum menerbangkan pesawat.

"Saat ayah mau terbang itu, sambil pakai baju video call dulu. Itu memang rutin, tiap pagi sebelum berangkat, video call dengan ibu saya itu," tutur Yudhistira.

Setiap menghubungi ibunya, ayahnya selalu titip pesan agar tidak lupa memberi makan ayam dan ikan. Menurutnya, almarhum memang memelihara ikan dan ayam di rumah.

"Bapak saya itu peternak ayam. Jadi setiap kali dia menghubungi ibu saya itu jangan lupa kasih makan ayam sama ikan," ujarnya.

Yudhistira mengatakan jenazah almarhum ayahnya tiba di rumah duka Kamis tengah malam. Hal itu berdasarkan informasi yang diterima keluarga.

"Terakhir saya dapat info itu masih terkendala dari Sugapa ke Timika. Jadi untuk pasti atau tidaknya (diberangkatkan) ke sini masih terkendala cuaca," jelas dia.

 

3 dari 5 halaman

2. Istri dari kru pesawat

Ditemui di rumahnya, istri korban Dewi Agustina tak menyangka, percakapannya dengan sang suami, pada Senin malam 13 September 2021 bakal jadi yang terakhir.

"Malam itu dia telepon katanya habis pijat. Setelah itu ngobrol seperti biasa, nanyain anak. Terus bilang besok mau terbang lagi," ujar Dewi, saat ditemui di rumah orangtuanya di Jalan Al Makmur, Balikpapan Kota.

Dia juga mengatakan, malam itu Iswahyudi tidak berlama-lama di sambungan telepon. "Kalau mau terbang memang seperti itu. Dia pasti istirahat lebih cepat," terangnya.

Suasana hati yang awalnya tenang pada Rabu 15 September 2021, lanjutnya, berubah menjadi kesedihan. Setelah Dewi mendapat kabar dari tetangga bahwa sang suami menjadi salah satu kru Rimbun Air yang jatuh di Papua.

"Seharian saya memang tidak memantau berita. Jadi saya malah tahu ada kecelakaan pesawat dari tetangga dan teman," ucapnya dengan wajah yang terlihat menyimpan kesedihan.

 

4 dari 5 halaman

Mendapat kabar pesawat jatuh

Mendapat kabar pesawat yang ditumpangi suami jatuh, Dewi langsung berusaha menghubungi handphone Iswahyudi. Sayang, berkali-kali dicoba, panggilan telepon tak kunjung tersambung. Dewi menyebut, pertemuan terakhir dengan suami adalah dua minggu lalu. Jika sesuai jadwal, sang suami harusnya berada di Balikpapan pada 19 September ini.

"Jadwal off-nya tanggal 19 September nanti," ujar Dewi lirih.

Sementara itu, salah satu kerabat korban yang enggan disebutkan namanya, mengaku Yudi panggilan Iswahyudi, sudah cukup lama bekerja sebagai mekanik pesawat dan helikopter. Selain di Papua, Yudi juga pernah menjadi teknisi sebuah perusahaan pesawat carter di Balikpapan dan Papua Nugini.

"Dia juga pernah mengalami kecelakaan di Ternate, saya lupa kapan," ujar kerabat tersebut.

Di tempat yang sama, Muhammad Rifki, ipar korban menyebut sosok Iswahyudi merupakan orang yang pendiam. Kendati demikian, laki-laki 41 tahun tersebut juga sosok yang ringan tangan dan suka membantu sesama, terutama kawan-kawannya.

"Biasanya kalau libur dia mancing dan bermain futsal," terang Rifki.

5 dari 5 halaman

Simak video berikut ini

#elevate women