Sempat Ditolak Sekolah Konservatori Musik, Penyandang Autisme Ini Buktikan Mampu Menjadi Mahasiswa S2

Anisha Saktian Putri diperbarui 29 Sep 2021, 15:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Anak penyandang autisme bukan menjadi penghalangan untuk berprestasi. Orangtua yang pantang menyerah bisa menjadi gerbang meraih kesuksesan bagi sang anak.

Kisah inspiratif pun dibagikan Bugra Cankır, yang kini telah menyandang gelar sebagai mahasiswa doktoral pertama Turki dengan gangguan spektrum autisme (ASD).

Cankir seorang penyandang autisme mendapatkan posisi barunya setelah Dewan Pendidikan Tinggi (YÖK) mencabut persyaratan bahasa asing untuk mahasiswa doktoral dengan autisme setelah ayah Çankır berkampanye dan menulis petisi.

Hal ini menjadi harapan yang baru bagi penyandang autisme, sebab kesadaran masyarakat tentang kondisi ini masih minim, padahal dapat menghambat integrasi sosial mereka.

Melansir Daily Sabah, seorang dosen di Universitas Musik dan Seni Rupa Ankara mengatakan bahwa Çankır memiliki tujuan untuk melangkah lebih jauh dengan studi doktoral.

“Saya ingin melanjutkan pendidikan saya dan melakukan yang terbaik. Saya ingin menjadi seniman autisme yang terkenal di dunia,” ucap Çankır, yang menderita kesulitan komunikasi karena kondisinya.

2 dari 2 halaman

Bermain piona mengubah hidupnya

Ilustrasi Penyandang Autisme Ini Buktikan Mampu Menjadi Mahasiswa S2/dok. Unsplash Jordan

Melansir liputan6.com, Çankır didiagnosis dengan gangguan spektrum autisme pada usia 3 tahun dan menjadi pelajar termuda, mendahului teman-temannya dengan belajar bagaimana menulis sekitar enam bulan kemudian. Tapi kelas piano yang dia ambil menjadi titik balik dalam hidupnya.

Ketika masih berusia 10 tahun, guru musiknya menduga dia mungkin memiliki pitch yang sempurna, kemampuan langka untuk menciptakan kembali not musik tertentu tanpa nada referensi.

Orang tua Çankır kemudian membawanya ke Universitas California, di mana mereka menguji kemampuannya. Ia mendapatkan 36 poin penuh dari perfect pitch test yang dilakukan universitas dan terpilih sebagai pemilik perfect pitch terbaik di antara 664 orang lainnya.

Akan tetapi, kembali ke Turki, ia tidak diterima di sekolah menengah konservatori karena autismenya. Namun, setelah menyelesaikan sekolah menengah seni rupa, Çankır lulus dari konservatori negara bagian pada tahun 2016.

Ia juga berhasil menjadi siswa autisme pertama yang lulus ujian pascasarjana, yang ia ambil di departemen musik Institut Ilmu Sosial di Universitas Afyon Kocatepe, sebelum lulus ujian masuk doktoral di Universitas Musik dan Seni Rupa Ankara.

“Dia membuka jalan bagi orang-orang autisme yang berbakat dan saya bangga padanya karena alasan ini,” kata ayahnya, Kemal Çankır. Dia memuji keputusan "bersejarah" oleh YÖK setelah petisinya untuk menghapus persyaratan ujian bahasa asing.

#elevate women