Fimela.com, Jakarta Kenangan pada masa kecil takkan pernah terlupakan. Hari-hari dan waktu yang kita lewati saat masih anak-anak akan selalu membekas di hati. Masing-masing dari kita pun pasti punya kisah atau cerita paling membekas soal masa kecil itu, seperti pengalaman yang dituliskan Sahabat Fimela dalam Lomba My Childhood Story: Berbagi Cerita Masa Kecil yang Menyenangkan ini.
***
Oleh: Nena Herdiani
Berbicara masa kecil, mengingatkan saya pada masa saat kami bermain sebagai seorang putri. Enam orang putri yang diceritakan turun dari khayangan dan terpisah karena kesalahan orang tua.
Biasanya, sesudah sarapan saya akan datang ke teman saya kemudian mengajak bermain, dan seterusnya hingga kami semua berkumpul. Selendang yang berasal dari kerudung pashmina pada saat itu menjadi properti bagi kami. Di dekat rumah, ada lapangan yang luasnya sekitar 10 meter persegi, di sana terdapat pohon yang sudah ditebang yang masih meninggalkan tunggul. Tunggul ini menjadi rumah bagi kami.
Rumah ini, tentunya bukan rumah yang benar-benar nyata. Kami akan berdiri di atasnya kemudian akan saling menemukan saudara yang lainnya dengan cara menari diatasnya. Ada 4 buah tunggul yang digunakan, 2 orang dari kami akan dinyatakan sebagai putri yang baru turun dari khayangan. Kami mempunyai dialog yang sudah dihafal diluar kepala, imajinasi yang digunakan harus sesuai dengan yang lainnya pikirkan.
What's On Fimela
powered by
Permainan dan Drama Putri-putrian
Cara kami menemukan bahwa kami seorang putri, yaitu dengan ditemukannya batu yang merupakan simbol khayangan. Batu ini, akan ditemukan oleh 2 orang putri dari khayangan yang turun secara langsung. Sungguh, saat itu kami dapat bermain hingga tak tahu waktu. Rasanya menyenangkan, apalagi jika kami sudah ketahuan sebagai seorang putri dan selendang yang hilang kembali.
Pada akhirnya, kami akan mengelilingi lapangan dengan menggunakan selendang yang dikibarkan. Kami akan bersenandung, kemudian pergi ke khayangan.
Terkadang, cerita yang kami pakai Ketika bermain menjadi seorang putri yaitu, putri yang hilang ingatan dan menjadi pembantu di rumah putri lainnya. Kami akan saling menemukan berdasarkan batu yang menjadi symbol dan selendang.
Selama hampir 4 tahun, yang saat itu saya berumur 6 tahun sampai 10 tahun, kami memerankan ini setiap harinya. Batu dan selendang ini akan kami bawa setiap hari dan jika hilang, maka akan mendapatkan hukuman berupa traktiran jajan.
Klise memang, bagaimana cara saya menghabiskan masa kecil sebagai seorang putri yang hilang, namun apa yang dahulu saya lakukan dengan kawan saya ternyata sangat membekas dan terus berada dalam ingatan saya. Saya ingin menyimpannya, sebagai memori indah yang saya punya, dan saya tidak akan bosan menceritakannya kepada siapa pun yang menjadi kawan saya, bahwa dahulu saya pernah menjadi seorang putri yang dicari.
#ElevateWomen