Fimela.com, Jakarta Jika di awal 2021, Health Collaborative Center (HCC) membawa kabar gembira dengan peningkatan angka pemberian ASI eksklusif sebanyak 89 persen selama pandemi, penelitian terbarunya datang dengan kabar tidak menyenangkan. Sebab angka 89 persen kenaikan pemberian ASI eksklusif selama pandemi terancam menurun.
Kali ini Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, Peneliti Utama serta Founder & Chairman dari HCC menemukan fakta sebanyak 62 persen tenaga kesehatan di layanan primer di Indonesia kesulitan mempertahankan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama masa pandemi.
Menurutnya, hal tersebut menjadi temuan penelitian yang antiklimaks dari momen Pekan ASI Sedunia yang bertema 'Lindungi ASI Tanggung Jawab Bersama'. Sebab para nakes memiliki andil besar untuk mendukung dan memastikan pemberian ASI eksklusif.
Keluhan utama para tenaga kesehatan di layanan primer untuk mempertahankan ibu menyusui karena ketidaktersediaan layanan antenatal care atau pemantauan kehamilan dan menyusui secara daring. Sementara itu hampir 50 persen ibu hamil dan menyusui memutuskan untuk mengurangi jumlah kunjungan serta posyandu dan puskesmas mengurangi pelayanan ibu hamil dan menyusui.
"Akibatnya kesempatan konseling laktasi terganggu. Ini bisa mengakibatkan ibu menyusui gagal ASI eksklusif karena penelitian membuktikan peran tenaga kesehatan sangat kritikal dalam keberhasilan menyusui," ujar Dr. Ray yang aktif membagikan edukasi daring lewat akun Instagram-nya @ray.w.basrowi dalam pertemuan virtual, Rabu (5/8).
What's On Fimela
powered by
Segera Lakukan Inovasi
Memang di masa pandemi ini, prioritas penanganan Covid-19 diutamakan, namun bukan berarti menterbelakangi hak pemenuhan kebutuhan ASI. Namun faktanya sebanyak 1004 tenaga kesehatan yang berpartisipasi terdiri dari mayoritas bidan dan dokter umum ini mengeluhkan kurangnya layanan yang diberikan dalam managemen laktasi.
"Mereka kesusahan karena fasilitas daring tidak mendukung. Tidak pernah dapat pelatihan dan manajemen laktasi selama pandemi, yang ada selama ini hanya seruan dan edaran, bukan dalam bentuk protokol dan mereka kebingungan menerapkannya," lanjutnya.
Jika dibiarkan, negara akan gagal melindungi ibu menyusui karena para nakes kesulitan memastikan keberlangsungan ASI eksklusif yang bisa dilihat dampaknya beberapa tahun ke depan. Sebab negara-negara maju memiliki angka ASI eksklusif yang tinggi yang dijalani selama dua tahun.
Terkait hasil penelitian di atas, HCC memberi rekomendasi dan kesimpulan untuk menggencarkan opsi konseling daring seperti WhatsApp/SMS dan telepon atau penjadwalan kunjungan ke rumah lewat perjanjian yang sudah disepakati.
Tak kalah penting inovasi antenatal care serta konseling menyusui selama pandemi seperti fasilitas telemedicine dan konsultasi daring yang mudah digunakan dan gratis. Posyandu daring, kelas menyusui daring dan instrumen berbasis aplikasi ponsel untuk mengawasi ibu hamil dan menyusui juga harus segera direalisasi.
Simak Video Berikut
#Elelvate Women