Fimela.com, Jakarta Jika kamu termasuk orangtua yang memiliki anak berusia di bawah 12 tahun, kamu mungkin juga khawatir karena sekolah mulai dibuka kembali, tapi kasus COVID-19 tidak juga menunjukkan penurunan. Kekhawatiran bertambah ketika ada laporan dari Washington Post yang menunjukkan bahwa sekitar 75% siswa akan tertular COVID-19 dalam waktu 3 bulan di sekolah, karena tidak menerapkan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker dan melakukan tes COVID-19.
Banyak orangtua mulai bertanya-tanya kapan anak di bawah 12 tahun bisa mendapatkan vaksin COVID-19 dan mengapa prosesnya lama sekali. Menurut Dr. Anthony Fauci, pakar penyakit menular mengatakan bahwa masih ada peluang masuk akal anak-anak di bawah 12 tahun akan memenuhi syarat mendapatkan vaksin COVID-19 sebelum masuk tahun 2022, seperti dilansir dari huffpost.com.
Banyak ahli lain, termasuk ahli bedah umum juga mengatakan secara terbuka bahwa anak-anak berusia 5 sampai 11 tahun akan memenuhi syarat vaksin COVID-19 di tahun ini. Direktur Pfizer baru-baru ini menyusun skenario di mana produsen obat akan memiliki data uji coba obat yang tersedia di bulan September, mengajukan otorisasi penggunaan darurat ke FDA pada bulan Oktober, yang kemudian diharapkan vaksin COVID-19 untuk anak berusia 5 hingga 11 tahun bisa segera diberikan.
Sayangnya, tidak semua pakar optimis tentang hal ini, beberapa pakar kesehatan terkenal juga menyatakan skeptis tentang garis waktu di atas. Francis Collins, Direktur National Institutes of Health memberikan pendapatnya bahwa tidak mungkin vaksin COVID-19 untuk anak berusia 5 hingga 11 tahun bisa diberikan sebelum akhir 2021.
What's On Fimela
powered by
Mengapa proses pengujian vaksin COVID-19 pada anak membutuhkan waktu lama
Semua prediksi ini adalah untuk anak berusia 5 hingga 11 tahun, sehingga anak dengan usia yang lebih muda kemungkinan tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin COVID-19 hingga tahun 2022. Penting untuk diingat juga bahwa percobaan selalu memakan waktu lebih lama pada anak.
Uji coba pada anak yang lebih muda saat ini difokuskan pada dosis, dengan cara yang hampir sama dengan uji coba awal yang berfokus pada pemberian dosis pada orang dewasa. Studi-studi tersebut diprioritaskan karena sejak awal pandemi, orang dewasa memiliki risiko lebih besar untuk dirawat di rumah sakit dan mengalami kematian.
Pengujian dosis dilakukan secara berbeda pada orang dewasa dari berbagai usia dan dosis yang didapatkan adalah dosis yang paling imunogenik, terutama pada orang di atas 65 tahun. Percobaan juga menyelidiki apakah dosis tersebut aman dan dapat ditoleransi dalam hal efek samping.
Inilah pertanyaan yang juga sedang dipelajari pada anak yang lebih muda saat ini. Dosis bisa sedikit lebih sulit untuk dinilai pada anak yang lebih muda, sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama.
Mengapa proses pengujian vaksin COVID-19 pada anak membutuhkan waktu lama
Penting juga untuk diketahui bahwa percobaan pada anak memiliki rintangan logistik tertentu. Para peneliti harus menemukan cukup banyak keluarga yang bersedia mendaftarkan anak-anak mereka, yang jelas juga bisa memperlambat prosesnya.
Salah satu alasan lain mengapa uji coba memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan adalah karena pada akhir Juli, FDA meminta Pfizer dan Moderna untuk menambah jumlah anak yang terdaftar dalam uji coba yang sedang berlangsung. Mereka ingin lebih memahami berapa banyak anak yang mungkin mengembangkan radang otot jantung, yang telah dilaporkan sebagai efek samping yang jarang terjadi pada orang dewasa yang telah divaksinasi lengkap.
Tapi para ahli menegaskan bahwa ekspansi ini bukanlah tanda kekhawatiran para peneliti, karena vaksin telah diberikan kepada ratusan juta orang dewasa dan terbukti sangat aman. Selain itu, radang otot jantung juga sangat jarang terjadi.
Selama menunggu, banyak hal yang bisa dilakukan orangtua untuk menjaga anak mereka tetap aman, yaitu penggunaan masker, cuci tangan, menjaga jarak sosial, dan menjadi kepompong bagi anak yang belum bisa divaksinasi. Bagaimana menurutmu, Sahabat FIMELA?
#Elevate Women