Tetap Semangat, Para Siswa, Guru, dan Sekolah Kompak Hadapi Tantangan Belajar di Masa Pandemi

Iwan Tantomi pada 15 Agu 2021, 18:13 WIB

Fimela.com, Jakarta Pandemi yang terjadi selama lebih dari setahun ini memang berdampak pada segala aspek, tak terkecuali pendidikan. Akibat kondisi tak menentu yang terjadi, pembelajaran jarak jauh atau yang biasa disingkat PJJ harus dilakukan. Meski tampak bisa diterima dengan baik, nyatanya masih cukup banyak pihak, dalam hal ini guru, siswa, bahkan sekolah mengalami beragam kendala dalam menjalankan PJJ.

Kendala-kendala ini pun bermacam-macam bentuknya. Ada yang kesulitan akses internet, tak punya gawai yang memadai, hingga susahnya berinteraksi dan melakukan kegiatan belajar-mengajar secara digital. Lebih lanjut, berikut beragam tantangan yang dialami para guru, siswa, maupun sekolah dan cara mereka dalam menemukan solusi selama menjalankan pembelajaran di masa pandemi.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Cara Para Guru Menghadapi Setiap Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi

Ilustrasi Guru dan Murid dalam Pembelajaran Jarak Jauh (c) Shutterstock

1. Diklat Jadi Solusi Kesulitan Menyampaikan Materi Pembelajaran Secara Daring

Proses belajar-mengajar idealnya terjadi lewat sebuah interaksi antara peserta didik dan pengajar dengan tatap muka langsung di sekolah. Namun, selama PJJ berlangsung hal ini jadi terganggu. Sebagai solusi, para guru mengikuti diklat atau serangkaian pelatihan tentang laring maupun daring yang terus diberikan baik dari pemerintah pusat maupun daerah.

Hal ini pun terbukti bisa meningkatkan kompetensi mereka, terutama dalam menerapkan teknologi seperti penggunaan aplikasi Zoom, Google Meet, dan sebagainya, untuk menunjang proses pembelajaran selama pandemi.

2. Datang Langsung ke Rumah Siswa, Jadi Solusi Atasi Kendala Pembelajaran Daring

PJJ menuntut adanya akses internet yang bagus baik bagi pendidik maupun peserta didik. Jika salah satu tak memiliki akses intenet yang baik, maka PJJ tak bisa dilangsungkan secara lancar. Beberapa guru yang tinggal di daerah, kendala akses internet yang buruk ini kerap dialami. Hal ini belum ditambah, jika guru juga tak memiliki gawai yang mumpuni.

Beban yang dialami para guru di daerah-daerah tertentu menjadi dua kali lipat, lantaran adanya kendala infrastruktur yang tak memadai. Sebut saja di Kalimantan misalnya, listrik tak bisa menyala 24 jam, sehingga PJJ harus disesuaikan dengan waktu di luar pemadaman. Jika tidak, para guru rela mendatangi rumah muridnya satu per satu untuk menyampaikan materi pelajaran. Meski penuh perjuangan, tetapi cara ini jadi solusi tepat untuk mengatasi kendala akses internet yang buruk maupun ketiadaan gawai selama berlangsungnya PJJ.

3 dari 4 halaman

Cara Para Siswa Beradaptasi dengan Beragam Tantangan Belajar dari Rumah

IlustrasiMurid dan Guru dalam Pembelajaran Jarak Jauh (c) Shutterstock

1. Lebih Aktif Bertanya ke Guru Saat Sulit Memahami Materi Pelajaran Secara Daring

Tak semua materi pelajaran bisa disampaikan secara daring, sehingga perlu tatap muka atau luring untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas akan materi tersebut kepada siswa. Sayangnya, selama PPJ kesempatan luring ini amatlah terbatas.

Namun, perkembangan teknologi memberikan kemudahan, karena para siswa bisa bertanya baik lewat telepon, video call, maupun pesan langsung kepada para guru, materi mana yang belum dipahami dengan jelas. Terlebih para guru juga bekerja sama dengan orang tua untuk mendorong anak-anak agar tak malu bertanya.

2. Tingkatkan Capaian Belajar dan Kompetensi Lewat Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

Motivasi belajar yang makin tergerus, membuat belajar di rumah tak lagi terasa menyenangkan. Siswa pun lebih gampang mengalami learning loss, karena praktek intensif yang biasanya terjadi selama pembelajaran tatap muka jadi berkurang.

Untungnya, selama pandemi ini, para siswa masih mendapatkan kesempatan melakukan pembelajaran tatap muka terbatas. Meski waktunya tidak 6 jam penuh di sekolah, paling tidak kesempatan ini tak hanya bisa menjadi relaksasi bagi guru dan siswa agar tak lupa dengan sekolah, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan capaian belajar, kemampuan literasi anak, hingga kecakapan hidup bagi siswa itu sendiri.

3. Kesadaran untuk Meminjamkan Gawai

Bagi Siswa yang Tak MampuSama dengan para guru, para siswa juga dapat terganggu selama mengikuti pembelajaran dari rumah akibat minimnya atau bahkan ketiadaan fasilitas penunjang. Misalnya, tak bisa membeli gawai yang layak untuk daring, karena masalah ekonomi keluarga. Menariknya, pandemi juga turut meningkat rasa gotong-royong dan saling membantu. Di beberapa sekolah, siswa yang tak punya gawai atau fasilitas buat belajar online dapat pinjaman. Entah itu dari kesadaran bersama antar wali murid, upaya pihak sekolah, atau inisiatif antara guru dan siswa.

4 dari 4 halaman

Cara Sekolah Menyelesaikan Segala Tantangan Agar Bisa Menggelar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

Ilustrasi Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (c) Shutterstock

1. Memanfaatkan Dana BOS Semaksimal Mungkin untuk Benahi Infrastruktur dan Sanitasi Sekolah yang Rusak

Selama daring berlangsung, tak sedikit gedung sekolah yang mengalami rusak, karena jarang ditempati. Akibatnya, saat mau menggelar luring lagi, baik guru dan siswa jadi terganggu. Begitu juga dengan sanitasi di sekolah yang kurang memadai. Padahal, sanitasi yang baik menjadi salah satu syarat utama bagi sekolah jika ingin menyelenggarakan pembelajaran tatap muka terbatas.

Demi mengatasi hal ini, sekolah berupaya memanfaatkan Dana BOS semaksimal mungkin untuk memperbaiki infrastruktur dan sanitasi sekolah yang rusak. Termasuk juga untuk memenuhi sarana dan prasarana yang berkaitan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat selama penerapan pembelajaran tatap muka terbatas. Berkat Dana BOS pula, gaji guru honorer yang perjuangannya tak kalah berat di masa pandemi ini, dapat terpenuhi dengan baik.

2. Sosialisasi Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Secara Intensif Kepada Wali Murid

Selain menyiapkan sarana dan prasarana, sekolah juga tak lupa melakukan sosialasi tentang pembelajaran tatap muka terbatas kepada para orang tua atau wali murid secara intensif. Hal ini dilakukan sebagai bukti kesiapan satuan pendidikan siap menggelar pembelajaran tatap muka terbatas yang aman dan nyaman, sesuai protokol kesehatan ketat di masa pandemi ini.

Sekolah juga tak lupa bekerja sama dengan orang tua maupun wali murid, untuk saling memperhatikan keselamatan siswa sejak di rumah, sekolah dan kembali pulang ke rumah. Jadi, siswa yang berangkat ke sekolah benar-benar bisa dipastikan sehat dan bebas komorbid, hingga kembali pulang ke rumah. Dengan komitmen semacam ini terjadinya klaster sekolah pun bisa dihindari selama pembelajaran tatap muka terbatas.

Beragam tantangan tersebut hampir dialami setiap guru, siswa dan sekolah selama pandemi. Namun, dengan semangat kemerdekaan, nyatanya tak sedikit pula yang akhirnya berhasil melewati setiap tantangan. Walhasil, perjuangan untuk mencetak generasi unggul bangsa pun tetap berlanjut meski pandemi masih menerpa.

Tag Terkait