Fimela.com, Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menerbitkan izin penggunaan darurat atas vaksin COVID-19 jenis Sputnik-V pada Selasa (24/8/2021). Vaksin Sputnik ini sendiri dikembangkan oleh The Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology di Rusia.
Dalam pengembangannya, vaksin Sputnik-V menggunakan platfrom Non-Replicating Viral Vector (AAd26-S dan Ad5-S).
Kepala BPOM RI Penny Lukito menyebut proses pemberian EUA vaksin COVID-19 Sputnik-V dikaji bersama dengan Tim Komite Nasional Penilai Khusus Vaksin COVID-19 dan Indonesia Technical Advisory Group on Immunization.
Berikut beberapa fakta seputar vaksin Sputnik-V asal Rusia yang akan digunakan di Indonesia.
1. Platform
Vaksin Sputnik-V menggunakan platform Non-Replicating Viral Vector (Ad26-S dan Ad5-S). Artinya, vaksin ini menggunakan dua adenovirus, yakni Ad26-S dan Ad5-S. Adenovirus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan flu. Dalam pembuatan Sputnik V, peneliti menggabungkan adenovirus dengan spike protein SARS-CoV-2. Sehingga mendorong tubuh membuat imunitas.
.
What's On Fimela
powered by
2. Efikasi
Penny menyatakan bahwa vaksin Sputnik-V memiliki efikasi sebesar 91,6 persen.
"Untuk efikasinya, data uji klinik fase 3 menunjukkan vaksin Covid-19 Sputnik-V memberikan efikasi sebesar 91,6 persen (dengan rentang confidence interval 85,6 persen- 95,2 persen),” kata dia.
3. Efek samping
Efek samping yang paling umum dirasakan adalah gejala yang menyerupai flu, ditandai dengan demam, menggigil, nyeri sendi, nyeri otot, badan lemas, ketidaknyamanan, sakit kepala, atau reaksi lokal pada lokasi suntikan.
4. Penggunaan untuk 18+
Vaksin Sputnik-V akan digunakan untuk kelompok masyarakat berusia 18 tahun ke atas dengan indikasi pencegahan COVID-19. Vaksin diberikan secara injeksi intramuscular dengan dosis 0,5ml untuk dua kali penyuntikan dalam rentang waktu tiga minggu
Simak video berikut ini
#elevate women