Fimela.com, Jakarta Stunting merupakan masalah kesehatan serius yang hingga kini masih menjadi momok bagi Indonesia. Stunting sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita (anak di bawah usia 5 tahun) akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan.
Salah satu upaya mencegah stunting di Indonesia, Kementerian Kesehatan meluncurkan kampanye Tumpeng Gizi Seimbang pada 2013, dilanjutkan dengan Isi Piringku pada 2016 hingga saat ini.
Program Isi Piringku sendiri merupakan salah satu dari gerakan #BersamaCegahStunting yang diinisiasi oleh Danone Indonesia, bekerjasama dengan para mitra dan pemangku kepentingan. Tujuannya adalah mendukung pemerintah dalam membentuk anak Indonesia yang tumbuh sehat dalam upaya mencegah stunting di Indonesia.
“Untuk mencegah stunting, Ibu bisa melakukan langkah-langkah pencegahan, di antaranya menjalankan rekomendasi Isi Piringku, yakni dalam 1 piring makan harus tersedia lengkap, mulai dari makanan pokok, lauk-pauk, dan sayur atau buah-buahan. Komposisi Isi Piringku dari Kementerian Kesehatan RI terdiri dari makanan pokok (⅓ porsi) dan sayur (⅓ porsi), serta sisanya adalah lauk-pauk dan buah-buahan (⅓ porsi). Namun untuk balita, porsi lauk perlu ditambahkan lebih banyak,” Dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, Sp.GK dalam live Instagram @Ibu2Canggih, Jumat (20/8).
Makanan pokok yang dimaksud bukan hanya nasi, melainkan juga bisa divariasikan dengan kentang, singkong, jagung, sagu, ubi, dan lain-lain. Sedangkan lauk-pauk bisa berupa protein hewani daging sapi/ayam/unggas, ikan, telur, serta protein nabati tahu, tempe, dan produk olahannya. Sementara sayur dan buah untuk si Kecil bisa berupa sawi, bayam, pepaya, jeruk, dan sebagainya.
“Menu makanan yang disiapkan harus bervariasi. Dalam satu menu harus ada makanan pokok, lauk pauk berupa protein hewani dan nabati, dan juga ada sayur. Buah juga ditambahkan sebagai makanan selingan pada jadwal pemberian MPASI (makanan pendamping ASI),” tambah Dr. Nurul.
What's On Fimela
powered by
Bisa dicegah sedini mungkin
Secara keseluruhan, tambah Dr. Nurul, stunting pada anak bisa dicegah sedini mungkin. Hal yang dapat Ibu lakukan saat si Kecil masih berusia di bawah 5 tahun ialah memenuhi nutrisi optimal sejak 1000 hari pertama kehidupannya (sejak hamil hingga usia anak 3 tahun) dan memberikan ASI eksklusif minimal 6 bulan.
Saat anak menginjak usia 6 bulan, kenalkan MPASI yang mengandung gizi seimbang berisi zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral dari sayur dan buah). Jangan lupa juga untuk pantau kenaikan berat badan dan tinggi badan/panjang badan secara teratur, serta mengikuti program imunisasi dasar.
“Jika Ibu mencurigai anak mengalami stunting, segera periksakan ke dokter dan lakukan langkah-langkah sesuai dengan rekomendasi dokter ya,” ujar Dr. Nurul.
Kondisi stunting di Indonesia
Menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018, sebanyak 30,8% anak-anak di Indonesia mengalami stunting. Stunting ini sendiri ditandai dengan kondisi anak yang panjang badan atau tinggi badan terhadap usianya lebih dari 2 dari standar deviasi di bawah median kurva pertumbuhan anak berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Atau sederhananya, anak tampak memiliki perawakan lebih pendek dibandingkan anak seusianya. Tetapi, anak yang terlihat pendek belum tentu stunting karena gejala stunting ini harus dilihat secara keseluruhan oleh dokter,” ujar Dr. Nurul.
Penyebab stunting pada anak di Indonesia sendiri beragam. Mulai dari kekurangan energi kronik pada ibu hamil, kurangnya pengetahuan ibu, penyakit infeksi berulang pada anak, sanitasi yang kurang, hingga layanan kesehatan yang terbatas.
Jika anak mengidap stunting, sistem imunnya bisa kurang baik sehingga anak mudah sakit. Selain itu, kecerdasannya juga berada di bawah rata-rata sehingga prestasi belajarnya tidak bisa maksimal.
“Langkah pencegahan stunting harus dimulai dari sekarang demi masa depan anak yang lebih baik, salah satunya dengan menjalankan rekomendasi makan sehat dan seimbang ala Isi Piringku” pungkas Dr. Nurul.
#elevate women