Hari ASI Sedunia, Bolehkah Ibu Menyusui Ketika Terinfeksi Covid-19? Berikut Jawaban Dokter

Anisha Saktian Putri diperbarui 01 Agu 2021, 17:21 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap tanggal 1-7 Agustus diperingati dengan Hari Asi Sedunia, yang merupakan geraiakn menyusui secara global dan memberikan dukungan untuk para ibu agar dapat bisa menyusui di mana saja.

Hal ini dikarenakan Air Susu Ibu (ASI) penting diberikan kepada si kecil ketika baru saja lahir ke dunia, sebab ASI merupakan makanan pertama yang dikonsumsi bayi.

ASI juga sangat penting karena mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi yang baru lahir, minimal pemberian ASI ialah sampai anak berusia enam bulan.

Namun bagaimana menyusui di tengah pandemi Covid-19 ini? Dokter Anak, dr Caessar Pronocitro, Sp.A, M.Sc mengatakan walau di masa pandemi ini tentu bayi tetap membutuhkan ASI, maka sangat dianjurkan untuk ibu tetap memberikan ASI menimal selama 6 bulan. dr. Caessar juga mengatakan selain nutrisi yang dibutuhkan si kecil, ASI juga dapat mendukung daya tahan tubuh anak di masa pandemi ini.

"ASI merupakan nutrisi yang dibutuhkan si kecil karena mudah diserap dan dicerna dengan cepat,  maka WHO merekomendasikan ibu dengan status terkonfirmasi COVID tetap menyusui atau memberikan ASI pada anak. Ini didasarkan atas berbagai penelitian yang mengatakan ASI memberi sangat banyak manfaat untuk bayi, seperti nutrisi, antibodi, maupun terjalinnya ikatan antara ibu dan anak yang terbentuk selama proses menyusui. Manfaat ini jauh melebihi potensi risiko penularan," ujar dr. Caessar dalam Instagram Live bersama @Ibu2Canggih dalam rangka DigiFest Pekan ASI Sedunia.

Lalu bagaimana jika ibu menyusui terinfeksi Covid-19? dr. Caesar menyampaikan tetap bisa memberikan ASI secara langsung maupun tidak langsung untuk anak, dengan protokol kesehatan yang ketat.

Jika ibu yang terinfeksi memberikan ASI secara langsung, dr. Caesar menyarankan untuk menggunakan masker ketika memberikan ASI, sebelum dan sesudah menyusui cuci tangan dengan sabun dan air mengalir bisa juga gunakan handsanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60%. dan mengdisinfektan permukaan yang disentuh ibu seperti meja, kursi, apapun yan disentuh selalu diberishkan.

Namun, jika anak yang terinfeksi tetap lakukan protokol kesehatan yang sama, menggunakan masker, cuci tangan, dan mengdisinfektan permukaan, yang berbeda hanya ibu juga harus melakukan isolasi mandiri.

"Anak tidak mungkin pakaian masker, jadi ibu bisa pakai masker saat menyusui. Walau ibu tidak terinfeksi tetap lakukan isolasi mandiri dan test berkala. Test dilakukan lima hari setelah kontak langsung, jika negatif tetap isolasi sampai keadaan anak bener-benar sehat. Dan lakukan lagi test ketika anak dinyatakan benar-benar sehat," ujarnya.

2 dari 2 halaman

Menyusui tidak langsung

Ilustrasi/copyrightshutterstock/GOLFX

Jika ibu memilih untuk isolasi mandiri, dr. Caesar mengatakan bisa memerah ASI atau yang disebut dengan pumping. Saat pumping tetap melakukan protokol kesehatan yang ketat, menggunakan masker, cuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah pumping, kemudian menjaga alat-alat tetap bersih dan steril. Lalu, berikan ASI yang sudah dipumping kepada anggota keluarga yang tidak terinfeksi.

Lalu bagaimana jika bergejala berat? Baiknya, dr. Caesar mengatakan untuk tidak memaksakan memberikan ASI secara langsung. Lakukan saja pumping dengan protokol kesehatan yang ketat, lalu keluarga lain yang akan memberikan hasil pumping kepada si kecil.

"Kalau gejala berat sampai lemas dan sesak baiknya tidak perlu memberikan ASI langsung," ujarnya.

Jika harus mengonsumis obat baiknya perhatikan apakah boleh untuk dikonsumsi ibu menyusui, sebab ada beberapa obat yang tidak disarankan untuk ibu menyusui. Untuk vitamin, bisa mengonsumsi vitamin C, vitamin D, dan Zinc.

Namun, dr. Caesar juga mengatakan vitamin yang baik sebenarnya berasal dari makanan yang kita konsumsi. Makan yang bergizi dan bervariasi. Jika ragu, dr. Caesar menyarankan menghubungi dokter atau berkonsultasi lewat telemedicine.

#elevate women