Fimela.com, Jakarta Kenangan pada masa kecil takkan pernah terlupakan. Hari-hari dan waktu yang kita lewati saat masih anak-anak akan selalu membekas di hati. Masing-masing dari kita pun pasti punya kisah atau cerita paling membekas soal masa kecil itu, seperti pengalaman yang dituliskan Sahabat Fimela dalam Lomba My Childhood Story: Berbagi Cerita Masa Kecil yang Menyenangkan ini.
***
Oleh: R
Bila mendengar kata “masa kecil” maka yang terlintas dibenakku adalah beberapa penggalan memori yang penuh tawa antara aku dan sepupuku. Aku lahir saat dia berumur setahun. Rumah kami, rumah nenek, dan rumah sepupuku, hanya berjarak beberapa langkah.
Di sebuah desa yang indah, halaman rumah nenek yang luas, di situlah kami menghabiskan hari-hari kami hingga petang. Aku dan kakak sepupuku tumbuh bersama, setiap hari kami pasti bertemu. Bahkan kami disekolahkan di sekolah yang sama. Aku dengan seragam TK, dan dia dengan seragam SD, kami selalu diantar jemput oleh ayahnya, yaitu pamanku.
Namun hidup tidak selalu indah seperti yang kami pikirkan. Dalam keluarga terkadang ada selisih paham yang membuat jarak di antara kami. Orangtuanya dan orangtuaku lebih tepatnya. Entah apa yang menjadi permasalahannya saat itu, kami hanyalah anak kecil yang belum mengerti apa-apa. Saat kami bermain di halaman, terkadang ibunya menyuruhnya masuk. Terkadang ibuku pun begitu. Kami sangat sedih. Namun kami tidak mengenal rasa benci saat itu.
Pernah suatu hari pulang sekolah, dia dijemput oleh kakaknya yang sudah dewasa. Aku yang saat itu mengira akan ikut pulang dengan mereka, ternyata kakaknya tidak mengajakku. Hatiku sangat sedih saat itu, aku masih TK dan belum bisa pulang sendiri. Aku menangis di gerbang sekolah. Namun ternyata tidak berapa lama kemudian Ibu datang menjemputku. Aku berlari dan menceritakan pada Ibu. Ibu menenangkanku dan berkata, “Mulai sekarang Ibu akan menjemputmu, Nak."
Lagi-lagi kami tak tahu bagaimana permasalahannya, hingga akhirnya orangtuaku memutuskan untuk pindah, tepat saat aku naik ke kelas tiga SD. Karena masih di daerah yang sama, aku tidak perlu pindah sekolah. Jadi aku masih bisa bertemu dengan kakak sepupuku di sekolah. Yah, walaupun tidak setiap hari, karena di sekolah kami memiliki kegiatan masing-masing. Terkadang kami bertemu saat aku sedang bersama dengan teman-temanku, dan dia dengan teman-temannya.
Tapi ada hal unik yang aku lakukan dengan sepupuku. Kami menulis surat seminggu sekali. Saat itu belum ada handphone. Kami bercerita tentang apa saja lewat surat. Setiap hari Sabtu, saat kelas telah berakhir, dia mendatangiku di depan pintu kelasku untuk memberi suratnya. Biasanya aku memberi balasannya pada hari Senin pagi. Begitulah sampai dia lulus SD, dan aku merasa kehilangan saat itu. Tak lagi bisa berkirim surat, apalagi bertemu.
Menjaga Kedekatan
Singkat cerita, ketika aku berusia lima belas tahun, tepat saat aku akan menjadi sisiwi SMA, orangtuaku harus pindah ke luar kota. Namun karena kondisi ekonomi dan biaya hidup dikota lebih mahal, aku tidak ikut pindah.
Aku tinggal bersama nenekku yang sudah tua, yang rumahnya bersebelahan dengan rumah sepupuku. Kami akhirnya bisa dekat lagi, namun kedekatan kami kali ini bukan lagi seperti anak kecil melainkan dua remaja yang mulai beranjak dewasa.
Dia adalah kakak sepupu sekaligus sahabat bagiku. Orang pertama yang aku beritahu saat aku menyukai seseorang, atau saat aku punya keluh kesah di sekolah. Kami belajar bareng, memasak bareng di rumah nenek, dan saat malam Minggu kami ke Gereja bareng.
Oh iya, kami pernah mendapat beasiswa di tahun yang sama. Kami menghabiskan masa remaja dengan sangat baik, dan ternyata kedekatan kami membawa dampak yang positif. Keluarganya perlahan luluh, aku yang saat itu jauh dari orangtuaku seolah mendapatkan figur keluarga. Dan semakin hari hubungan keluarga kami semakin membaik.
Sampai saat ini, saat dia sudah menikah dan memiliki anak. Dia tetaplah kakakku, yang tahu baik burukku. Sahabat kecilku yang memiliki peran penting dalam hidupku sampai aku seperti ini.
Dia masih tinggal di desa tempat kelahirannya, dan aku kini tinggal di perantauan yang sangat jauh. Namun setiap tahun, aku selalu usahakan bisa pulang ke sana, berziarah ke tempat nenek dan juga bertemu kakak-kakak sepupuku. Desa itu penuh kenangan masa kecil dan masa remaja yang indah untukku. Kelak, bila aku sudah memiliki anak, akan kuajarkan bagaimana pentingnya hidup rukun dan saling mengasihi.
#ElevateWomen