Fimela.com, Jakarta Diabetes Melitus atau kencing manis adalah penyakit mentabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang melebihi batas normal. Diabetes Melitus harus diwaspadai, karena bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya penyakit kardiovaskular.
Terlebih di Indonesia sendiri kasus diabetes terus bertambah setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 tercatat prevalensi Diabetes Melitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9 persen pada pada 2013 menjadi 8,5 persen pada 2018.
Meski begitu, ternyata hanya seperempat pengidap diabetes di Indonesia yang menyadari bahwa kadar gula darahnya terlalu tinggi. Data Riskesdas 2007 menunjukkan 75% kasus Diabetes Melitus adalah tidak terdiagnosis.
Artinya, hanya sekitar 25% penyandang diabetes yang mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes. Padahal tatalaksana komplikasi Diabetes Melitus akan menyebabkan biaya yang sangat tinggi.
Biaya pengelolaan yang lebih tinggi pasien Diabetes Melitus dengan komplikasi vaskular (31,4 juta rupiah/pasien) dibandingkan pasien Diabetes Melitus tanpa komplikasi (8,6 juta rupiah/pasien).
Ragam komplikasi
Jika terlambat ditangani atau penanganan yang tidak dilakuakan secara maksimal, diabetes melitus bisa memicu komplikasi penyakit lain.
Dokter spesialis penyakit dalam dr. Wismandari Wisnu mengatakan, ada dua jenis potensi komplikasi pada pengidap diabetes, yakni makrovaskular atau gangguan kesehatan pada pembuluh darah kecil, dan mikrovaskular atau gangguan kesehatan pada pembuluh darah kecil.
Komplikasi makrovaskular di antaranya bisa terjadi pada organ otak yang berujung menyebabkan stroke. Selain itu juga pembuluh darah jantung yang mengakibatkan penyakit jantung koroner (PJK), serangan jantung, hingga gagal jantung.
Kemudian terjadi juga pada pembuluh darah kaki biasanya menyebabkan luka sulit sembuh pada pasien diabetes hingga berujung menyebabkan amputasi.
"Ketiga penyakit itu terjadi jika ada sumbatan plak aterosklerosis di pembuluh darah. Kemudian menyebabkan aliran ke jaringan terganggu dan menyebabkan kerusakan hingga kematian jaringan," jelas dokter Wisma dalam Webinar Jakarta Endocrine Meeting 2021, Kamis (12/8/2021).
Gejala yang harus diwaspadai
Untuk itu, dr. Wisma mengatakan pentingnya untuk rutin memeriksa kadar gula dalam tubuh. Apalagi jika tubuh menunjukan gejala diabetes seperti sering haus (poliuria), sering pipis dan banyak pipis (polidipsia), sering merasa lapar (polifagia), dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Gejala lain yang juga bisa berupa badan terasa cepat Lelah, kesemutan, gatal, pandangan kabur, gangguan ereksi pada laki-laki, serta gatal-gatal di kemaluan pada perempuan.
"Penting untuk segera memeriksaan diri ke dokter jika merasakan gejala-gejala tersebut. Hal ini penting, karena Diabetes bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya,” tuturnya.
Pengobatan
Selain mengatur pola makan melakukan serangkaian aktivitas fisik pemantauan mandiri, pasien diabetes bisa melakukan pengobatan dengan suntik insulin Pemberian insulin lebih awal untuk mencapai kontrol akan mencegah komplikasi diabetes.
Menurut dr. Wisma, penggunaan insulin pada pasien diabetes berperan penting khususnya ketika penggunaan obat-obatan tidak lagi memberikan respons adekuat untuk mengontrol gula darah atau kondisi khusus pada penyakit akut, tindakan pembedahan, atau kehamilan.
“Berdasarkan durasi kerja, insulin terbagi menjadi insulin kerja panjang dan insulin kerja pendek. Akan tetapi, dengan perkembangan teknologi, saat ini dimungkinkan adanya kombinasi insulin kerja panjang dan insulin kerja pendek dalam satu sediaan," ucapnya.
Terobosan baru insulin tersebut, menurut dokter Wisma, memungkinkan pasien diabetes untuk menyuntikan insulin jadi lebih jarang dengan kondisi gula darah yang lebih stabil tanpa disertai adanya kondisi hipoglikemia atau gula darah terlalu rendah.
#Elevate Women