Tinggalkan Gaji Dolar, Seorang Pria Banting Setir Buka Warung Kopi

Nabila Mecadinisa diperbarui 15 Sep 2021, 07:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Gaji besar bukanlah segalanya. Rupanya, gaji besar belum tentu bisa menghadirkan rasa bahagia yang sesungguhnya. Kali ini, sebuah kisah datang dari Gautama Sastra Waskita yang rela lepaskan jabatan tinggi dengan gaji besar, untuk mengembangkan usahanya dengan berjualan kopi. Dikutip dari Merdeka.com dan chanel YouTube PecahTelurm rupanya Gautama Sastra Waskita adalah seorang pria dengan pendidikan tinggi. Ia rela terjun ke dunia bisnis dengan melepas impian dan kariernya demi bisnis yang ingin ia jalani. 

Pria kelahiran 1985 ini memiliki banyak gelar formal, Gautama Sastra Waskita, SE, BBA, MM. Ketertarikannya di bidang industri kopi tak lain bermula dari pendidikan strata 1 yang berupa bisnis perhotelan. "Kebetulan saya mengambil background pendidikan bisnis perhotelan. Di situ saya banyak mempelajari tentang perhotelan, produksi makanan dan minuman. Tapi saya jatuh cinta di dunia industri kopi," terangnya.

Dengan kemampuan serta latar belakang pendidikan yang mumpuni, rasanya cukup mudah bagi Gautama untuk menyabet karier gemilang. Ia menjadi seorang kepala pemasaran di sebuah perguruan tinggi swasta.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Kerja Mapan & Gaji Besar

Ilustrasi kunci dan dompet. Rachel Nickerson/Unsplash

"Dulu saya pernah berada di zona nyaman ketika saya masih bekerja di salah satu perguruan tinggi swasta di Bekasi, saya menduduki level yang cukup tinggi," ungkapnya.

Bukan main, ia pun mendapatkan segala impian banyak orang. Gaji dolar, sopir pribadi, mobil dinas, hingga rumah dinas tersedia bagi Gautama. Namun, kala itu ia justru tak mudah berpuas diri.

"Saya mendapatkan gaji dolar, driver, mobil, dan rumah dinas. Gajinya cukup besar pada waktu itu cuma saya belum mengeluarkan potensi terbaik saya, karena saya mentok berada di head of marketing tersebut," terangnya.

3 dari 3 halaman

Pilih Jualan Kopi

Ilustrasi Kopi Credit: pexels.com/Sasha

Tak mau lama berada di zona nyaman, Gautama lantas melepas segala kenyamanan yang dimiliki. Ia merintis kedai kopi bernama Kedai Kosim yang berlokasi di Kauman, Tulungagung, Jawa Timur.

Namun, bukan hal mudah bagi kedua orangtua saat mendengar niatan Gautama. Ia kerap ditolak untuk menjalankan bisnis kopi di pinggir jalan.

"Jadi keluarga saya itu tipe-tipe orang yang banyak berkutat di sekitar pemerintahan. Sebenarnya saya mendapatkan banyak penolakan untuk usaha sendiri, butuh waktu lama untuk meyakinkan orangtua agar saya full di dunia usaha," paparnya.

"Ternyata memang betul, doa orangtua itu sangat mustajab bagi berjalannya sebuah usaha. Dan saya meminta doa waktu itu bulan Ramadan biar kedai kopinya sukses. Waktu itu sempat banyak kendala sih saat awalnya berdiri, tapi akhirnya kita bisa mengatasi," ujarnya.

Melewati jalan terjal, kini Gautama sukses menjalankan usahanya. Bahkan, kedai kopi miliknya mampu berkembang sebagai pelopor di kawasan Tulungagung. Tak mau berpangku tangan, ia juga bersedia melatih barista agar lebih profesional.

 

 

 

#Elevate Women