Melihat Tren Cryptocurrency yang Naik Daun, Mana yang Jadi Favorit di Indonesia

Nabila Mecadinisa diperbarui 20 Sep 2021, 19:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Tren investasi semakin beragam. Bahkan di tahun 2021 popularitas Cryptocurrency naik daun dan kian digemari. Hal ini juga diakui oleh Asosiasi Bockchain Indonesia (A-B-I). Kenaikannya ditandai dengan harga-harga Crypto termasuk Bitcoin. Bahkan semakin banyak orang yang mencari informasi mengenai Cryptocurrency. 

Mengutip dari siaran media yang dibagikan oleh Asosiasi Blockchain Indonesia, menurut data dari Glassnode Januari-Juni 2021 menunjukkan pertumbuhan alamat dompet Bitcoin paling tinggi pada Januari dengan total sekitar 500 ribu alamat dan Juni di 200 ribuan. 

Selain itu, Indodax, salah satu exchange terbesar di Indonesia menambah 1 juta pengguna, dengan mencatatkan total pengguna sebanyak 2,213,606 di akhir Juni 2021. Selain ada peningkatan tersebut, masyarakat pun terlihat mulai aktif mencari informasi tentang cryptocurrency di media sosial, sehingga sosial media terkait crypto semakin banyak bermunculan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Edukasi terkait crypto sejak 2017

Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple. Kredit: WorldSpectrum via Pixabay

Salah satu situs portal edukasi seputar cryptocurrency Coinvestasi.com telah aktif memberikan informasi dan edukasi terkait crypto sejak 2017 di media sosial Instagram @coinvestasi (instagram.com/coinvestasi) yang mengalami pertumbuhan pengikut 1,200% pada tahun 2021 ini. 

Menanggapi meningkatnya popularitas bitcoin dan cryptocurrency ini, Co-Founder Coinvestasi Steven Suhadi berkata bahwa, “Kita sedang mengalami pergeseran generasi ke Milenial dan Gen Z. Generasi ini lebih paham teknologi dan terbuka pada inovasi baru, serta lebih menghargai transparansi. Transparansi itulah yang bisa diperoleh di Bitcoin serta cryptocurrency dan tidak ada di aset lainnya.” 

3 dari 3 halaman

Crypto yang Jadi Favorit

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Data Indodax menunjukkan, crypto yang menjadi favorit hingga pertengahan tahun 2021 adalah Dogecoin yang berhasil mendapatkan total volume perdagangan hingga 33,5 triliun di 2021, disusul oleh Bitcoin dengan total 24 triliun dan Binance Coin dengan total 19 triliun. 

Kepopuleran Dogecoin tidak lepas dari Elon Musk yang diketahui terang-terangan mendukung aset crypto berlogo anjing shiba inu tersebut. Elon salah satu orang terkaya di dunia kerap kali mencuitkan sesuatu yang berhubungan dengan Dogecoin di akun twitternya, setiap ia memberikan informasi mengenai Dogecoin tidak lama aset ini pun naik. 

Harga Doge yang masih terbilang murah membuat para investor retail memborong aset ini dalam jumlah sangat banyak sehingga harganya pun bisa naik seiring dengan minat yang tinggi pada Doge. 

Prospek Crypto di indonesia 

Kepopuleran crypto yang semakin kentara di Indonesia membuat pemerintah pun tidak lepas tangan. Pemerintah bersama BAPPEBTI diketahui tengah merencanakan mengenai penetapan pajak crypto di mana penetapan ini sedang melalui tahap diskusi dengan beberapa pelaku pasar seperti bursa hingga asosiasi. Dalam publikasi disebutkan jika pajak crypto di Indonesia direncanakan akan berada pada tarif 0,05%, pajak ini lebih rendah daripada saham yang dikenakan 0,1%. 

Asosiasi Blockchain Indonesia diwakili oleh Asih Karnengsih berpendapat bahwa: “Salah satu kekhawatiran yang muncul dari penetapan ini adalah kemungkinan berkurangnya pengguna bursa crypto lokal akibat merasa pajak dan biaya terlalu tinggi. Oleh karena itu perlu penetapan yang baik yang menguntungkan semua pihak terutama konsumen. Sehingga para pengguna tidak pindah ke bursa global atau luar negeri untuk mendapatkan biaya lebih rendah.“ 

Rencana pemerintah Indonesia mengenai pajak crypto ini perlu jadi sorotan. Artinya, pemerintah menaruh perhatian lebih terhadap keberadaan bursa dan tentunya minat masyarakat terhadap aset crypto. Bukan hanya soal pajak, Indonesia pun dikabarkan terbuka pada kemungkinan membuat CBDC atau mata uang digital bank sentral.  

Penerbitan CBDC ini dilandasi oleh tiga pertimbangan, di antaranya sebagai alat instrumen pembayaran yang sah di Indonesia. Kedua, kebijakan moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran, dan ketiga, untuk instrumen pembayaran berbasis teknologi. Namun, perlu diingat jika CBDC di Indonesia ini akan membutuhkan waktu lama untuk terwujud, sebab dibutuhkan riset, sumber daya dan infrastruktur yang mumpuni agar mata uang digital bank sentral bisa berjalan optimal. Karenanya hingga saat ini belum ada waktu pasti kapan rencana ini bisa direalisasikan. 

 

#Elevate Women