Kenangan Pindah ke Desa, Indahnya Kesederhanaan, dan Hobi Filateli

Endah Wijayanti diperbarui 17 Agu 2021, 07:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Kenangan pada masa kecil takkan pernah terlupakan. Hari-hari dan waktu yang kita lewati saat masih anak-anak akan selalu membekas di hati. Masing-masing dari kita pun pasti punya kisah atau cerita paling membekas soal masa kecil itu, seperti pengalaman yang dituliskan Sahabat Fimela dalam Lomba My Childhood Story: Berbagi Cerita Masa Kecil yang Menyenangkan ini.

***

Oleh: Yuniar Dwi Setiawati

Jika ditanya orang, manakah yang aku suka antara tinggal di kota atau desa, mungkin aku akan menjawab bahwa tinggal di kota itu lebih menyenangkan. Bayangkan saja, aku bisa menghabiskan waktuku untuk belajar apa saja selama di kota karena apa yang aku suka dan butuhkan sangatlah mudah didapatkan.

Misalnya, saat aku ingin belajar menari tradisional, orangtuaku tidak kesulitan untuk mencari guru yang bisa mengajarku menari. Bahkan, saat aku ingin terampil berenang, aku juga mudah mendapatkan teman atau komunitas yang memiliki minat yang sama.

Namun, kenyataan hidup berkata lain. Menginjak usia 10 tahun, papaku terserang sakit paru-paru yang tidak memungkinkannya untuk tinggal lama di kota. Katanya sih karena udara di kota sudah banyak terpolusi, padahal ya sebenarnya karena papaku sendiri sudah tidak kuat bekerja lagi karena sakit. Lagipula keluarga papa di desa juga takut jika suatu saat mereka kehilangan papa karena memang saat itu kondisi papa cukup mengkhawatirkan.

Jadi, dengan alasan itulah akhirnya kami sekeluarga mau tidak mau harus pindah ke desa tempat papaku dulu dilahirkan, tepatnya di rumah warisan yang diberikan oleh kakek dan nenek.

Ya, akhirnya aku pindah dan meninggalkan sahabat-sahabat masa kecilku. Perpisahanku dengan mereka bisa dibilang cukup mendadak karena saat itu keluargaku tidak memiliki waktu lama untuk mengemasi barang-barang yang masih ada di rumah kontrakan, sedangkan truk besar di depan rumah sudah menunggu untuk membawa kami bertolak ke desa. Di benak sahabat-sahabatku, kala itu aku seakan menghilang lenyap ditelan bumi dan sulit untuk dihubungi.

Adaptasi Pasca Perpindahan ke Desa

Banyak orang bilang jika hidup di desa bisa membuat hati gembira, tetapi nyatanya aku butuh waktu untuk beradaptasi. Pasalnya, di desa tempatku tinggal sangatlah jauh dengan sarana dan prasarana yang mumpuni. Keadaannya sangat berbeda saat aku tinggal di kota dan inilah yang seringkali membuatku mengeluh pada mama.

Di desa, aku belajar hidup sederhana dengan mandi di sungai, bersepeda menempuh jarak belasan kilo untuk bersekolah, dan bermain bersama temanku yang saat itu juga sedang mencari rumput untuk pakan ternaknya di rumah.

Awalnya memang aku mengeluh, tetapi lambat laun aku belajar untuk bersyukur dan melupakan kenyamanan yang pernah aku alami di kota. Di desa, aku belajar tentang apa artinya kesederhanaan, termasuk salah satunya melihat desaku sebagai tempat positif untuk aku bisa mengembangkan hobiku.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Mengembangkan Hobi Filateliku

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/aneoho

Di sekolah, aku banyak berteman dengan anak-anak yang ibunya bekerja sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) di negara tetangga seperti Malaysia, Hongkong, Brunei Darussalam, dan lainnya. Sebagai anak, tentu mereka sering diajak berkomunikasi dengan orangtuanya, dan aku ingat komunikasi di zaman itu kerap disampaikan melalui surat.

Nah, sebagai teman yang baik, tentu aku tidak jarang ada dalam momen saat mereka membaca surat, apalagi jika isi suratnya terasa mengharukan atau hanya sekadar berupa pengalaman tentang negara lain yang cukup membuat kami tertawa ringan di teras rumah. Seperti biasa, setelah membaca surat dari orangtua mereka, aku selalu iseng untuk meminta perangko yang masih menempel di surat-surat tersebut.

“Kamu ini kok kebiasaan sih, habis baca surat selalu minta perangko,” ujar temanku yang sudah mengenal bagaimana caraku sebagai seorang filatelis berjuang untuk mengoleksi perangko.

“Ya nggak apa-apa lah, suratnya kamu simpan dan perangkonya aku yang simpan ya,” jawabku sambil memohon untuk temanku bermurah hati memberikan perangko suratnya kepadaku.

Sampai hari ini jika hal itu tengah terbersit dari pikiranku, aku hanya bisa tersenyum. Tinggal di kota ataupun di desa ternyata memiliki keunikannya sendiri, dan aku bersyukur akan hal itu.

#ElevateWomen