Fimela.com, Jakarta Pernikahan sudah di depan mata. Hanya dalam hitungan beberapa jam saja Nusri akan menjadi seorang istri. Segalanya sudah dipersiapkan. Banyak yang bersuka cita dengan pernikahan ini. Hanya saja ada hal berbeda yang dirasakan Nusri.
Nusri merasa perlu kembali ke kota tempat ia bekerja. Ada hal-hal yang masih ia sembunyikan dari keluarga, bahkan dari orangtuanya sendiri. Belum lagi dengan sesuatu yang tampaknya baru ia ketahui tentang kakaknya. Sebuah keputusan besar pun ia ambil. Ada waktu yang rasanya masih ia butuhkan sebelum melangkah ke pernikahan. Rasanya dengan semua situasi dan hal-hal yang sedang ia rasakan, Nusri merasa gampang apakah hari itu adalah waktu yang tepat baginya untuk menikah?
What's On Fimela
powered by
Kumpulan Cerita Pendek
Penulis: Amanatia Junda
Penyunting: Aprilia Kumala
Pemeriksa aksara: Solihin
Rancang Sampul: Sukutangan
Penata isi: Narto Anjala
Cetakan Ketiga, April 2020
Penerbit: Mojok
Sebentar lagi Nusri menikah. Orang tuanya di kampung sibuk menyiapkan pesta yang meriha. Doa-doa baik teriring untuknya.
Yang terjadi permasalahan hanya satu: Nustri mendadak harus pergi dari kamar pengantin dan kembali ke Timalayah, kota industri yang memagari nasi baik buruknya selama ini.
Nusri bukan satu-satunya. Di belahan bumi lain, ada yang tersungkur patah hati ditinggal kekasih. Ada yang kehilangan banyak hal dalam waktu yang berdekatan. Ada yang memilih hidup sendirian bersama dua kucing liar. Ada yang tiba-tiba ingin menghubungi mantan kekasihnya. Ada yang mencintai diam-diam dan berakhir ditolak mentah-mentah. Ada yang tak siap berpisah, sekali pun sudah menabung kesiapan itu jauh-jauh hari. Ada yang selalu mencintai tapi tak pernah bisa menerima. Ada yang kehilangan setelah memiliki rasa sekejap saja. Ada yang perlu mengembalikan luka lama, karena tak lagi merasa hidup baik-baik saja. Ada yang berpura-pura mencintai. Ada yang menikah, lalu ingin berpisah.
Kadang-kadang, memang selalu ada waktu untuk tidak berkasih.
Untuk tidak bercinta, untuk tidak menikah.
Lagi pula, kisah cinta yang melulu indah itu kata siapa?
***
Waktu untuk Tidak Menikah yang merupakan judul buku ini merupakan judul salah satu cerita pendek yang ada di dalamnya. Selain cerita tentang Nusri, juga ada cerita tentang perempuan-perempuan lain yang menghadapi berbagai pergolakan hidup.
Kisah-kisah yang dimuat dalam kumpulan cerita pendek ini tak jauh-jauh dari soal perkara-perkara pribadi yang dihadapi perempuan dalam kesehariannya. Soal masalah di masa lalu yang masih menggelayut hingga hal-hal yang hanya dipendam sendiri dalam kalbu. Isu-isu kompleks tiap perempuan diramu dengan sudut pandang yang menarik. Ada kegamangan, keraguan, rasa sakit, kepasrahaan, kebahagiaan, hingga harapan yang menjadi hal-hal yang ditekankan dalam cerita-ceritanya.
Kumpulan cerita pendek karya Amanantia ini mengangkat latar belakang tokoh yang cukup dekat dengan kehidupan sehari-hari. Beberapa cerita memiliki akhir yang menggantung. Tidak semua cerita menyuguhkan solusi atau jalan keluar atas persoalan yang dihadapi tokohnya. Ada keunikan dan kekhasan sendiri dalam nyawa setiap cerita pendeknya.
Perempuan memiliki banyak suara. Perempuan juga sebenarnya memiliki banyak pilihan. Memang tidak selalu mudah untuk bisa menyuarakan keinginan atau membuat pilihan yang dikehendaki diri sendiri. Meskipun begitu, kemungkinan untuk bisa memperjuangkan kehidupan yang diinginkan selalu ada.
Bahasa yang digunakan dalam setiap cerita pendek di dalam buku ini juga ringan. Beberapa cerpen bahkan terasa seperti cerpen khas remaja dengan dibalut isu-isu terkini. Bagi yang menyukai bacaan cerita pendek dengan tema-tema seputar dunia dan kehidupan perempuan, Waktu untuk Tidak Menikah bisa jadi rekomendasi yang tepat. Pasti ada kisah tokoh dalam buku ini yang akan membekas di hatimu.
#ElevateWomen