Bersama Denmark, Indonesia Dorong Perubahan Penanganan dan Tingkatkan Kesadaran Terhadap Diabetes pada Anak

Fimela Reporter diperbarui 03 Sep 2021, 07:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Berdasarkan data dari WHO, penyakit tidak menular (PTM) menyebabkan hingga 41 juta angka kematian setiap tahunnya, atau setara dengan 71 persen dari total kematian secara global. Dari antara semua PTM yang menyebabkan kematian secara global, diabetes adalah salah satu dari empat penyakit tertinggi yang telah menyebabkan kematian 1,5 juta orang di seluruh dunia. 

Diabetes merupakan salah satu penyakit epidemi yang akan tetap berkembang di seluruh dunia, dan berpotensi pula terjadi pada anak-anak, khususnya diabetes tipe-1. Diabetes tipe-1 ini merupakan penyakit kronis yang serius dan hingga saat ini masih belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut. 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Aman Pulungan, dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir, prevalensi Diabetes Mellitus Type 1 (DMT1) di Indonesia meningkat tujuh kali lipat dari 3,88 per 100 juta penduduk pada tahun 2000 menjadi 28,19 per 100 juta penduduk pada tahun 2010. 

Hal ini juga disebabkan oleh tinginya angka underdiagnosed (pasien yang tidak terdiagnosis) dan misdiagnosed (pasien dengan hasil diagnosis salah), angka kasus DMT1 pada anak-anak diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan data yang sudah ada. 

Maka dari itu per tanggal 30 Agustus 2021, Kementerian Kesehatan RI bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) akhirnya bekerja sama dengan Denmark dalam program Changing Diabetes in Children (CDiC) demi mendorong perubahan dan memberikan bantuan terhadap anak dan remaja yang menderita DMT1 di Indonesia.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Program yang akan dilaksanakan

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam acara penandatanganan virtual kerja sama IDAI bersama Novo Nordisk untuk tangani diabetes pada anak (Foto: dok. CDiC)

Kemenkes RI, IDAI, bersama dengan PT Novo Nordisk menargetkan untuk menjangkau 3.000 anak dan remaja yang menderita penyakit diabetes tipe-1 dalam rencana tahap pertama program ini, dengan memanfaatkan 20 klinik yang memiliki fasilitas memadai, dan dibantu juga oleh 1.000 tenaga kesehatan yang akan menyediakan perawatan dan penanganan bagi anak-anak penderita diabetes. 

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin juga menjelaskan program-program apa saja yang nantinya akan dilaksanakan selama 5 tahun masa kerja sama dengan PT Novo Nordisk ini pada acara penandatanganan virtual CDiC, Senin (30/8). 

“Terdapat 6 program pemerintah dalam bidang kesehatan di Indonesia. Namun, dalam hal CDiC sendiri, Kemenkes akan lebih berfokus pada 2 program primer demi menyejahterakan nasib anak-anak penderita diabetes tipe-1 dalam hal pengobatan, dan juga edukasi terhadap orang-orang sekitar,” ujarnya dalam penandatanganan virtual kontrak kerja sama tersebut, Senin (30/8). 

Dalam bidang penanganan dan pengobatan, pemerintah akan bersikeras untuk lebih meningkatkan fasilitas pelayanan pengobatan, serta kecanggihan alat-alat agar tidak terjadi lagi kasus underdiagnosed dan misdiagnosed khususnya pada anak-anak. 

Lalu yang kedua, bersama dengan PT Novo Nordisk nantinya pemerintah akan lebih mensosialisasikan edukasi terkait diabetes tipe-1 yang rentan terjadi pada anak-anak kepada masyarakat, agar masyarakat tidak memiliki stigma negatif terhadap anak-anak atau remaja yang menderita diabetes. 

“Harapannya, dengan adanya kerja sama ini, obat-obatan yang diperlukan bagi anak-anak penderita diabetes dapat membantu mereka agar dapat beraktivitas dengan leluasa tanpa harus takut akan pengobatan-pengobatan yang rumit karena harus rutin ke rumah sakit,” tambah Budi.

3 dari 4 halaman

Tantangan utama dalam menangani diabetes pada anak

Ilustrasi tantangan penanganan diabetes pada anak (Pexels/nataliya vaitkevich).

Kasus diabetes tipe-1 pada anak di Indonesia ini harus menjadi salah satu perhatian utama di bidang kesehatan, karena terdapat beberapa tantangan utama dalam penanganan dan berpotensi mengganggu psikologis anak yang menderita diabetes itu sendiri. 

Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, (K), FAAP, FRCPI (Hon.) menjelaskan terdapat 4 hal utama yang menjadi tantangan dalam pencegahan dan penanganan diabetes di Indonesia, khususnya pada anak. 

“Belum banyak orang teredukasi akan bahaya dari diabetes ini sendiri. Selain itu, penanganan diabetes juga masih belum berkembang sejak ditemukannya insulin 100 tahun lalu, terutama untuk penanganan diabetes tipe-1. Nyatanya, masih banyak anak-anak yang meninggal akibat diabetes tipe-1 karena kurangnya pendidikan diabetes, layanan kesehatan khusus, peralatan untuk memantau diabetes dan juga obat-obatannya,” ungkap Prof. Aman.

Maka dari itu, ia mengharapkan PT Novo Nordisk dapat membuat aplikasi yang di dalamnya terdapat sistem registrasi melalui aplikasi sebagai langkah awal pendataan, edukasi, rekomendasi pengobatan serta monitoring pasien secara komprehensif. 

“Saya meyakini, jika kita bisa membuat aplikasi yang komprehensif, Indonesia akan menjadi negara pertama yang memiliki sistem yang tepat bagi anak-anak dengan diabetes tipe-1, dan juga dapat membantu mereka dari setiap aspek penanganannya,” tambahnya.

4 dari 4 halaman

Kesadaran dan edukasi adalah hal terpenting

Ilustrasi diabetes pada anak (pexels/erenli).

Prof. Aman juga menjelaskan realita yang terjadi dan dialami oleh anak-anak di Indonesia yang menderita diabetes tipe-1 ini. Mereka seringkali mendapatkan perlakuan tak wajar dari orang sekitar, dan sering dianggap tak normal. 

Kesadaran dan edukasi adalah hal terpenting dalam penanganan diabetes tipe-1 di Indonesia. Hal inilah yang harus menjadi pondasi utama, terutama pada masyarakat sekitar agar bisa lebih teredukasi tentang penyakit ini dan menghilangkan stigma-stigma buruk pada penderitanya.

“Banyak anak yang akhirnya dikucilkan karena penyakit diabetes yang dideritanya karena banyak orang menganggap penyakitnya bisa menular dan membahayakan anak lainnya. Hal inilah yang membuat mereka akhirnya tak bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya, yang mengakibatkan gangguan psikologis yang malah memperparah kondisinya,” ujarnya. 

Dalam acara ini, ditampilkan pula cuplikan video dari anak-anak penderita diabetes tipe-1 yang mengungkapkan realita kehidupannya serta cita-cita yang ingin dicapainya. Video itulah yang diharapkan dapat memberikan gambaran akan realita yang mereka hadapi dan mendorong masyarakat meningkatkan kesadarannya terhadap penyakit tersebut. 

“Saat ini karena mereka masih membutuhkan pengobatan khusus, banyak orang yang menganggap mereka perlu diperlakukan berbeda dari anak-anak lainnya. Maka dari itu, pentingnya improvement pengobatan diabetes tipe-1 ini agar anak-anak bisa beraktivitas seperti biasa dengan anak-anak lainnya,” tutup Prof. Aman. 

Penulis: Chrisstella Efivania

#ElevateWomen