Fimela.com, Jakarta Kenangan pada masa kecil takkan pernah terlupakan. Hari-hari dan waktu yang kita lewati saat masih anak-anak akan selalu membekas di hati. Masing-masing dari kita pun pasti punya kisah atau cerita paling membekas soal masa kecil itu, seperti pengalaman yang dituliskan Sahabat Fimela dalam Lomba My Childhood Story: Berbagi Cerita Masa Kecil yang Menyenangkan ini.
***
Oleh: Dwi Rahayu
Aku lahir dan besar di sebuah desa. Bapakku seorang guru dan ibuku seorang ASN di Puskesmas. Hidup kami sangat sederhana tapi penuh cinta dan bahagia. Kami empat bersaudara dengan rentang usia yang sangat dekat. Mbakku dan aku selisih satu tahun dan aku dengan adikku selisih satu tahun juga.
Kami tumbuh bersama, banyak suka dan duka saat masa kecil kami bertiga. Karena usia kami yang sangat dekat kami menjadi serasa sahabat. Tak pernah sepi, selalu ramai. Bermain bersama, tapi juga sering bertengkar bersama.
Sebagai anak tengah aku sering dituntut sebagai penengah saat mbakku dan adekku bertengkar. Aku harus netral dan tidak berpihak pada siapa pun supaya pertengkaran mereka segera mereda.
Saat masih kecil aku sangat tomboy, teman temanku kebanyakan laki laki. Aku juga sangat bandel, teman teman yang menurutku nakal pasti aku tantang bekelahi tak peduli laki laki atau perempuan.
Aku selalu berani, hingga hampir tiap hari aku berkelahi. Ibu malu karena ulahku ini sehingga ibu memutuskan aku tidak sekolah TK saja. Sungguh tanpa melalui jenjang TK saat masuk SD aku mengalami banyak kesulitan baik dalam pelajaran maupun pergaulan.
Aku tidak bisa membaca dan menulis saat semua teman temanku sudah bisa. Aku juga tidak memiliki teman dan diacuhkan oleh teman temanku. Hampir tiap pulang sekolah aku mendapat nilai nol.
Saat naik kelas 2, guruku berkata ke ibu bahwa aku naik gantungan. Jika mampu akan diteruskan di kelas 2 tetapi jika tidak mampu akan dikembalikan di kelas 1. Sungguh aku dan ibu sangat malu karena itu.
What's On Fimela
powered by
Bangga dan Bahagia Memiliki Masa Kecil Penuh Kesederhanaan
Sejak itu aku berjanji pada ibu aku akan belajar lebih keras lagi. Tiap malam aku belajar ditemani ibu, hingga pada kelas 2 catur wulan akhir aku mencapai ranking 3. Pencapaian yang mengejutkan ibu dan aku.
Sejak itu aku selalu masuk ranking 3 besar dalam kelasku. Hingga guru kelasku kembali memberitahu ibu bahwa katanya jika orang berlari aku adalah anak yang mampu berlari dengan keras. Sejak saat itu hingga lulus SMA aku selalu berusaha mencapai peringkat terbaik dan alhamdulillah aku mencapainya. Hingga jenjang kuliah pun sering nilaiku tertinggi. Alhamdulillah aku pun lulus kuliah dengan waktu yang cepat dan IPK yang tidak mengecewakan.
Sebagai orang Jawa dari kecil bapak mengajari kami banyak budaya Jawa, mulai nembang atau menyanyikan lagu-lagu Jawa dan dongeng sebelum tidur. Hampir setiap malam sebelum tidur bapak selalu mendongeng untuk kami bertiga. Bapak, ibu, aku, mbakku dan adikku tidur bersama dalam sebuah dipan yang ada ukiran bergambar naga.
Setiap dongeng yang diceritakan oleh bapak sebelum tidur aku tulis dalam sebuah kertas supaya tidak lupa. Seperti Asal Usul Desa Joho, Banyak Bang, Prabu Angkling Darma, si Kelingking, Burung Bangau dan Gemak, dan dongeng lainnya.
Pada suatu hari saat aku main di rumah temanku aku membaca sebuah artikel tentang kesempatan menulis dalam sebuah koran lokal. Dongeng bapak yang aku tulis aku kirimkan pada alamat yang tertulis di sana. Karena aku masih kecil waktu itu, aku tidak terlalu menanti dimuat atau memikirkannya. Tapi setelah beberapa bulan aku mendapat kabar bahwa semua tulisan dongengku dimuat semua. Sungguh bahagia dan bangga. Dan aku diberikan kompensasi atas tulisan ini.
Sungguh, tak ada yang sia-sia dari setiap doa dan usaha kers kita. Biar pun piyantun desa, kami selalu bangga dan bahagia.
Alhamdulillah.
#ElevateWomen