Fimela.com, Jakarta Setiap pekerjaan pasti memiliki risikonya masing-masing, begitu pun seorang Polisi Wanita atau Polwan yang harus memastikan keamanan dan melayani masyarakat. Apalagi ketika bertugas diperbatasan.
Seperti cerita Jubelina Wally, seorang Polwan asal Papua yang menjabat sebagai Kapolsek Muara Tami, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua, yang bertugas di perbatasan dari negara Republik Indonesia (RI) dengan negara tetangga Papua New Gunea (PNG).
Melansir Merdeka.com, sehari-sehari ia bertugas melakukan patroli kewilayahan untuk memastikan keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah hukumnya.
Tugasnya pun tidak mudah, apalagi jarak perbatasan dengan kantor cukup jauh. Dia harus berangkat dari arah barat (koya barat) menuju ke utara (kampung skouw) sembari mengendarai mobil dinasnya, dengan jarak tempuh 30 menit.
Sebelum patroli, Pukul 07.00 WIT, Jubelina memimpin apel pagi kepada seluruh anggotanya. 15 Menit apel dilakukan untuk pembagian tugas bagi jajarannya.
What's On Fimela
powered by
Jabatannya bukan sekedar menjadi pimpinan
Jabatan sebagai seorang kapolsek, bagi dirinya bukanlah sekadar jabatan pimpinan yang selalu memerintah bawahannya. Tetapi jabatan sebagai seorang kepala kepolsian sektor adalah pelayan internal (polisi) juga pelayan eksternal (masyarakat).
Dia menjabat sebagai Kapolsek Muara Tami sejak tahun 2019, kasus yang menonjol di daerahnya lebih kepada penyeludupan ganja dipasok dari Vanuatu PNG.
Kariernya berawal saat ikut Secaba Polri Tahun 1991. Awal penempatan bertugas di Polda Papua. Selanjutnya masuk Secapa Polri Tahun 2008 dari Polres Jayapura (sekarang polresta kota jayapura), dan sekolah Sespima lanjutan Perwira Polri Tahun 2016.
“Untuk menjabat jabatan kapolsek sudah dua kali, pertama Kapolsek Bandara Sentani Tahun 2013, dan Kapolsek Muara Tami Tahun 2019,” kata Jubelina Wally.
Dia menceritakan, dari rangkaian jabatan di lingkungan kepolisian, satu jabatan terlama yang pernah ia emban yakni, saat menjadi Kanit Lantas Polsek Abepura, tapi tidak jadi Kasat lantas.
“Setelah saya menjadi Kapolsek Muara Tami, beberapa bulan kemudian, ada juga Polwan asal Papua yang jadi kapolsek, seperti Kapolsek Pania dan Kapolsek Merauke, jadi kami ada empat Polwan asal Papua yang menjabat jabatan sebagai kapolsek sampai sekarang,” tutur AKP. Jubelina.
Berbagai permasalan di perbatasan
Untuk pergerakan kelompok separatsis, sejak tahun 2019 hingga saat ini tidak ada aktifitas di wilayah tersebut. Kalau pun ada, mereka di wilayah perbatasan Kabupaten Keerom, arah selatan perbatasan RI-PNG.
Selain soal ganja, permasalah kriminalitas di wilayahnya masuk dalam kategori risiko rendah. Misalnya orang mabuk, biasanya pendatang, lalu membuat onar dan pergi. Jadi secara keseluruhan Muara Tami aman.
Masuk masa pendemi Covid-19, kasus kriminal baru muncul yakni, pencurian motor (curanmor) dan mereka itu beraksi diwaktu subuh Pagi Pukul 03.00 hingga 04.00 WIT.
Muara Tami dulu, dengan sekarang berbeda. Setelah akses konektivitas hadirnya Jembatan Youtefa, para curanmor itu mudah melarikan barang curian.
Dia selalu bersinergi dengan lembaga otoritas perbatasan seperti, Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) melalui Pengelolaan Batas Wilayah Negara (PLBN) Skouw, Pos Lintas Batas (PLB) Wutung, dan Satgas Penjaga Perbatasan RI-PNG dari satuan TNI-AD.
Kehadiran Satgas Pamtas TNI dari luar Papua sangat membantu pihaknya di Pos Lintas Batas (PLB) yang dijaga dari unsur kepolisian 5 orang.
#elevate women