Fimela.com, Jakarta Setiap harinya kita berurusan dengan uang. Menghasilkan uang hingga mengatur uang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kita. Bahkan masing-masing dari kita punya cara tersendiri dalam memaknai uang. Dalam tulisan kali ini, Sahabat Fimela berbagi sudut pandang tentang uang yang diikutsertakan dalam Aku dan Uang: Berbagi Kisah tentang Suka Duka Mengatur Keuangan. Selengkapnya, yuk langsung simak di sini.
***
Oleh: Shofiyatun
"Until I become a homeowner, today's me will never be indebted to tomorrow's me." Na Young Won - Monthly Magazine Home.
"Ini kan juga prinsip saya," batin saya sembari nonton drama ini. Kalau mbak Na Young tujuannya memiliki rumah saya bertujuan bebas finansial di usia 45. Amin!
Tujuan beda bukan berarti prinsip tidak boleh sama kan? Dan usaha-usaha yang dilakukan Mbak Na Young mirip-mirip usaha saya. Yaitu mengatur anggaran di tiap awal bulan dan evaluasi pengeluaran di tiap akhir bulan. Bahkan sampai membuat diagram pie juga.
"Kalau ini kan hanya pencatatan saja, Mbak? Usaha nyatanya demi memuluskan bebas finansial di usia 45 apa? Memang usia 45 masih lama sekali, tapi kan harus dimulai dari sekarang?" batin saya waktu itu, jauh sebelum drama mba Na Young tayang di televisi Korea.
What's On Fimela
powered by
3 Hal yang Kulakukan
Dan ini usaha-usaha saya tersebut.
1. Menabung di reksadana
Menabung di reksadana sudah saya lakukan kurang lebih sekitara 4 s/d 5 tahun. Nilainya tak besar tiap bulannya. Sekitar Rp300 s/d Rp500 ribu. Dan dalam kurun waktu tersebut ternyata keuntungannya lumayan, aalagi di masa pandemi ini. Saya butuh tambahan untuk beli susu, vitamin, dan juga masker. Tidak hanya untuk saya pribadi tapi juga untuk orang rumah.
Dan dari reksadana inilah keuangan saya (lumayan) tidak terseok-seok selama pandemi. Nanti setelah pandemi bisa pelan-pelan diisi lagi.
Selain itu, kebiasaan budgeting saya juga amat sangat membantu. Budgeting untuk mudik tiap bulan yang selama pandemi tidak terpakai bisa saya alokasikan ke yang lain. Misal, dengan membantu saudara terdekat yang terdampak.
2. Merajut
Sejak di sekolah dasar saya punya keterampilan merajut. Dulu saya diajarin simbah. Waktu itu mengertinya hanya merajut taplak meja, bandana serta ikat rambut.
Bertahun-tahun kemudian saya mengetahui bahwa merajut tidak hanya bandana dan ikat rambut. Tapi banyak style lainnya yaitu seperti boneka amigurumi. Saya penasaran dan belajar otodidak dari youtube. Kemudian saya mengunggahnya di akun spesial rajutan saya di media sosial.
Tak menyangka ketika awal-awal pandemi tiba-tiba ada teman yang beli, kemudian repurchase. Dan ternyata itu lumayan menjadi langkah awal. Karena ternyata kemudian pesanan banyak datang. Pernah ada teman pesan sekali 2 sampai 3 pcs. Bahkan dia yang tinggalnya di Jepang menanggung semua ongkos kirim yang lebih mahal dari harga 1 pcs boneka amigurumi itu sendiri.
3. Menulis
Untuk poin ini saya belum menghasilkan pundi-pundi rupiah. Tapi saya yakin ke depannya menghasilkan. Apalagi sekarang dan kedepannya kemampuan story telling amat sangat diperlukan.
Terima kasih.
#ElevateWomen