Fimela.com, Jakarta Kesadaran akan pentingnya ASI, telah meningkatkan jumlah ibu menyusui dalam beberapa dekade terakhir. American Academy of Pediatrics merekomendasikan ibu menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dan terus memberikan suplemen selama 1 tahun penuh atau lebih.
Kenyataannya, relatif sedikit perempuan yang benar-benar bisa mencapai target di atas. Terlepas dari kenyataan ini, banyak ibu baru yang merasakan tekanan tanpa henti datang dari segala arah, seperti dilansir dari huffpost.com.
Tekanan ini tentu berdampak pada kesehatan mental para perempuan. Menurut jurnal Nursing for Women's Health, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang stres yang dialami perempuan, yang tidak hanya terkait dengan menyusui.
1. Hubungan menyusui dan depresi pasca persalinan
Ibu menyusui untuk jangka waktu yang lebih pendek cenderung mengalami lebih banyak depresi. Ada dampak besar masalah kesehatan mental pasca melahirkan yang terjadi pada perempuan dan bayi.
Anak-anak yang ibunya bergulat dengan depresi pasca persalinan memiliki risiko lebih besar untuk mengalami masalah perilaku dan keterlambatan bahasa. Selain itu, depresi yang tidak diobati dapat menyebabkan hal lain, seperti sakit fisik hingga peningkatan risiko bunuh diri.
Diez-Sampedro, Ketua Sarjana Keperawatan di FIU menjelaskan bahwa ada masalah yang lebih besar tentang cara berkomunikasi dengan para ibu yang tidak berhasil menyusui. Diez sangat sadar bahwa cara penyampaian yang salah bisa berpengaruh besar memberi tekanan lebih pada ibu menyusui.
2. Mendesak para ahli untuk berbuat lebih baik
American College of Obstetricians and Gynecologists menyatakan bahwa dalam pedomannya untuk mendukung ibu menyusui, perempuan yang tidak bisa memenuhi tujuan tersebut sering mengalami kesulitan yang cukup besar dan perasaan tersebut bisa divalidasi. Diez menegaskan tentang perlunya beberapa perubahan sederhana dalam cara dokter merawat perempuan untuk membantu mereka mengurangi tekanan menyusui yang tidak semestinya.
Dokter disarankan untuk tidak hanya menyadari pentingnya penelitian tentang hubungan antara tantangan menyusui dengan depresi pasca persalinan, tapi juga harus siap merujuk ke konsultan laktasi jika diperlukan, dan menawarkan dukungan emosional. Pada akhirnya, semua pihak harus menyadari bahwa kebutuhan ibu sama pentingnya dengan kebutuhan bayi.
Kebutuhan ibu berdampak besar pada kesejahteraannya sendiri dan bayinya. Di sini dokter, perawat, bidan, dan konsultan laktasi memiliki peranan masing-masing dan harus melangkah dengan hati-hati.
#Elevate Women