Saat Kecil Suka Masak-masakan, Kini Mahir Membuat Hidangan untuk Keluarga

Endah Wijayanti diperbarui 14 Agu 2021, 07:01 WIB

Fimela.com, Jakarta Kenangan pada masa kecil takkan pernah terlupakan. Hari-hari dan waktu yang kita lewati saat masih anak-anak akan selalu membekas di hati. Masing-masing dari kita pun pasti punya kisah atau cerita paling membekas soal masa kecil itu, seperti pengalaman yang dituliskan Sahabat Fimela dalam Lomba My Childhood Story: Berbagi Cerita Masa Kecil yang Menyenangkan ini.

***

Oleh: Muntarsih Zakiyya Sakhie

Dunia adalah mesin waktu dan masa kecil adalah bagian dari perputaran masa yang tak kan pernah kembali. Ya masa kecil kerapkali dianalogikan sebagai fase terindah yang penuh dengan cerita unik dan petualangan seru, bahkan saking serunya terkadang sampai sulit dinalar oleh standar manusia dewasa.

Sebenarnya kisah masa kecil tak melulu bercerita tentang hal-hal yang dipenuhi kegembiraan saja, tapi walau begitu saat kita mengenangnya setelah dewasa bahkan saat usia telah menua, drama masa kecil yang pedih pun seakan tetap asyik untuk diomongkan dan dibagi-bagi ke semua. Sebagaimana cerita mâsa kecilku bersama teman-teman di sebuah kampung nan jauh di kaki Gunung Kelud, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Sekitar tahun 1995an, saat aku masih berjibaku di bangku kelas lima sekolah dasar. 

Masak-mâsakan adalah istilah yang kerap kugunakan bersama teman-teman saat mengisi kegiatan bermain. Kendati menggunakan ístilah mâsak-mâsakan namun dari serangkaian permainan ini kami mempergunakan bahan-bahan serta alat masak betulan dan hasil masakannya juga kami santap sungguhan. Hanya sâja di sini kita memasakannya bukan di dapur, melainkan di luar rumah, sêperti di belakang/halaman/samping rumah dengan memanfaatkan tungku batu yang kami desain sedemikian rupa. Bahan bakarnya daun-daun kering serta ranting-ranting pohon yang kami jumputi dari sekitaran tempat tinggal kami yang memang berbenturan dengan ladang/tegalan.

 

2 dari 2 halaman

Manfaatnya Sangat Terasa ketika Aku Berkeluarga

Ilustrasi/copyrightshutterstock/MiniStocker

Biasanya kami terdiri dari empat atau lima orang anak atau bahkan lebih. Semakin banyak anak semakin seru dan suasana keriuhannya semakin hidup. Sebelum membuat masakan tertentu terlebih dulu kami merancang dan memusyawarahkan bersama, kemudian masing-masing anak mendapat jatah membawa bahan-bahannya.

Jenis makanan yang kami buat bukanlah jenis panganan yang berstandar mewah dan berbahan mahal, melainkan makanan yang sangat-sangat sederhana dan dari bahan yang juga seadanya, seperti meliwet beras, mendadar telur, membuat oseng-oseng, menggoreng nasi, membuat kolak singkong/ubi/pisang, getuk, pisang goreng, ubi goreng, cimplong dan berbagai resep ngawur yang sengaja kami ciptakan sendiri. Contohnya kentang direbus kemudian dihaluskan, dibentuk serupa perkedel tapi dalamnya kita isi dengan irisan wortel, buncis, dan cabai rawit yang sebelumnya kami tumis terlebih dulu, setelahnya dilapisi dengan kocokan telur dan digoreng. Kami menamainya perkedel isi pedas. Hehehe.

Kendati masakan yang kami buat terkesan mudah dan sepele, namun hasil dan proses pembuatannya tak selalu sesempurna bayangan, terkadang memang sudah terasa pas di lidah tapi tak jarang juga rasanya keasinan, kemanisan, kematangan, kurang matang, gosong dan berbagai tragedi lain yang menghiasi acara masak-masakan tersebut, seperti api yang berkobaran hingga menyulut apa saja yang ada di dekat tungku, hingga muka-muka kami yang berderai peluh berubah hitam terkena semburan abu saat meniup api yang padam tertiup angin. Jari jemari kami pun juga tak karuan bentuknya. Ditambah baju dan rambut yang berubah kumal dan kotor. Tak ada kemarahan, tak ada kekesalan, kami justru saling menertawakan satu sama lain melihat muka dan tangan yang tak ubahnya prajurit nasional yang hendak latihan perang. Haha.

Bagiku dan teman-teman, bermain masak-masakan teramat menyenangkan dan menghanyutkan jiwa-jiwa kami selaku anak-anak yang selalu diliputi rasa penasaran. Selain sebagai media belajar, bermain masak-masakan juga mengasah kemandirian kami, melatih kesabaran, merangsang kreatifitas dan kami tidak kikuk saat harus membantu ibu memasak atau saat ibu sakit kamilah yang menjadi pengganti beliau membuat hidangan keluarga. Sekalipun hasil masakan yang aku dan teman-teman buat belum mendekati sempurna tapi dalam pandangan kami itu bukanlah suatu kegagalan yang mengharuskan kami berhenti bermain masak-masakan. Dan apa pun hasilnya kami selalu puas dan menyantapnya bersama-sama dengan suka ria dan penuh suka cita. 

Faedah main masak-masakan di masa kecil dulu kurasakan manfaatnya hingga kini sudah berkeluarga. Suami dan anak-anak paling lantang bersponsor kalau masakanku adalah masakan yang paling enak sedunia. Hahaha. Teman-temanpun memberi pujian serupa dengan melontarkan julukan padaku 'si jago masak'. Hahaha. 

Terima kasih untuk masa kecil dan terima kasih untuk semua. 

 

#ElevateWomen