Kisah Korban Bully Alami Skizofrenia Akut dan Tidak Bisa Sembuh

Vinsensia Dianawanti diperbarui 14 Agu 2021, 14:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Kasus bullying masih cukup marak terjadi di tengah masyarakat Indonesia. Baik dilakukan secara verbal maupun siber. Padahal tindakan bully dapat memberikan dampak secara psikis dan sosial.

Salah satu korban bully yang merasakan dampak signifikan adalah seorang laki-laki yang ceritanya diangkat oleh adik perempuan. Akibat perlakuan bully yang ia terima semasa sekolah membuatnya mengalami skizofrenia akut dan tidak bisa disembuhkan.

"Kalian para tukang bully please nonton ini deh!! Coba kalian lihat deh anak ini? Normal banget bukan?," tanyanya di awal video.

"Anak ini adalah Abangku. Abangku pengidap penyakit Skizofrenia akut dan memang dikatakan oleh psikiaterku sudah tidak bisa disembuhkan lagi selamanya," ungkapnya.

 

2 dari 4 halaman

Dibully semasa sekolah

ilustrasi tips menolong anak yang menjadi korban bully/Gustavo Fring/pexels

Semasa sekolah dasar, pria tersebut sering mendapat perlakuan bully dari teman maupun gurunya. Mereka kerap menuduh sang pria atas perbuatan yang ia tidak lakukan sama sekali. Perlakuan bully ini membuatnya tidak naik kelas berkali-kali.

Di saat kelas 5 SD, sang ibu mulai memperhatikan perilaku pria tersebut yang semakin aneh. Mulai dari sering tiba-tiba menarik rambut, mencuci tangan terus menerus, dan masih banyak lagi.

Melihat kondisi sang kakak yang semakin tidak wajar, akhirnya ia dibawa ke psikiater di Singapura untuk mendapat pertolongan medis. Butuh empat kali gonta ganti psikiater hingga menemukan tenaga medis yang tepat di Singapura untuk menolong sang kakak.

Selama menjalani proses pengobatan psikis, sang adik yang menceritakan kisah ini melalui sebuah video pun tidak luput dari imbasnya. Ia yang saat itu masih berusia 7 tahun harus hidup dengan caci maki, dipukul, dan kekerasan lainnya.

 

3 dari 4 halaman

Tidak bisa hidup seperti orang normal

Ilustrasi bully. Sumber foto: unsplash.com/Dee.

Kini, sang kakak tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Ia hanya bisa bangun, makan, marah, kemudian tidur. Tidak bisa kembali menjalani kehidupan seperti orang normal.

"Perbuatan yang kalian anggap kecil itu dan main-main itu ternyata berdampak besar loh ke kehidupan orang lain. Apa perlu kalian di posisi saya baru ngerti rasanya sejak umur 7 tahun dipukul dan dimaki tanpa alasan yang jelas. Enggak kan? Ingatlah kalian, karma itu ada," tutupnya.

Dari kisah ini, kita belajar untuk memilah apa yang hendak kita ucapkan dan ketik di media sosial. Kita tidak pernah tahu kata-kata yang kita ucapkan bisa berdampak buruk bagi orang lain.

4 dari 4 halaman