Fimela.com, Jakarta Beraktivitas di rumah saja selama pandemi Covid-19 mempengaruhi perilaku konsumen di Indonesia, termasuk dalam hal berbelanja. Jelang momen belanja tahun ini, konsumen cenderung melakukan percakapan seputar belanja online melalui Twitter.
Hal ini dibuktikan berdasarkan survey yang dilakukan oleh Twitter, percakapan seputar belanja online di Twitter meningkat signifikan sebanyak 175% hingga Juni 2021, di mana 38% pembeli online di Twitter menjadikan hal ini sebagai kebiasaan selama masa pandemi.
Sebelum memutuskan berbelanja, konsumen banyak melakukan pencarian dan membicarakan tentang brand, rekomendasi produk, best deal, dan diskon di Twitter. Tereksposnya produk dan brand di Twitter juga berdampak terhadap perilaku konsumen.
“Orang-orang datang ke Twitter untuk menemukan dan mencari rekomendasi tentang brand tertentu, melakukan review produk melalui utas, serta mendiskusikan produk yang sedang populer atau ramai dibicarakan. Ulasan di Twitter membantu konsumen untuk memutuskan produk apa yang ingin mereka beli,” kata Dwi Adriansah, Country Industry Head, Twitter Indonesia pada pertemuan virtual, Selasa (31/8/2021).
Selain itu ada beberapa fakta lainnya terkait perubahan perilaku konsumen jelang momen belanja yang dihimpun oleh Twitter Indonesia. Berikut selengkapnya.
1. Konsumen semakin terbiasa berbelanja online
Situasi pandemi tampaknya mengubah perilaku belanja konsumen dari offline menjadi online. Menurut Twitter, 23% pembeli online setia mengatakan, bahwa berbelanja online memberikan mereka pengalaman yang sama dengan belanja di toko offline.
Sementara itu, sebanyak 25% pembeli online di Twitter mengatakan, bahwa mereka akan terus berbelanja online, bahkan setelah toko offline dibuka.
Beberapa daftar produk yang paling diminati untuk dibeli secara online antara lain perawatan pribadi (50%), pakaian / alas kaki (49%), produk teknologi (33%), kebutuhan sehari-hari (22%), peralatan rumah tangga (21%), obat dan suplemen (14%), dan produk asuransi (2%).
2. Terdapat sentimen positif pada kondisi keuangan konsumen
Pada Mei 2021, pengguna Twitter di Indonesia mencatat sentimen positif untuk kondisi keuangan pribadi mereka (23%). Sejalan dengan itu, sebanyak 86% orang-orang di Twitter berbelanja online dalam enam bulan terakhir (29% pembeli setia).
Kebiasaan ini juga membuat 70% pembeli online di Twitter di Indonesia mencari produk/toko baru di ranah online . Hal ini membuka peluang yang lebih luas bagi brand untuk meluncurkan produk dan terhubung dengan audiens mereka.
3. Konsumen berbagi rekomendasi produk atau brand
Pembeli online di Twitter di Indonesia sangat reseptif dan senang berinteraksi dengan konten terkait belanja online yang mereka lihat di Twitter.
Mereka datang ke Twitter untuk berdiskusi dan berbagi informasi mengenai pembelian mereka. 31% warga Twitter mengatakan, bahwa ulasan di Twitter membantu konsumen memutuskan apa yang akan dibeli. Maka dari itu, penting bagi brand untuk menjadi bagian dari percakapan di Twitter.
4. Meningkatnya peluang penjualan melalui percakapan di Twitter
Informasi di Twitter menyebar lebih cepat dan lebih luas. Hal ini terlihat dari pertumbuhan orang-orang yang membicarakan brand di Twitter (1,8x lebih cepat dan 2x lebih banyak orang yang membicarakan brand).
Selain itu, terdapat hubungan antara percakapan di Twitter dengan penjualan, di mana peningkatan percakapan sebesar 10% dapat menghasilkan peningkatan penjualan sebesar 3%.
5. Percakapan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
Twitter menjadi tempat bagi para pembeli dan calon pembeli online untuk mencari dan berbagi informasi atas produk yang mereka beli, termasuk melakukan review tentang produk tersebut.
Percakapan di Twitter ini lah yang membuat 51,3% pengguna cenderung membeli produk saat ada ulasan dari konsumen lain. Sebanyak 37,4% pengguna Twitter di Indonesia cenderung membeli produk ketika ada banyak 'suka' atau komentar bagus di media sosial.
“Sebagai platform berbasis minat yang mendorong terjadinya percakapan, interaksi menjadi penting di Twitter. Banyak insights yang dapat diperoleh dari percakapan konsumen di Twitter,” kata Dwi.
“Dari insights tersebut, brand dapat menyasar audiens mereka dengan menciptakan kampanye dan komunikasi yang lebih efektif. Bukan hanya untuk menarik perhatian, tapi juga untuk berinteraksi dengan mereka. Konsumen pun bisa lebih mudah menemukan brand favorit dan produk unggulannya.” sambungnya.
#Elevate Women