Mengenal Virus Marburg Mirip Ebola yang Sebabkan Kematian di Afrika Barat

Hilda Irach diperbarui 16 Agu 2021, 16:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Di tengah situasi pandemi Covid-19, kemunculan virus Marburg menjadi ancaman baru. Virus yang pertama kali terdeteksi di Guinea Tenggara, Afrika Barat ini dilaporkan sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Namun apa itu virus Marburg?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan virus Marburg mirip dengan ebola, salah satu virus yang cukup mematikan dan telah menelan banyak korban. Risiko kematian akibat virus tersebut bervariasi, mulai dari 24 persen hingga 88 persen.

Menurut Georges Ki-Zerbo, kepala negara WHO di Guinea, virus Marburg telah beredar di hewan, terutama kelelawar. Penularan virus Marburg ke manusia bisa terjadi karena kontak yang terlalu lama dengan tambang atau gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus.

Ketika seseorang terinfeksi, virus Marburg akan menular dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi, dan dengan permukaan dan bahan.

 
What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Gejala virus Marburg

WHO temukan kasus virus Marburg mirip Ebola dengan rasio kematian hingga 88 persen. (pexels/cottonbro)

WHO memperingatkan virus Marburg memiliki gejala yang sulit dibedakan dengan penyakit lainnya seperti tipes dan demam berdarah. Beberapa gejala yang akan dialami penderita virus Marburg adalah demam tinggi secara tiba-tiba, sakit kepala parah, nyeri otot, muntah, hingga diare.

Seseorang yang terinfeksi virus Marburg di hari kelima atau ketujuh akan mengalami pendarahan berat seperti muntah darah, feses berdarah, serta pendarahan pada hidung, gusi, bahkan vagina.

Selama fase penyakit yang parah ini, pasien juga dapat mengalami gejala virus Marburg lainnya seperti demam tinggi, kebingungan, cepat marah, serta orchitis (radang testis). Dalam kasus yang fatal, kematian paling sering terjadi antara delapan dan Sembilan hari setelah gejala awal muncul.

3 dari 4 halaman

Vaksin virus Marburg belum tersedia

WHO temukan kasus virus Marburg mirip Ebola dengan rasio kematian hingga 88 persen. (pexels/polina tankilevitch).

Meski sangat mematikan, Ki-Zerbo mengatakan hingga saat ini belum tersedia vaksin atau perawatan antivirus untuk penyakit ini.

Kendati demikian, rehidrasi dengan teknik oral atau intravena bisa meningkatkan kelangsungan hidup pasien dan penggunaan eksperimental obat monoclonal juga disebut membantu pasien menghadapi virus.

"Secara global, pendekatan untuk memerangi Marburg tidak akan berbeda dengan Ebola. Satu-satunya perbedaan adalah tidak ada vaksin atau obat yang secara khusus ditujukan untuk virus ini. Hanya perawatan suportif yang tersedia,” ujarnya, dikutip dari reuters.

 
4 dari 4 halaman

Pencegahan

WHO temukan kasus virus Marburg mirip Ebola dengan rasio kematian hingga 88 persen. (pexels/artem podrez).

Berdasarkan panduan dari WHO, cara pencegahan penularan virus Marburg yang utama adalah memakai sarung tangan dan pakaian pelindung lain yang sesuai (termasuk masker) saat melakukan kunjungan wisata atau penelitian ke tambang atau gua yang dihuni oleh koloni kelelawar.

Sementara selama wabah, semua produk hewani seperti daging harus dimasak dengan matang sebelum dikonsumsi. Lebih lanjut, berikut beberapa langkah pencegahan penularan virus Marburg yang dapat dilakukan.

  • Mengurangi risiko penularan dari manusia ke manusia di masyarakat yang timbul dari kontak langsung atau dekat dengan pasien yang terinfeksi, terutama dengan cairan tubuh mereka.
  • Kontak fisik yang dekat dengan pasien Marburg harus dihindari. Sarung tangan dan alat pelindung diri yang sesuai harus dipakai saat merawat pasien yang sakit di rumah.
  • Mencuci tangan secara teratur harus dilakukan setelah mengunjungi kerabat yang sakit di rumah sakit, serta setelah merawat pasien yang sakit di rumah.
  • Mengidentifikasi orang-orang yang melakukan kontak langsung dengan seseorang yang terinfeksi Marburg dan memantau kesehatan mereka selama 21 hari.

#Elevate Women