Fimela.com, Jakarta Seiring berjalannya waktu, standar kecantikan jadi berubah. Standar kecantikan yang tadinya hanya berpatokan pada orang-orang yang memiliki kulit putih, menjadi bergeser karena orang yang memiliki kulit coklat ataupun hitam juga punya hak yang sama untuk bisa merasa cantik.
Hal inilah yang mendorong Sharon Chuter untuk menciptakan makeup dan produk-produk kecantikan lainnya yang dibuat khusus untuk orang-orang yang berkulit hitam. Perempuan yang lahir di Nigeria 32 tahun yang lalu itu pada awalnya sangat kesulitan dalam menentukan shades makeup yang cocok dengan warna kulitnya.
Sehingga, itulah yang mendasari Sharon untuk menciptakan makeup khusus untuk orang yang memiliki kulit hitam, dan menurutnya hal ini yang akan membedakan dan membuat brand makeup-nya menonjol dibandingkan makeup lainnya.
Mantan eksekutif dari merek LVMH ini mengungkapkan bahwa dirinya telah terjun dalam industri kecantikan bahkan sejak dirinya masih berusia remaja. Sejak saat itu, dirinya sudah menyadari bahwa belum ada satupun brand makeup yang menciptakan produk yang melayani audiens yang beragam. Sehingga, ia merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk berdiri dan berjuang secara inklusif untuk menciptakan brand makeup yang ramah dengan seluruh ras dan warna kulit yang ada.
Dengan mengambil inspirasi dari warisan Afro yang melekat pada dirinya dan menanamkan sisi modernitas yang kuat, Sharon mampu menciptakan brand dengan estetika yang benar-benar fresh, sekaligus menunjukkan self-love dan ekspresi diri yang otentik. Dalam hal ini, ia berhasil untuk menciptakan rangkaian makeup yang berbeda, serta sarat makna dan emosi,
“Our race is human, our people are free, our language is color. All are welcome to our beautiful tribe. The makeup range is rebellious, innovative, and created for all, because beauty should come in every color,” ujarnya dalam wawancara di The Drew Barrymore Show, dikutip oleh Fimela.com, pada Sabtu (4/9).
Lalu, bagaimana perjalanan Sharon dari awal perjuangannya hingga saat ini berhasil melahirkan UOMA Beauty menjadi brand makeup yang inklusif untuk semua ras? Simak cerita selengkapnya di bawah ini.
What's On Fimela
powered by
Berawal dari frustrasi dan keresahannya sendiri
Dalam wawancara di The Drew Barrymore Show, dirinya mengungkapkan bahwa alasan Sharon menciptakan produk kecantikan bukan hanya karena dirinya sudah terjun dalam dunia kecantikan sejak usia remaja, tetapi karena ia memiliki keresahan sejak lama karena tak pernah menemukan produk makeup yang cocok dengan warna kulitnya.
“After moving to Australia and working my way up through some of the biggest names in Beauty, I realized that none of them were creating products that catered to a diverse audience,” jelasnya saat diwawancarai oleh Drew Barrymore.
Dirinya juga mengatakan bahwa di tempat kelahirannya, yakni di Nigeria, tak ada merek kecantikan besar di sana. Pada awalnya, ketika masih remaja, Sharon telah menjangkau semua merek besar di dunia dan meminta untuk menjadi distributor di Nigeria. Namun, hanya Revlon yang merespons.
Hal itulah yang akhirnya membuat Sharon untuk memberanikan diri terjun ke industri kecantikan, karena menurutnya industri ini akan menjanjikan jika dijalankan secara inklusif dan terbuka untuk semua warna kulit.
“Saya akhirnya membawa Revlon ke Nigeria pada usia saya yang masih belia. Pada saat itu, saya akhirnya menyadari dua hal: saya memiliki hasrat untuk makeup, dan saya juga melihat hal tersebut sebagai bisnis. Tapi saya tidak ingin terjun begitu saja karena saya masih sangat muda dan saya harus banyak belajar,” ujarnya, dikutip dari Beautylish, Sabtu (4/9).
Sharon menjelaskan bahwa dirinya merupakan orang yang sangat akademis dan sangat matematis. Namun, di saat yang sama dirinya juga sangat kreatif. Maka dari itu, industri kecantikan adalah satu-satunya jalan yang bisa mengakomodasi keduanya, yakni menjadi kreatif, tetapi sekaligus menjadi pebisnis.
Mengenal UOMA Beauty
UOMA (diucapkan oh-ma) yang berarti “indah” dalam bahasa Igbo, yakni salah satu bahasa utama yang digunakan di Nigeria merupakan brand kosmetik baru yang berbasis di London. Sharon terinspirasi oleh keragaman etnis Afrika yang kaya, sehingga UOMA Beauty ini memiliki jajaran produk yang luas dan sangat terbuka oleh berbagai warna kulit dan undertone yang cocok.
Hal inilah yang menjadikan UOMA Beauty sebagai merek kecantikan yang berani ‘memberontak’ dengan tujuan dan pada misi untuk keluar dari jalur yang baik untuk mendefinisikan kembali aturan inklusivitas dan keragaman. Lahirnya UOMA Beauty juga merupakan salah satu bukti kesuksesan dari gerakan yang viral, yakni #BlackLivesMatter yang mendorong terciptanya dua gerakan baru yakni Pull Up For Change dan Make it Black. Ketiga hal tersebut yang akhirnya menyoroti perlunya peningkatan representasi di perusahaan Amerika, khususnya untuk industri kecantikan.
Perlu diketahui, baru-baru ini UOMA Beauty memenangkan penghargaan tentang merek kecantikan yang inklusif karena UOMA Beauty merupakan merek produk kecantikan yang menyediakan produk skincare, produk self-care, sekaligus makeup yang menghadirkan foundation dalam 51 warna, serta kandungan-kandungan makeup yang baik dengan harga terjangkau dan bertanggung jawab pada kelangsungan alam, karena kemasannya dapat didaur ulang 100%.
“Formulanya tidak satu ukuran untuk semua. Kami menyadari bahwa jika anda berkulit putih, maka kemungkinan besar kamu akan menderita kemerahan dan hipersensitivitas. Jadi, kami membuat formula dan kami menempatkan dalam ekstrak mikroalga, yang dapat membantu menenangkan dan mengatasi setiap permasalahan kulit,” ujarnya, dikutip dari Allure.com pada Sabtu (4/9).
UOMA Beauty cocok untuk semua jenis kulit
Pengambilan formula untuk setiap produknya digabungkan dari bahan-bahan yang memang dikenal untuk memecahkan masalah kulit yang sering dihadapi oleh orang-orang dalam berbagai jenis dan profil kulit.
Terdapat ekstrak rose hybrid untuk kulit yang berjenis olive skin yang membantu berkontribusi pada induksi elastin dan mengurangi produksi sebum karena warna kulit olive skin umumnya adalah kombinasi/berminyak, sehingga berkaitan dengan penuaan dini.
Selain itu, terdapat pula ekstrak woolly thistle dan ekstrak white tea di masing-masing kulit yang berjenis brown sugar dan bronze venus, yang keduanya membantu mengatasi masalah hiperpigmentasi, yakni masalah kulit yang umum untuk warna kulit cokelat. Lalu, ada pula ekstrak black pearl, tomat, dan berry yang mengatasi kulit kusam.
Misi utamanya dalam menciptakan UOMA Beauty
Sharon menjelaskan bahwa keadaan dalam industri kecantikan saat ini sangat eksklusif dan sangat monolitik. Sebagai wanita yang berkulit hitam, dirinya belajar bahwa segala sesuatu warna kulit dan fitur tubuh orang kulit hitam tak bisa bekerja di industri, khususnya di industri kecantikan.
“Saya adalah bagian dari masalah ini, dan saya melihat bahwa pasti ada kemungkinan untuk bisa keluar dari stigma tersebut. Maka dari itu, saya memutuskan untuk membuat merek saya sendiri, dan membuat komunitas di mana semua orang disertakan dan diterima,” ungkapnya ketika menjelaskan tentang misi awal terbentuknya UOMA Beauty.
Selain itu Sharon juga ingin mengubah dan memperluas pemahaman orang tentang inklusivitas. Dirinya menganggap bahwa inklusivas ini bukan hanya tentang berapa banyak nuansa dasar yang dibawa oleh sebuah merek, tetapi juga memenuhi kebutuhan unik orang-orang, serta memastikan mereka terwakili dan didengar.
“Inklusivitas memungkinkan orang untuk menjadi diri asli mereka dan merayakan keaslian orang. Dalam hal ini, bukan hanya memahami tentang 60 shades warna foundation, tetapi tentang apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka sukai,” ujarnya, dikutip oleh Fimela.com.
Pada tingkat tertentu, kebanyakan orang pasti pernah mengalami yang rasanya ditinggalkan. Hal inilah yang mendasari Sharon untuk membuat komunitas baru bagi orang-orang yang pernah merasa ditolak atau tersisih karena warna kulit, ukuran tubuh, serta jenis kelaminnya.
“Mereka menyebut kami minoritas, tapi bersama-sama kami sebenarnya adalah mayoritas dunia. Saya ingin membuat sebuah gerakan, dan ingin membuat komunitas yang berakar pada kepositifan dan bertujuan untuk mencapai perubahan,” katanya.
Dalam bisnis kecantikan UOMA Beauty inilah, yang akhirnya mampu mendorong perubahan, baik melalui kecantikan ataupun dalam masyarakat luas. “Itulah ‘alasan’ saya untuk mendirikan bisnis saya sendiri, yakni untuk menciptakan komunitas baru, untuk mendorong budaya inklusif yang lebih blak-blakan, terutama seputar kecantikan,” pungkasnya.
“My brand is not a place to escape from what’s going on in the world. It’s a place to immerse yourself in what’s going on in the world. Making the world a better place is not a part-time job, it’s a full-time commitment. As such, every brand should stand for something,” ujar Sharon ketika menjelaskan tentang tujuan utamanya terjun dalam bisnis kecantikan, dikutip dari Beautylish.
*Penulis: Chrisstella Efivania.
#ElevateWomen