Fimela.com, Jakarta Tantrum merupakan keadaan yang biasa dan sangat umum dialami oleh anak, khususnya balita, mulai dari usia 15 bulan hingga 6 tahun. Tantrum adalah suatu kondisi anak marah atau mengamuk karena merasa lelah, lapar, ataupun tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.
Menurut para ahli, tantrum didefinisikan sebagai ledakan emosi kemarahan pada anak yang muncul secara tiba-tiba dan tidak terkendali. Bahkan banyak kasus tantrum terjadi tanpa alasan yang jelas.
Biasanya, tantrum terjadi karena kondisi tidak nyaman yang anak alami dan merupakan ‘alat’ baginya untuk mengungkapkan perasaan atau keinginannya yang belum bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Umumnya, para orangtua menganggap bahwa ‘mengamuk’ adalah ciri utama anak tantrum. Padahal, jenis tantrum ada bermacam-macam. Tidak semua tantrum memiliki ciri mengamuk.
Melansir dari You are Mom, Rabu (22/9), terdapat 5 jenis tantrum yang umumnya terjadi pada anak. Apa saja? Simak ulasan selengkapnya.
Tantrum untuk Mencari Perhatian
Jenis tantrum yang pertama ini paling umum terjadi. Biasanya mereka akan mengontrol orangtua dan mendominasinya. Mereka melakukannya untuk meminta perhatian lebih, entah karena merasa iri dengan salah satu saudaranya, atau penyebab lainnya yang serupa.
Para ahli mengatakan bahwa tantrum ini terkadang terjadi karena anak merasa terasingkan. Sikap terbaik yang harus diambil adalah membiarkannya tenang untuk mengamati alasan mengapa dia bertindak seperti ini.
Hal yang paling disarankan adalah untuk tidak menuruti permintaannya, karena kamu akan membiarkan anakmu memanimpulasi dengan cara seperti ini. Kamu harus mengabaikan anak itu sepenuhnya, kecuali dia menyebabkan kehancuran besar. Biarkan dia sendiri sejenak, dan setelah tenang, cobalah untuk berbicara dengannya dan buat dia mengerti alasannya.
Tantrum karena Frustrasi atau Kelelahan
Jenis tantrum ini memiliki pertanda bahwa anak sangat kecil dan tidak memiliki kendali penuh atas perasaan dan emosinya. Maka dari itu, ia menangis dan menjadi mudah tersinggung.
Seringkali, frustrasi adalah akibat dari tidak memahami instruksi yang diberikan kepadanya. Jika ini masalahnya, penting bagi orangtua untuk meluangkan waktu menjelaskan berbagai hal dan membiarkan perasaannya.
Di sisi lain, anak mungkin mengamuk hanya karena dia lelah dan butuh tidur. Dalam kasus ini, kamu harus membawanya ke tempat tidur dan membiarkannya beristirahat. Setelah beberapa saat, amukannya akan hilang.
Tantrum untuk Menolak Melakukan Sesuatu
Jenis tantrum ini biasanya terjadi ketika anak menolak untuk pergi tidur, pergi ke sekolah, atau melakukan tugas yang telah diberikan kepadanya.
Yang harus kamu lakukan pertama kali adalah menganalisis apakah situasi tersebut menyebabkan semacam stres atau kecemasan, karena dengan demikian kamu tidak boleh memaksa anak untuk melakukan hal-hal tertentu.
Tetapi, jika bukan itu masalahnya, maka kamu harus mengecilkan emosinya dan menyuruh anak untuk tidak pantang menyerah. Penting untuk diingat, jangan biarkan dirimu dimanipulasi karena kesedihan atau kemarahan anakmu.
Tantrum yang Merusak Barang
Jenis tantrum ini sangat agresif dan terkadang bisa berakhir dengan akhir yang tak menyenangkan. Anak-anak bisa lepas kendali selain berteriak dan menangis, memukul orang lain atau melempar benda, seringkali tanpa sadar.
Jika hal ini terjadi, solusi terbaik adalah membawa anak ke tempat yang tenang dan meninggalkannya sendiri sebagai hukuman agar ia dapat merenung. Setelah 10 menit, cobalah untuk berdialog dengannya, untuk menjelaskan alasan mengapa dia tak seharusnya bereaksi keras.
Tantrum yang Mencelakai Diri Sendiri dan Orang Lain
Dalam tantrum ini, anak kehilangan kendali dan akhirnya menyakiti orang lain atau bahkan dirinya sendiri. Untuk menghindari kecelakaan, kamu harus memeluknya dan berbicara dengannya sambil tetap tenang. Setelah beberapa menit, dia akan sadar atau lelah berkelahi dengan orangtua.
Jika anak biasanya memiliki reaksi seperti ini, penting bagimu untuk berbicara dengannya dan menjelaskan cara-cara alternatif yang dapat dilakukan untuk menunjukkan ketidaksetujuan atau kemarahan pada saat ia tidak marah. Kita harus menekankan bahwa ia tidak boleh memukul dirinya sendiri atau orang lain.
Sebagai orangtua, sangat penting untuk memahami cara kerja otak anak, karena dalam banyak kasus, mereka tidak bertindak dengan cara yang penuh perhitungan, dan cenderung disengaha.
Singkatnya, mereka maish belum memiliki kendali atas emosi atau tindakan mereka, karena faktanya, otak mereka sedang berkembang dan mereka belum memiliki kapasitas kemampuan untuk mengelola tindakan mereka.
*Penulis: Chrisstella Efivania.
#ElevateWomen