Fimela.com, Jakarta Banyak kasus COVID-19 yang menimbulkan efek jangka panjan setelah infeksi berakhir. Mulai dari nafas yang pendek, batuk berkepanjangan, hingga gangguan pada kemampuan otak atau yang disebut brain fog.
Dr. dr. Yuda Turana, Sp.s, Dokter Spesialis Saraf RS. Atmajaya menyebut tidak semua pasien yang sembuh dari infeksi COVID-19, mengalami bebas gejala pasca sembuh. Banyak di antara mereka yang dilaporkan mengalami rasa lelah dan pusing yang berkelanjutan.
"Penurunan fungsi kognitif menjadi dampak klinis jangka panjangnya, yang dikenal dengan istilah Brain Fog yaitu gejala yang terkait fungsi otak pada kemampuan konsentrasi, memori, dan komunikasi,” kata Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S – Dokter Spesialis Saraf RS Atmajaya (Counselor – ALZI).
Dilaporkan 36% pasien yang sembuh dari COVID-19 mengalami pusing, sakit kepala, gangguan kesadaran, hingga kejang. Sementara 30% mengalami gangguan kognitif atau brain fog yang ditandai dengan kesulitan fokus dan sering lupa.
Gangguan kognitif yang terjadi
Gangguan fungsi kognitif atau Brain Fog yang dimaksud bisa menyerang beberapa aspek. Yakni terkait memori yang menyebabkan sering lupa, atensi yang menyebabkan kehilangan fokus, konsentrasi, eksekutif yang menyebabkan kesulitan mengambil keputusan, dan komunikasi verbal.
Menurut Dr. dr Yuda Turana, penyebab dari gangguan kognitif ini bersifat multifaktor. Sehingga dibutuhkan penerapan pola hidup sehat bagi pasien yang sembuh dari COVID-19.
Cara mengantisipasi Brain Fog
Dengan menerapkan pola hidup sehat dapat membantu mencegah pasien infeksi COVID-19 dari Brain Fog. Yang perlu diperhatikan dari penerapan pola hidup sehat dari pasien sembuh COVID-19 adalah menjaga kolesterol dan tekanan darah, kualitas tidur, aktivitas fisik, pola makan, interaksi sosial, hingga suplemen.
Kalbe sendiri merekomendasikan suplemen kesehatan Citicoline untuk membantu terapi Brain Fog dengan efek samping yang aman. Suplemen ini meningkakan kemampuan otak agar kembali berfungsi dengan lebih baik.
Simak video berikut ini
#elevate women