Seorang Ibu Alami Kebotakan Parah Akibat Stres Pandemi Covid-19

Anisha Saktian Putri diperbarui 12 Agu 2021, 12:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Seorang ibu menceritakan bagaimana dia mengalami kebotakan di tengah rambutnya akibat stres kerena Covid-19. Situasi ini membuat rambutnya rontok hingga mengalami kebotakan.

Ibu tersebut ialah Charlotte Hawksley, ia merasa ngeri ketika melihat gumpalan rambut jatuh di kamar mandi, setelah ia merasa berbulan-bulan khawatir atas pandemi Covid-19.

Perempuan berusia 33 tahun itu akhirnya mengalami kebotakan seukuran kepalan tangan di tengah-tengah rambutnya. Ia pun pergi ke dokter untuk berkonsulitasi, alhasil dokter pun mendiagnosis masalah tersebut sebagai kerontokan rambut yang disebabkan oleh stres.

"Saya memiliki rambut yang cukup tebal sehingga mudah disembunyikan jika saya hanya menyisir rambut saya dan itu bukan masalah besar,” ujar Charlotte melansir the Sun.

Ibu yang tinggal bersama putrinya, Evie, berusia 10 tahun mengatakan ia perhatikan bahwa lebih banyak yang rontok ketika keramas dan ada gumpalan di bak mandi ketika membilasnya.

"Putri saya selalu menunjukkan bahwa saya menjadi botak dan semakin sulit untuk disembunyikan. Beberapa bulan kemudian itu seukuran kepalan tangan, saya tampak seperti memiliki sisir besar dan harus memakai ikat rambut tebal untuk menutupinya,” ungkapnya.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Stres

ibu yang stres karena Covid-19 hingga mengelami kebotakan parah/dok. Credit: Mercury

Charlotte menyampaikan fakta karena stres masuk akal karena pandemi dan putrinya didiagnosis menderita diabetes.

Tiga jenis kerontokan rambut telah dikaitkan dengan stres, seperti telogen effluvium, trikotilomania, dan alopecia areata.

Dalam telogen effluvium, stres yang signifikan mendorong sejumlah besar folikel rambut ke fase istirahat. Dalam beberapa bulan, rambut yang terkena mungkin rontok tiba-tiba saat menyisir atau mencuci rambut.

Trikotilomania adalah dorongan yang tak tertahankan untuk mencabut rambut dari kulit kepala, alis, atau area tubuh lainnya.

Dan sementara berbagai faktor dianggap menyebabkan alopecia areata, stres berat terkait. Dengan alopecia areata, sistem kekebalan tubuh menyerang folikel rambut dan menyebabkan rambut rontok.

"Saya benar-benar sadar diri dan jika keadaan menjadi lebih buruk, saya akan serius mempertimbangkan untuk mencukur rambut saya. Saya pikir saya akan benar-benar botak,” ungkapnya.

Charlotte mengatakan meski rambutnya mengalami kebotakan, namun ia tidak panik. Hanya saja benar-benar mempengaruhi kepercayaan dirinya.

"Itu membuatku benar-benar sadar diri. Ketika kami bisa keluar lagi, aku tidak ingin bertemu orang baru. Orang-orang benar-benar terkejut ketika saya menunjukkannya kepada mereka,” tuturnya.

Namun baru-baru ini, ibu dari Bournemouth menyadari bahwa rambutnya mulai tumbuh kembali dan dia berharap kepercayaan dirinya akan kembali dengan itu.

"Sudah mulai tumbuh kembali tetapi masih terlihat. Rambut sangatlah penting dan tiba-tiba mulai tumbuh kembali,” tuturnya.

#elevate women